Bukan tanpa alasan Je memutuskan berjudi hari ini. Selain untuk mencukupi kebutuhannya ke depan, dia juga ingin membeli sebuah kue ulang tahun yang terlambat untuk Jenni.
Gadis itu berusia tepat tujuh belas tahun kemarin dan dia sempat bercerita tidak pernah merasakan indahnya hadiah ulang tahun. Dalam jiwa yang tak bisa dilihat oleh orang lain, Jenni menghabiskan hari selama dua puluh empat jam lebih berada di sisi ayahnya, kecuali jika pria itu ke kamar mandi tentunya.
Rasa rindu karena pria itu tak pernah mengucapkan hal itu selama tujuh belas tahun, membuat Jenni hanya bisa meminta hadiah dari Tuhan agar bisa menghabiskan waktu bersama dengan ayahnya di hari ulang tahunnya. Benar saja Tuhan mengabulkan hal itu, tetapi mereka bersama hanya ketika Jenni dalam bentuk jiwa yang mengikuti sang ayah seharian.
Keduanya berjalan menuju sebuah taman dengan tas di punggung Je. Dia terlebih dulu duduk di sebuah bangku diikuti oleh Jenni. "Apa kau begitu menyayangi ayahmu?" tanya Je sesaat setelah memikirkan kejadian tadi.
Jenni hanya bisa mengangguk kecil sambil menunduk. Dia juga duduk di bangku bersebelahan dengan Je. "Tapi dia sungguh tak menginginkan aku!" Tanpa sadar jiwa kosong itu kembali berurai air mata mengingat bagaimana ayahnya terlalu tega. Sejak kecil dia hanya bisa merayakan ulang tahunnya bersama kesepian tanpa pernah tahu apa itu perayaan. Berdiam diri di kamar sambil terus berharap sang ayah akan membuka hati tak membuatnya lelah untuk terus memanjat doa.
Rasa sakit karena dibenci ayah kandungnya sendiri membuat hati gadis itu rapuh sejak dulu. Tuhan seperti tidak adil membuatnya ada di dunia, tetapi tak dengan kebahagiaannya. Hingga tak lama kemudian, suara Je bernyanyi sambil menyodorkan sebuah hamburger kecil dengan lilin di atasnya membuat gadis itu seketika mengangkat kepalanya.
"Selamat ulang tahun! Selamat ulang tahun! Selamat ulang, selamat ulang, selamat ulang tahun!" Dua wajah yang sama dalam bentuk tubuh dan jiwa saling berpandangan. Je mengulas sebuah senyum indah demi menghibur hati Jenni yang rapuh dengan sebuah kue kecil. "Selamat ulang tahun, Jenni. Hidupmu adalah milikmu, kau berhak bahagia. Make a wish!"
Terharu, tentu saja terharu. Setelah sekian lama akhirnya dan orang yang mengingat tentang hari ulang tahunnya. Meskipun hanya sebatas hamburger yang kecil, tetapi hal itu adalah hadiah pertama bagi Jenni.
"Maaf semua toko sudah tutup ketika aku pulang, hanya tersisa tempat makan cepat saji," ujar Je dengan lembut dan membuat Jenni mengangguk dengan cepat.
Gadis itu langsung menangkupkan kedua tangan, berharap agar bisa merasakan apa itu bahagia setelah semua ini. Dia lantas meniup lilin tersebut, tetapi bukan mati karena tiupannya, melainkan semilir angin dingin di sepertiga malam itu.
"Terima kasih, Jessi."
"Ayo kita cari tempat penginapan!"
Keduanya pun kembali menyusuri area kawasan tersebut dengan berjalan kaki. Sebagai seorang wanita gemuk dan jelek apa yang harus ditakutkan jika berjalan sendirian di kegelapan malam. Bahkan burung hantu pun enggan untuk bersiul menggodanya.
Namun, Jessi sudah terlalu lelah hari ini hingga gadis tersebut memutuskan untuk tidur di bangku taman, di bawah sinar rembulan beratapkan langit dan berselimut semilir angin.
__________________
Ketika pagi hari sudah menjelma, Je mulai mengerjapkan mata di saat mendengar penyapu jalan tengah mengerjakan tugas tak jauh dari tempat gadis tersebut beristirahat. Sementara itu, jiwa Jenni, masih tertidur di bangku lainnya hanya saja tak terlihat oleh orang lain.
Beruntung hari ini bukanlah masa kerja, sehingga jalan tak terlalu ramai seperti biasanya. Namun, nyatanya gadis itu tak sendirian. Di balik semak taman, tiga orang pria saling berpelukan dengan masih tidak sadarkan diri.
Je yang melihat hal itu lantas mendekat ke arah mereka yang bahkan berpenampilan lebih lusuh dari seorang pengemis jalanan. "Apa yang kalian lakukan di sini?"
Berulang kali, Je membangunkan Sam and the gank dengan menendangnya, hingga tak lama kemudian mereka mulai mengerjapkan mata.
"Je? Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Sam ketika pria itu sudah sadar sambil memukul kepalanya yang terasa sakit akibat mabuk semalam.
"Harusnya aku yang menanyakan hal itu, bodoh! Kenapa kalian tak pulang? Jangan bilang kalian mengikutiku!" Sorot tajam Je menatap ketiga teman barunya membuat mereka hanya bisa menyengir kuda melihat gadis itu.
Bukan karena apa-apa, tetapi mereka mengikuti Je karena penasaran bagaimana gadis itu berubah menjadi sangat mengagumkan. Hingga tak menyangka akan melihat Je yang pergi dari rumah dan memilih tidur di taman.
"Karena kalian sudah tahu, bantu aku cari tempat tinggal!"
"Siap!" Ketika pria itu langsung berdiri tegap.
Meskipun Sam adalah anak orang kaya, tetapi dia memiliki hidup bebas dan tak diperhatikan keluarga karena kebodohannya. Hingga pria itu selalu bersenang-senang dengan kedua temannya hanya untuk menghabiskan uang yang dianggap Tuhan oleh keluarganya.
Mereka pun segera melangkah pergi meninggalkan area taman. Begitu pula dengan jiwa Jenni yang merasa heran bagaimana bisa Je berteman dengan mereka. Padahal ketiga pria itu paling sering membully Jenni ketika dia masih di tubuhnya, tetapi sepertinya Je sekarang adalah bos bagi mereka.
Cukup lama mereka menyusuri setiap tempat, Je memutuskan untuk menyewa sebuah tempat tinggal yang tak jauh dari casino mewah. Di mana tempat itu akan menjadi bank uang bagi hidupnya.
Bukan sebuah apartemen apalagi rumah mewah yang disewa Je. Dia hanya menyewa sebuah tempat tinggal kecil di bagian atap dengan rooftop yang cukup luas. "Kalian belilah makanan dan beberapa barang lainnya! Jangan lupa beli ponsel untukku! Aku akan pergi dulu."
Je menyerahkan uang hasil semalam kepada mereka untuk membantu membeli perlengkapan rumah, sedangkan dia menyisakan beberapa untuk kebutuhannya diri sendiri.
Setelah membersihkan diri Je memilih berlari sambil mengamati situasi di sekitar kawasan itu. Rumah sewa barunya seketika menjadi tempat untuk ketiga pria itu berkumpul alias nongkrong dengannya jika mereka tak ada kesibukan seperti sekarang.
Dia harus mulai hidup sehat sejak kini demi kelangsingan tubuhnya, tetapi saat ini baru diet dan berlari yang bisa dia lakukan untuk membakar lemak sambil mengamati situasi sekitar. "Kau harus kurus, Je," ucapnya pada jiwa Jenni yang juga ikut berlari di sampingnya.
To Be Continue….
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Sita Sit
si pembully jd kacungnya je sekarang /Facepalm//Facepalm/
2024-11-05
0
Ds Phone
tikar dengan kuat
2025-01-09
0
Ruby Jane
ga ada visual je gemuk ya thor?
2024-10-29
0