BAB 4

Isye

 

Keesokan harinya begitu aku tiba di sekolah, aku disambut dengan suasana aneh yang sangat menyiksaku. Dimulai dari tatapan cowok-cowok yang membutku gerah, hingga tatapan dan lirikan sirik dari cewek-cewek yang membuatku ingin lari terbirit-birit. Bukannya aku takut, tapi keganasan cewek-cewek sirik itu melebihi keganasan Serli (ngomong-ngomong aku dan Rasya paling takut sama Serli yang kalo marah kayak drakula ingin menghisap darah manusia. Serem abisss!!).

Saat aku memasuki kelas, semua orang tersenyum lebar padaku, saking lebarnya bisa membelah wajah mereka menjadi dua. Aku menuju tempat dudukku, dan tidak ambil pusing dengan sikap semua orang.

“Isye” panggil Renata sang primadona sekolah.

Aku hanya menatapnya lurus-lurus dan tidak menampilkan ekspresi apapun.

“Denger-denger nih, elo dateng ke fashion shownya Rasya bareng Reza?”

“Iya, emangnya kenapa?” tanyaku bingung dengan arah pembicaraan Renata.

“Hmmmm, bener nggak sih, elo pacaran sama Reza??” tanya Renata pura-pura nggak tertarik.

WHAAAAAAAT

Dari mana datangnya gossip ini.

“Siapa yang bilang gue pacarnya Reza!!!!!!” teriakku terkejut dengan apa yang baru saja aku dengar, suasana kelas langsung hening mendengar teriakanku.

“Rumor said” ucap Renata yang nggak terpengaruh dengan teriakanku yang bisa bikin kuping budek.

“Siapa yang bilang!!!!”

“Banyak kok yang melihat elo malam itu, terus Reza juga bilang elo datenya?” Pantesan semua orang pada kasak kusuk, jadi karena ini toh.

“Reza emang bilang gue datenya, lantas bukan berarti gue pacarnya kan!!”

“Terserah elo mau nanggapinnya gimana? gue nggak peduli. Selain itu Reza bukan tipe gue kok, gue hanya penasaran” Renata beranjak dari depanku kembali kekursinya.

“ISYE” keempat sobatku memanggilku berbarengan, mereka berhamburan menghampiriku.

“Elo sudah denger gossip terbaru?” tanya Serli.

“Gue sudah denger kok”

“Elo beneran pacaran sama Reza?” cara Rasya bertanya kayak polisi mengintrogasi buronan.

“Rasya, gue nggak pacaran sama Reza” beneran deh, aku perlu mencari Reza untuk menanyakan asal muasal gossip ini.

“Kalo emang nggak pacaran, kenapa mereka semua bilang ELO yang nembak Raza?” tanya Rasti dengan mimik serba salah.

“WHAAAAAT” aku merasa seperti terkena serangan jantung koroner.

Ini gossip sudah keterlaluan, kok bisa gue yang dituduh??? Sejak kapan gue suka sama Reza, mereka semua sudah pada GILA.

“Wahh nih gossip sudah ngawur, kenapa gue yang dituduh?” omelku

“Gue percaya kok, elo nggak nembak Reza?? bisa jatuh harga diri cewek kalo sampe terjadi!!” celetuk Renata dari bangkunya yang tidak terpengaruh dengan kehebohan keempat sobatku.

“Yang sabar ya Neng, gue bakalan bantu cari biang gosipnya” ucap inov sambil menepuk-nepuk pundakku.

Haduhh, pusing kepalaku. Pengen rasanya aku menjeduk-jedukkan kepalaku ke dinding, berhubung sakitnya luar biasa dan bisa bikin geger otak plus benjol kalo aku melakukan itu, dengan terpaksa aku hanya bisa menjedukan kepalaku ke meja. Teman-temanku hanya tersenyum prihatin melihat tingkah lakuku yang seperti orang ingin bunuh diri.

 

*****

 

Istirahat sudah berbunyi sejak lima menit yang lalu, aku hanya bisa duduk diam sambil berpikir, langkah apa yang harus aku ambil?? Apakah aku harus nyamperin Reza di kelasnya??? Atau kudiamkan saja gossip yang sedang beredar?? Aaaaghh, aku hanya bisa melampiaskan rasa prustasiku dengan mengacak-ngacak rambutku yang dikuncir kuda hari ini.

“Isye, elo nggak kekantin?” teriak Rasya dari luar kelas.

Aku hanya bengong menanggapi ajakan Rasya.

“Elo beneran nggak mau kekantin nih?” Rasya masuk ke kelas dan berdiri di depanku sambil bertolak pinggang “Kalo sampe elo sakit lagi, gue bakal membawa elo kerumah sakit!!!” ancamnya.

Aku mulai takut dengan ancaman Rasya “Laper sih, tapi gimana kalo cewek-cewek itu pada melempari gue pake tomat busuk kalo tahu pangeran mereka di gosipin pacaran sama gue???” keluhku.

“Isye!! Sejak kapan sih elo peduli dengan gossip? Biarin aja mereka pada sirik, elo emang nggak pacaran sama Reza, kan??”

Bener juga, sejak kapan aku peduli!! Bodo amat dah!! gossip itu emang seratus persen BOHONG.

Aku keluar kelas dengan dagu terangkat tinggi dan keyakinan bahwa bukan salahku gossip itu beredar. Selama perjalanan ke kantin, aku melihat tatapan sinis dan senyum mengejek dari cewek-cewek fanatik yang memuja Reza, terutama dari Celia dan konco-konconya.

Rasya mengajakku ke meja yang sudah di duduki anak-anak dari kelas kami, mereka tak berhenti tersenyum saat aku duduk di depan Serli.

“Elo mau pesan apa, Isye??” Rasya masih berdiri di belakangku.

“Gue pesen ayam geprek dan es jeruk” Jawabku, Rasya langsung ngacir memesan makanan.

“Kenapa elo pada senyum-senyum??”bentakku, agak mangkel melihat mereka cengengesan di depanku.

“Galak amat!!!” kata Ronald yang duduk disamping Serli.

“Elo jangan cemberutnya ke kami dong, masa cuma karena gossip itu muka elo jadi kecut begitu” sahut Rio yang mengkerut di bangkunya karena pelototanku.

“Gimana suasana hati gue nggak muram kalo dari tadi gue ngeliat cengiran elo-elo semua” bentakku.

“Elo kagak terima ye dikatain pacaran ame Reza??” tanya Matt blak-blakan.

“Ya jelas gue kagak terima, sejak kapan gue suka sama Reza??”

“Kali aje elu beneran suka!! Gue perhatiin nih ye, kayaknye Reza emang sukanye ame elu?”

“Iya Isye, gue sering memergoki Reza menatap elo terang-terangan” sahut Rasti.

“Kalo gue nih di gosipin kayak gitu gue malah seneng banget” kata Serli yang hadiahi jitakan sama Ronald.

“Yeee elo yang seneng, gue mah pilih di sidang di ruang kepsek dari pada kena gossip yang beginian” gerutuku.

“Isye, elo nggak usah nanggapin mereka, kalo Reza emang suka sama elo, ya diterima aja!!!” Rio menimpali.

“Kalian Ini kenapa sih? Dari tadi bilang ‘Reza suka sama gue’ kenyataannya Reza cuek bebek gitu kok, nggak mungkin lah dia suka sama gue??” teriakku biar semua orang yang ada di kantin mendengar “kenapa juga semua penggemar Reza sirik mampus sama gue, jelas-jelas gue nggak pacaran sama dia!!!!!”

“Isye, udah gue bilang nggak usah ditanggapin” Rasya duduk di sampingku dan menyerahkan pesananku, aku sudah tidak berselera lagi untuk makan.

Melihat tingkahku yang kurang bersahabat, mereka hanya mengangkat bahu dan meneruskan kegiatan masing-masing. Selera makanku sudah hilang, dari tadi aku hanya mengaduk-ngaduk makananku dan menatapnya lekat-lekat, siapa tahu aku bisa mendapatkan ilham hanya dengan menatap potongan-potongan ayam, timun, tahu, dan tempe itu.

“Isye, walaupun itu ayam elo pelototin sampai kiamat pun, tetep aja nggak bakalan bisa menyelesaikan masalah lo!!!” bisik Rasya di sampingku.

Aku hanya melirik Rasya dan mengisyaratkan “diem lo nggak usah banyak bacot” yang ditanggapi Rasya dengan pelototan mata.

Aku tidak memperhatikan sekelilingku karena terlalu sibuk dengan pikiranku, baru kudasari ada pendatang baru yang sedang tertawa dan mengobrol dengan teman-temanku. Aku mengenali suara itu!! kuangkat wajahku dan langsung menatap orang yang sedang berbicara dengan Rio.

Reza

Merasa diperhatikan, Reza menatapku sambil menyunggingkan senyum menawan yang bisa membuat cewek-cewek histeris. Nggak bakalan mempan batinku.

“Sya, elo maukan nerima tawaran gue tempo hari?” tanya Reza dengan senyum yang memikat.

Ooh ternyata dia bukan menatapku toh, bikin orang salah mengira aja.

“Tawaran apa Reza?? Jangan-jangan elo nembak Rasya buat jadi pacar lo??” tanya Ronald yang kelihatanya hari ini pengen jadi biang gossip, persis seperti ceweknya.

“Ronald!!!!! Elo jangan membuat gossip baru, gossip yang sekarang aja sudah bikin pusing” teriak Rasti menanggapi ocehan Ronald.

“Beb!!!” Serli tersenyum manis sambil mencubit lengan Ronald dengan kekuatan super “jangan nambah masalah baru yaa!!!” Ronald hanya bisa meringis merasakan cubitan Serli yang keliatannya bisa melumpuhkan gajah sekalipun.

“Hmmm Reza!” gumam Rasya gugup “Elo cari orang lain aja, gue nggak bisa”

“Kenapa Sya? Gue sudah berharap elo mau menerima tawaran gue!”

“Gue ada fashion show lagi bulan depan, minggu depan gue ada pemotretan majalah, jadwal gue padat, gue nggak bisa jadi sekretaris OSIS” jawab Rasya dengan mantap.

“Ooohhh ternyata itu toh” semua yang duduk di meja itu bergumam secara bersamaan.

“Reza! Elo memilih orang yang salah, kenapa Rasya yang elo pilih? Masih ada Serli, Inov atau elo bisa pilih Celia, dia pasti mau” Rio mulai memberikan pendapatnya.

Reza hanya diam mendengar pendapat Rio.

“Iya Za! jangankan jadi sekretaris, jadi kacung elo pun Celia pasti langsung pasang badan” Saleh ikut menimpali.

“Sssss, jangan keras-keras dong kalo bicara!! Doi sensitive banget tahu, tuh gara-gara kalian nyebut namanya, cewek ganjen itu nengok kesini” Rasti berbisik sambil melirik keseberang ruangan tempat Celia dan konco-konconya bermarkas, Saleh, Matt, Rio dan hampir seluruh penghuni meja kami (kecuali aku dan Rasya) langsung menengok kearah Celia.

“Gue mau tanya sama elo, Reza” kata Rasya sambil menyuap nasi yang ada dihadapannya “syarat utama elo untuk cari sekretaris itu apa sih?”

Mendengar pertanyaan Rasya, Reza langsung bersikap formal dan kaku layaknya ketua OSIS “Syarat pertama, orangnya serius dan nggak suka ngegosip. Kedua, bisa diandalkan dan nggak melalaikan kewajiban”

“Waah syarat pertama berat banget, susah cari cewek yang nggak suka ngegosip, kepo, rese dan ***** bengeknya. Pantesan elo milih Rasya!!” Rio manggut-manggut berusaha mengerti pilihan Reza.

“Kalo Isye gimana? Dia juga nggak suka ngegosip” Ronald memberi pilihan.

“Saran gue jangan pilih Isye, elo tahu sendiri gimana Isye di kelas? Untuk tugas piket aja Isye sering mangkir apa lagi jadi sekretaris, gue bakalan jamin dia lebih sering bolos saat Rapat” ucap Rio, yang lain langsung menyetujui. Aku hanya bisa cemberut saat borokku di korek-korek.

“Elo nggak bisa komplain, Isye! kenyataan yang berbicara” sambung Rio saat melihat wajah cemberutku.

“Gimana Inov aja” usul Saleh.

“Iya, elo sudah memenuhi persyaratan. Elo bersediakan jadi sekretaris?” tanya Rio kepada Inov yang lagi asik menyerup es campurnya.

“Okelah, gue bersedia” Inov memberikan jawabannya beberapa detik kemudian “gue hanya bertanya-tanya, emangnya Rosa elo apain sih jadi elo tiba-tiba merekrut anggota baru?” tanya Inov kepada Reza sambil memakan chendoll.

“Jelaslah dipecat! Yang gue bingung apa alasan elo mecat Rosa, Za?” tanya Rio, kami langsung menoleh kearah Reza dengan rasa ingin tahu yang tinggi.

“Rosa selalu bikin gue kesel!!” Reza mulai bercerita “dia terlalu sibuk ngegosip hingga lupa sama tugas yang gue kasih, saat rapat kerjaannya cuman ngegosip dan nggak pernah menyimak apa yang gue atau anggota lain sampaikan. Kalo ditanya pasti jawabanya iya atau nggak tahu” Saat Reza bercerita, dia kelihatan sangat menakutkan. Aku baru kali ini melihat Reza marah secara langsung, ternyata lebih serem dari gossip yang beredar.

“Lama-kelamaan gue jadi gondok, terus gue pecat saat rapat dua minggu yang lalu, gue paling benci sama cewek yang suka ngegosip” sambung Reza dengan suara yang di bikin agak keras.

“Emang sih kalo cewek sudah pada ngegosip pasti lupa waktu” Saleh berusaha duduk tenang, dari tadi dia gelisah dan kakinya bergerak-gerak terus “Reza, elo jangan tersinggung ya, kami hanya penasaran!” Saleh memelankan suaranya sehingga yang duduk di meja ini saja yang mendengar “Bener nih ISYE yang nembak elo saat fashion show malam itu???” Saleh melirik kearahku saat bertanya sama Reza.

Pergantian topik yang tak terduga dan aku bersyukur Saleh mewakili semua orang yang duduk di meja itu menanyakan pertanyaan yang masih berputar-putar dikepalaku yang bikin pusing tujuh keliling walaupun aku sudah menyangkalnya.

Reza hanya tertawa menanggapi pertanyaan Saleh.

“Kalian percaya sama gossip yang beredar?” Reza malah balik bertanya.

“Bukannya gue percaya nih, gue hanya kasihan sama Isye yang bakalan di bully habis-habisan setelah ini” Inov menepuk-nepuk bahuku tanda prihatin.

“Iya, Reza!! Elo nggak kasihan sama Isye, dia sudah punya musuh dimana-mana!! Tadi aja waktu jalan ke sini, dia di pelototin rame-rame sama fans fanatik elo!!” Rasya meletakkan sendoknya di piring dan mengelus kepalaku. Aku di perlakukan seperti anak kecil lagi.

“Gue minta maaf Sye. gue nggak tahu lagi harus ngapain untuk meredam gosip yang beredar” Reza menundukan kepalanya, dia beberapa kali menarik nafas “Apa kita harus jadian beneran tapi gue yang nembak duluan bukan elo, gimana?” Reza memandangku sambil tersenyum menawan.

WHAAT

Semua orang yang duduk di meja itu ternganga mendengar pernyataan Reza yang tiba-tiba tidak terkecuali aku.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!