Keesokan hari sepulang sekolah Je sungguh mendatangi Lary Gym seorang diri, hanya ditemani jiwa Jenni di sampingnya. Gadis itu selalu datang dan pergi sesuka hati karena hanya berupa jiwa kosong.
Tak ada lagi teman sekolah yang kini berani membully gadis itu karena kedekatan dengan Sam and the gank yang bahkan bertekuk lutut padanya. Nilai akademisnya pun membaik dan guru tak lagi meremehkannya.
Di sinilah gadis itu berada sekarang. Berdiri di sebuah bangunan tua yang tampak sangat tak menarik, bahkan hanya untuk cuci mata. "Pantas saja dia bangkrut," gumam Je sambil melangkah masuk.
"Je, kita akan ke mana?" tanya Jenni dengan heran pertama kali mengunjungi tempat itu.
"Diamlah dan ikuti saja! Setidaknya setelah ini kau tidak akan menjadi gadis miskin lagi." Jessi memasuki tempat gym itu dengan santai sambil melihat ke seluruh area. Tampaknya Lary sudah menunggu gadis itu sejak tadi.
"Kau sungguh datang?" Pria itu mendekati Je yang membuatnya seketika membelalakkan mata karena gadis itu bahkan masih mengenakan seragam. 'Jadi aku dikalahkan bocah ingusan,' batinnya.
"Pantas saja tempatmu sepi. Siapa yang berniat datang ke tempat jelek seperti ini? Tikus pun enggan masuk ke sini," ucap Jessi sambil terus mengedarkan pandangan.
Lary hanya bisa menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Mau tak mau, Je pun bukan hanya menginvestasikan uangnya, tetapi juga mengarahkan tatanan ulang Gym tersebut agar menjadi menarik bagi para pelanggan.
Tak cukup satu atau dua hari Je membantu Lary mengatur kembali bisnisnya. Namun, setelah semuanya selesai, perbandingannya terlihat cukup signifikan. Para pelanggan mulai berdatangan karena Je juga membuat situs resmi secara online agar pelanggan lebih mudah dalam mem-booking tempat.
Bukan hanya pelanggan, tetapi Je sendiri juga rutin berolahraga di sana. Hingga sebagian lemak gadis itu berubah menjadi buliran keringat dan tubuhnya tak lagi gemuk. Dia melakukan diet sehat, tidak sebentar. Bahkan memakan waktu yang cukup lama. Namun, beruntungnya Je berhasil mengubah tubuh gendut itu menjadi lebih ideal. Entah kapan terakhir kali Je makan daging atau nasi.
"Aku pergi dulu!" Seperti biasanya, Je selalu pulang setelah selesai berolahraga karena Lary pun sudah memiliki beberapa karyawan sekarang.
"Hati-hati," ujar Lary yang kini malah menjadi bawahan Je karena tempat Gym itu sudah menjadi milik gadis tersebut. Hanya saja dia membiarkan Lary yang mengelola dengan pengawasannya.
Tak terasa hari sudah malam ketika Je keluar dari tempat itu. Biasanya di saat seperti ini dia langsung pulang dan pergi ke Casino bersama teman-temannya untuk menggali uang. Namun, kali ini Je merasa cukup malas, sedangkan Jenni kini mengikuti Jessi menikmati hidup.
"Apa kau akan ke Casino lagi, Je?" tanya Jenni.
"Tidak, aku bosan. Sepertinya aku butuh perawatan," jawab Je dengan santai sambil melangkahkan kaki menyusuri trotoar.
"Perawatan?" Jenni mengernyitkan dahi. Meskipun sudah hidup bersama Je sejak mereka pergi dari rumah. Nyatanya tak membuat kepintaran Je menular padanya. Gadis itu selalu mengikuti ke mana pun Jessi pergi, sedangkan Je sudah seperti induk itik yang membawa anaknya ke mana saja.
"Kita ke sana. Ayo!" Tak sengaja Je melihat sebuah salon kecantikan yang membuat gadis itu merasa tertarik.
Mereka pun mendekati tempat itu dan mulai membuka pintu. Lonceng berbunyi ketika pintu digerakkan, sungguh membuat Je cukup menyukai tempat tersebut. Aroma herbal pun tercium di indra penciumannya. Hingga tak lama kemudian tampak seorang wanita jadi-jadian mendekat untuk menyambutnya.
"Eh, ada tamu. Mari masuk, Say!" ucap Sang Waria.
"Perawatan wajah apa yang kau miliki untuk wajahku ini?" Je bertanya tanpa basa basi. Meskipun tubuh gadis itu sudah kurus, tetapi jerawat di wajahnya tetap berjajar rapi hingga membuat gadis itu kewalahan karenanya.
Entah berapa banyak produk kecantikan yang sudah digunakan, tetapi bukannya menghilang, jerawat batu malah semakin menggunung di wajahnya.
Waria itu, terlebih dulu mengamati wajah Je dengan membolak balikan wajah sambil memegang dagu gadis tersebut. "Aku punya satu perawatan, Say. Tapi entah kau mau atau tidak karena dia tidak cukup hanya sekali, melainkan berulang kali."
"Kau yakin bisa menghilangkan bisul-bisul ini sepenuhnya?"
"Itu bukan bisul, Say. Dia hanya jerawat batu. Mari sini!" Dengan sepatu hak tinggi dan berjalan sambil melenggak lenggokkan tubuh, waria tersebut mulai membawa Je ke sebuah tempat. "Tapi, perawatan di sini sangat mahal. Apa kau sanggup, Say?" tanya waria itu sambil berjalan.
"Aku bahkan bisa membeli tempatmu ini dengan mudah."
"Baiklah, ganti pakaianmu terlebih dahulu. Setelah aku akan menunggumu di sana."
Je hanya bisa mengikuti ucapan wanita itu, dia mengganti seragamnya dan hanya menggunakan bathrobe pemberian waria tersebut. "Je, kau yakin ingin melakukan ini? Kenapa dia sepertinya tidak meyakinkan?" tanya Jenni dengan khawatir.
"Tenang saja. Nanti kau juga akan tahu." Tanpa membuang waktu, Je keluar setelah berganti pakaian dan melangkah ke tempat di mana Waria itu berada.
"Kemarilah, Say." Waria itu menuntun Je agar masuk ke dalam kolam pemandian air hangat miliknya. Sungguh suatu sensasi menyegarkan bagi tubuhnya yang lelah berjuang sejak memasuki tubuh Jenni.
Aroma khas tanaman herbal membuat Je sedikit mengernyitkan dahi di kala waria memijat pundaknya. "Apa yang kau campurkan ke dalam sini?"
"Hanya beberapa tanaman herbal yang bagus untuk perawatan kecantikan, Say. Tak usah takut, hanya saja wajahmu sepertinya sudah terkontaminasi obat agar jerawat tidak mudah hilang. Apalagi kalau menggunakan bahan kimia." Penjelasan waria itu tentu saja mampu dicerna otak Jessi, tetapi tidak dengan Jenni.
"Apa maksudnya, Je?" tanya jiwa Jenni.
'Kau sudah diracuni agar menjadi jelek sejak dulu, Bodoh!' batin Je sambil menatap tajam ke arah Jenni di sampingnya.
"Kenapa tempatmu sepi?" Je berbicara sambil memejamkan mata menikmati sensasi relax saat ini.
"Kau tau sendiri, perawatan herbal cukup sedikit peminatnya karena mereka menyukai perawatan instan agar cepat menjadi cantik, Say. Entah sampai kapan aku bisa bertahan, sedangkan semua ini juga memerlukan biaya." Sebagai seorang waria, tentu saja sudah hal biasa menceritakan masalah apapun kepada pelanggannya agar tidak bosan, termasuk masalah pribadi.
"Kalau begitu aku akan berinvestasi." Kalimat Je berhasil membuat sang waria tertawa lebar.
"Apa kau bercanda, Say. Investasi itu bukan jumlah yang sedikit. Jangan kau kira seharga membeli hotdog!"
"Kita lihat saja nanti."
To Be Continue..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Sita Sit
keren kamu je,selain berbisnis ,bisa juga menolong orang itu
2024-11-05
0
Ds Phone
dia banyak duit bodoh
2025-01-09
0
X'tine
otak je emang cerdas... tak usah kerja berat.. cukup inves sana sini... tinggal nikmati hasil say...
2024-09-29
0