Untuk tempat pertama yang Jessi datangi bersama Sam Sul dan yang lainnya memanglah hanya sebuah kasino kecil. Hal ini dia lakukan sebagai strategi agar bisa meraup lebih banyak keuntungan dengan modal sedikit sembari mendalami situasi. Jika nantinya dia sudah berhasil memenangkan banyak uang, barulah gadis itu berniat mengunjungi kasino kalangan menengah ke atas.
Tubuh gemuk dan wajah jelek Jessi saat ini sungguh tak bisa ditutupi. Banyak mata menatap sinis ke arah mereka karena menganggap sekelompok orang seperti itu tak layak bermain di tempat seperti ini.
Namun, sebuah senyum miring terukir indah di wajah buruk Jessi. Dia menghentikan langkah di salah satu meja permainan favoritnya–Roulette. Tanpa membuang waktu, gadis itu meletakkan semua taruhannya di satu tempat.
"Je, apa kau tahu maksudnya semua ini?" tanya Sam Sul dengan raut wajah cemas. Bagaimana tidak, semua uang yang dia miliki diambil oleh gadis itu dan langsung diletakkan di tempat bertaruh. Jika mereka sampai kalah otomatis hanya bisa melihat dan tak lagi dapat bermain.
"Jangan banyak omong! Percaya padaku!" Tak butuh waktu lama, seorang bandar mulai menekan tombol putar dan melemparkan bola kecil tersebut.
"Woooo menang!" Ketiga pria tersebut sontak berteriak dan merangkul Jessi ketika gadis itu langsung memenangkan 35 kali lipat dari angka taruhannya di putaran pertama permainan. Namun, gadis itu menatap tajam dan tak bereaksi berlebihan seperti teman-temannya. "Maaf, Je."
"Kau hanya beruntung." Seorang pria mendengus kesal melihat gadis yang baru sekali bermain langsung menang, sedangkan dia sudah beberapa kali, tetapi tak kunjung mendapatkan kemenangan.
"Kita lihat saja nanti!" ujar Jessi datar.
Kerlap kerlip lampu serta alunan musik DJ beriringan dan ramainya orang berseru akan kekalahan atau pun kemenangan menjadikan tempat tersebut terlihat sangat ramai.
Kasino merupakan tempat di mana manusia mencoba peruntungan dengan cara mudah. Namun, tak jarang bukannya keuntungan yang mereka dapat, melainkan kerugian tak berkesudahan. Bahkan ada yang sampai menjual semua aset karena kecanduan dalam berjudi.
Tua, muda, pria, wanita sama saja. Mereka berkumpul untuk bermain kartu sambil menyesap rokok di bibir. Bukan hal yang langka jika tempat seperti itu lebih menguras kantong dibandingkan dengan club malam atau tempat pela*curan.
Untuk yang kesekian kalinya Jessi kembali memenangkan beberapa pertandingan dan uang yang terkumpul membuat gadis itu mencoba permainan lainnya.
"Kita bermain di sana!" ajak Jessi pada Sam Sul dan yang lainnya.
"Apa kau yakin?" Sam mengernyitkan dahi melihat Je melangkahkan kaki menuju tempat lain. Dia sendiri bahkan tak pernah bermain poker selama bersenang-senang di kasino. Bagaimana bisa gadis cupu seperti Jenni melakukan hal itu.
"Jika aku menang, aku tak perlu mengembalikan uangmu. Tapi, jika kalah aku akan membawakan tas mu setiap hari ke sekolah! Bagaimana?" Jessi mengulurkan tangannya kepada Sam.
Sejenak pria itu memikirkan perkataan Je. Akan tetapi, sebenarnya kedua hal itu tidak ada untungnya bagi Sam. Namun, melihat rasa percaya diri gadis itu dia pun menerima uluran tangan. "Deal!"
"Aku ikut!" Tanpa membuang waktu, Jessi langsung duduk di salah satu kursi kosong meja poker lengkap dengan koin perjudian miliknya.
Seorang pria paruh baya berkepala botak dan perut buncit tampak tertawa mencemooh ke arah gadis itu. "Hei bocah! Lebih baik kau pulang saja sebelum akhirnya menangis karena kehilangan uangmu!"
"Hei, Pak Tua Pentol Korek. Lebih baik siapkan taruhannya dan tak perlu banyak bicara!" jawab Jessi santai sambil memangku tangan di atas meja.
"Sialan!" Pria tersebut langsung meletakkan taruhannya. "Mulai!"
Kedua orang saling beradu di meja perjudian dengan wajah pria tua yang meremehkan kemampuan gadis jelek di depannya. Sangat jarang seorang wanita muda di usia seperti itu memahami tatanan dan aturan dalam permainan poker dan dia akan memanfaatkan hal itu untuk menguras uang Jessi.
Namun, hal yang tak ia duga adalah Jessi bukanlah gadis biasa. Bergelut di meja perjudian sejak dalam kandungan membuat permainan ini hanyalah layaknya ular tangga bagi gadis itu. Apa lagi sejak kecil dia selalu bermain di kasino demi mengganggu sang Paman dan membolos sekolah.
Tak jauh dari tempat mereka berada, seorang pria berperawakan tampan berdiri di tepi kaca. Seperti biasa dia duduk di ruang VIP di mana posisinya tidak akan terlihat dari luar. Pria tersebut mengamati setiap aktivitas di dalam kasino karena berencana membangun sebuah pasar bisnis perjudian sendiri di dunia.
William Scorpion, seorang pria berusia dua puluh delapan tahun yang bekerja sebagai pebisnis muda. Pria tersebut adalah pendatang dari China dan melebarkan bisnis di banyak tempat, termasuk usaha miras dan perjudian.
Terbiasa berpindah-pindah tempat membuatnya tak tertarik dengan wanita dan hanya menikmati bisnis sebagai kekasihnya. Dia mengedarkan padangan ke segala arah, tetapi kali ini sorot matanya berhenti di punggung seorang wanita yang bermain judi.
"Siapa dia?" tanya Liam pada asistennya Kare.
"Sepertinya pelanggan baru, Tuan. Haruskah saya menyelidikinya?"
"Pergilah!" Liam mengibaskan tangan sebagai tanda agar sang asisten mencari tahu identitas wanita tersebut.
Entah mengapa untuk pertama kalinya, pria tersebut merasakan sebuah desiran di hati karena seorang wanita yang bahkan dilihat dari punggungnya saja tampak tidak menarik. Namun, bukan itu yang utama, tetapi rasa penasaran dalam dirinya akan kelihaian gadis itu dalam berjudi.
Di mana pandangannya melihat tingginya tumpukan uang dan cara bermain gadis itu yang mampu membuat lawannya berulang kali mengacak-acak rambut karena frustrasi.
"Mengagumkan!" Liam kembali menyesap cerutu di tangannya dan setelah cukup lama mengamati, pria tersebut memilih untuk turun dan menatap dari jarak lebih dekat.
"Berikan aku whisky!" pintanya pada seorang bartender.
Seorang wanita seksi mulai mendekati pria tersebut. "Tuan." Dia hendak bergelayut manja, tetapi dengan cepat Liam menepis tangannya.
"Menyingkirlah jika kau masih menginginkan nyawamu!"
Wanita itu pun hanya bisa mendengus kesal sambil melangkah pergi meninggalkan Liam, sedangkan pria tersebut malah asyik meneguk minumannya sambil terus menatap ke arah Jessi. Selama ini dia selalu bersembunyi di balik ruang VIP demi kenyamanan diri. Namun, hanya untuk melihat gadis itu dari dekat Liam bahkan rela turun ke keramaian.
Hingga suara teriakan seorang pria dari meja tempat Jessi bermain membuat Liam menyunggingkan senyuman.
"Apa ini? Kau pasti curang 'kan?" teriak pria botak plontos tak terima dengan kekalahannya. Bagaimana tidak, Jessi berhasil memprovokasi pria tersebut hingga seluruh uang taruhannya berpindah tangan.
Namun, gadis itu terlihat santai dan tetap duduk dengan arogannya. "Seharusnya Anda malu bisa dikalahkan gadis jelek sepertiku!"
"Hah!" Pria tersebut mengacak-acak meja perjudian demi meluapkan kekesalannya. Habis sudah uang hasil suap raib berpindah tangan hanya dalam hitungan jam.
To Be Continue...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Hairani Siregar
Dari masih dlm kandungan mominya dah d ajari main judi. trus punya casino jga, jdi jenni dah hapal luar logika.
2024-12-13
0
Ds Phone
itu kekuatan nya
2025-01-09
0
Sita Sit
will jodohnya Jessi nih
2024-11-05
0