"Bukankah kau ingin menghabisiku," bisik Je di telinga pria yang kini meringis kesakitan atas tindakannya itu.
Tanpa diduga, bisikkan Je berhasil membangkitkan semangat dalam diri pria tersebut dalam sekejap. Meskipun tangan kanannya di plintir, dengan cepat dia menggunakan tangan kiri yang langsung melingkarkan ke belakang tepat di leher Je.
Dia langsung mengeratkan kalungan lengannya dan membanting tubuh wanita gemuk itu melalui bahu serta langsung terjatuh di lantai. Meskipun berat, nyatanya pria tersebut mampu melakukannya karena jika kalah, sudah pasti lebih baik mati daripada kehilangan segalanya.
Akan tetapi, nyatanya Je yang terbanting ke lantai tetap tak melepaskan tangan dan dengan kaki, dia mengangkat tubuh pria itu hingga sama-sama dalam posisi terjatuh. Secepat kilat Je mengunci tangan serta leher pria tersebut dengan kakinya.
Berulang kali pria itu meronta-ronta mencoba berbagai cara untuk melepas diri dari Je. Hingga wajahnya sudah merah padam dan tampak sangat kesakitan. Jika Je tak segera melepaskan kuncian, bisa dipastikan pria itu akan tewas di area pertandingan.
Hingga akhirnya pria itu pun menyerah dengan berulang kali menepukkan tangan dan Je juga lekas melepaskannya. Tak lama, pembawa acara pun naik ke arena dan langsung menarik tangan gadis itu.
"Pemenangnya, Je!" Gema suara sang pembaca langsung disambut sorak riuh tepuk tangan para penonton.
Selain itu, banyak pula yang mengumpat kesal karena kalah dalam taruhan dan tak menyangka akan berakhir tidak seperti yang mereka bayangkan. Je pun segera turun dari arena dan mendekat ke teman-temannya.
"Je, kau sungguh keren malam ini!"
"Kita menang banyak."
"Je, kau harus mengajari kami semua kemampuan tersembunyimu!"
Sam, Han, dan Lu saling berceloteh ria di belakang gadis itu di kala Je mulai melenggang pergi sambil melepaskan sarung tangannya. Hingga tak terasa mereka pun tiba di ruang ganti.
"Apa kalian berencana mengintipku?" tanya Je setibanya mereka tiba di ruang ganti, tetapi ketiga temannya tidak menyadari hal itu.
"Maaf, maaf," ucap Sam yang langsung merangkul teman-temannya agar memberi waktu untuk Je berganti.
Beberapa saat kemudian, mereka pun bergegas keluar dari tempat itu. Namun, ketika keempat remaja tersebut melewati arena pertandingan sebelumnya, Je melihat pria yang tadi menjadi lawannya masih terlentang seorang diri di tengah arena.
"Je." Sam berusaha menahan gadis yang hendak mendekati pria tersebut.
Namun, Je hanya mengangguk. "It's okay." Gadis itu pun tetap melangkah menuju arena dan mengulurkan tangan ke arah pria tersebut. "Kenapa masih di sini?"
"Hidupku habis sudah," ujar pria itu dengan tatapan melayang entah ke mana tanpa menyambut uluran tangan Je.
Akhirnya, Je memutuskan untuk duduk di samping pria yang masih terlentang dengan santai, sedangkan ketiga teman lainnya hanya menatap mereka dari luar ring. Berharap keduanya tidak akan bertanding lagi, apalagi membuat kerusuhan.
"Kau tahu? Aku pernah berada di posisimu. Saat di mana kematian mungkin lebih baik daripada hidup. Tapi, Ibuku selalu berkata 'hidup adalah pilihan. Kamu tidak bisa kembali ke masa lalu, tapi dapat memperbaiki masa depan.' Dulu aku pikir masa depanku sudah terbayang membosankan dalam benakku. Sampai-sampai aku selalu berbuat onar." Sejenak Je menundukkan wajah karena mulai merindukan keluarganya.
Hal itu, membuat pria tersebut langsung bangkit dari posisinya dan duduk sambil menekuk lutut di samping Je. "Aku sudah tidak punya apa-apa lagi sekarang."
Untuk sekian detik pria itu mengembuskan napas panjang sebelum kembali berbicara. "Satu-satunya harta yang kumiliki sudah berpindah tangan padamu. Tapi, juga tak berarti apa-apa karena tempat gym itu bisa dibilang hanya cangkang kosong. Tinggal menunggu waktu gulung tikar."
"Jadi karena itu kau menantangku bertanding tadi? Agar mendapat kembali uangmu juga kemenanganku sebelumnya?" Je menatap ke arah pria yang kini hanya menghela napas kasar sambil mendongakkan kepala menatap ke atas.
"Butuh banyak biaya untuk membangkitkan kembali rumah yang hampir roboh. Begitu pula tempat itu."
"Di mana tempat Gym mu?" tanya Je.
"Tak jauh dari sini. Lary Gym, tapi sudah sangat sepi dan hanya ada aku seorang," ucap pria itu.
"Je." Jessi mengulurkan tangan memperkenalkan diri pada pria di sampingnya dengan santai.
"Lary Zain." Pria itu menyambut uluran tangan sang gadis sambil tersenyum kecil.
Baru beberapa menit yang lalu keduanya bertanding di arena tempat mereka duduk. Kini malah berkenalan layaknya seorang teman. Dia sungguh tak menyangka jika gadis tersebut tidaklah sombong angkuh dengan kemenangannya.
"Gunakan ini! Besok aku akan mengunjungi tempatmu." Tanpa membuang waktu, Je menyerahkan sebuah kartu kepada pria di sampingnya dan langsung beranjak pergi meninggalkan lelaki yang masih mematung di tempatnya.
"Apa aku bermimpi," gumam pria itu berulang kali menepukkan tangan di pipi sambil melihat kartu di depannya.
Sementara itu, Sam dan yang lainnya merasa bingung dengan tindakan Je kali ini. Hingga pria itu pun tak kuasa untuk menahan diri agar tidak bertanya. "Je, kenapa kau membantunya? Bukankah kau bilang uang itu bisa untuk hidup mewah selama sebulan."
"Apa kau tahu tentang investasi?" Sejenak Je melirik ke arah Sam dan pria itu malah menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Itulah yang sedang aku lakukan."
Meskipun Sam berasal dari keluarga kaya raya. Akan tetapi, kenakalan membuat pria itu tidak mengerti bagaimana cara seseorang berbisnis. Dia hanya tahu bagaimana caranya menghabiskan uang dan itulah yang diajarkan ibu tirinya.
TO be Continue….
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Ds Phone
sebenar nya dia baik hati kelurga nya yang jahat
2025-01-09
0
Sita Sit
je kerennn
2024-11-05
0
Ayuni Wati
Je...kamu selalu kerennnn
lope ..lope dah buat Jesicca 😘😘
2022-03-26
1