"Bagus ,ya jam segini baru pulang. Kelayapan ke mana saja kamu?" Suara teriakan seorang wanita dari dalam di saat Jessi membuka pintu membuatnya seketika terkejut hingga membanting pintu di saat menutupnya.
Siapa dia? batin Jessi menanyakan kepada jiwa Jenni.
"Ibu tiriku," jawab Jenni.
Mendengar kata ibu tiri, Jessi hanya tersenyum miring, terdiam, dan tak menjawabnya. Pandangannya menelisik setiap inchi bagian tubuh wanita yang kini bersedekap di depannya. Seorang wanita parih baya terlihat cukup terawat dengan bibir merah darah dan alis mata sulaman, serta hidung mancung hasil operasi terlihat jelas di mata Jessi.
Bisa dipastikan hanya dari menatapnya saja, jika sikap wanita tersebut arogan juga sangat jahat, berlawanan dengan Mommy Jesslyn di rumahnya.
Meskipun, ibu Jessi adalah orang yang cerewet. Namun, semua orang jelas tahu jika dia sangat menyayangi seluruh anggota keluarganya. Baik kandung atau pun tidak. Ditambah penampilannya sederhana tak memerlihatkan kalau dia orang kaya membuat ibunya tampak lebih berwibawa. Hal tersebut jelas sangat bertolak belakang dengan ibu tiri Jenni itu, hanya dalam sekali lihat sudah seperti Mak Lampir.
"Aku dengar tadi dia mencoba untuk bunuh diri, Mom." Seorang wanita muda seumuran Jenni berjalan dari atas tangga dengan begitu arogannya.
Dia memiliki tubuhnya langsing, kulit bersih dengan wajah glowing layaknya piring baru selesai di cuci, bersih bersinar sunlight. Namun, sayangnya wanita itu bukan bintang iklan, melainkan kakak tiri Jenni yang bernama Rose To, sedangkan ibunya Ju Min Ten merupakan kakak dari Mar Ni–ibu kandung Jennifer To.
Ya, tanpa menjadi keluarga tiri pun sebenarnya mereka tetap memiliki hubungan darah. Sayangnya, setelah kematian istrinya—Mar Ni–ayah Jenni malah menikahi kakak iparnya sendiri karena wanita tersebut juga memiliki seorang anak, tetapi tidak punya suami. Entah bagaimana cara dia hamil, mungkin seperti sapi yang cukup disuntik langsung tekdung.
Dilahirkan di saat yang sama, hanya berjarak beberapa hari sebelum Jenni, membuat putrinya yang lebih tua juga diberikan marga To setelah sang ibu menikah dengan Su Man To.
Posisi menduda dengan seorang bayi yang masih membutuhkan kasih sayang membuatnya memilih bertanggung jawab kepada sang kakak ipar, meskipun Rose bukan anaknya. Berharap wanita tersebut juga bisa merawat anaknya sebaik mungkin.
Akan tetapi, pernikahan yang rencananya demi sang putri lambat laun berubah. Hal itu malah menjadi sebuah malapetaka bagi Jenni kecil. Ayahnya diprovokasi oleh istri barunya setiap waktu, hingga menganggap putri kandungnya sendiri sebagai anak pembawa sial karena menyebabkan istri tercintanya meninggal dunia.
Hal yang memilukan bagi bayi tak berdosa itu sejak kecil dan sayangnya berlangsung sampai kini, selama tujuh belas tahun lamanya. Hidup tanpa kasih sayang orang tua, atau pun teman. Hanya seorang diri, berteman sepi juga kesengsaraan.
"Oh, jadi kau mencoba bunuh diri? Apa kau ingin menyusul ibumu ke alam baka?" Min Ten berbicara dengan nada tinggi. Dia segera bergerak mendekati Jessi dan langsung menjambak rambut gadis itu kuat-kuat. "Sini aku bantu supaya kau sadar jika malaikat kematian saja bahkan menolak menerimamu di neraka."
Wanita tersebut menarik rambut Jessi dengan kuat hingga tubuh gadis itu terseret di lantai, sedangkan Jessi dalam tubuh Jenni hanya terdiam terlebih dahulu diperlakukan seperti itu, sambil mengepalkan kedua tangannya. Hal yang tak pernah dia terima selama hidupnya, perasaan terhina sebagai seorang manusia dan wanita paruh baya yang menganggap karma tidak ada membuatnya hanya memendam emosi untuk sementara waktu.
Sementara itu, Jenni yang hanya sebuah jiwa melihat pemandangan itu secara langsung bergetar seketika. Rasa takut mengingat perlakuan ibu dan kakak yang selalu menyiksa masih membekas dalam ingatan gadis tersebut secara kuat. Meskipun kali ini dia tidak merasakannya, tetapi sikap lemah masih melekat dalam jiwanya.
Jessi di dalam tubuh Jenni diseret oleh ibu tirinya ke kamar mandi terdekat. Ju Min Ten seperti orang kesetanan jika menyiksa gadis malang tersebut. Dicelupkannya kepala Jessi ke dalam bak berisikan air penuh berulang kali. "Lihat! Seberapa kali pun aku mencoba membunuhmu, malaikat kematian tetap akan menolakmu!"
Rasa sakit karena teraniaya baru kali ini dirasakan oleh Jessi. Ibunya di sana bahkan tidak pernah sekalipun mencubit atau melukai fisik, tetapi yang terjadi saat ini sangatlah kelewatan.
Membayangkan Jenni yang disiksa seperti ini selama ini membuat Jessi seketika murka. "Sudah cukup!" Dengan kasar wanita tersebut menghempaskan tangan Ju Min Ten di rambutnya, hingga membuatnya terdorong ke belakang dan terbentur wastafel.
"Mommy!" teriak Rose yang terkejut melihat Jenni berani melawan mereka, padahal sebelumnya dia hanya menyaksikan adegan tersebut karena sang adik tak pernah berani membalas ibunya. "Beraninya kau melukai Mommy!"
"Lalu, aku harus diam saja dan membiarkannya menyiksaku, begitu!" Suara Jessi tak kalah kerasnya dengan Rose membuat keduanya seketika membelalakkan mata. Gadis itu tiba-tiba saja menjadi sangat mengerikan hanya karena sepatah kata.
Baru kali ini Jenni berani menatap mereka dengan kilatan amarah seperti itu, bahkan selama tujuh belas tahun lamanya gadis tersebut tak pernah berani sekalipun menjawab perkataan mereka layaknya orang bisu. Namun, situasi sekarang membuat keduanya berhasil meremang seketika hanya karena sepatah kata yang keluar dari mulutnya.
Tak lama kemudian, suara langkah kaki Su Man To yang baru pulang dari kantor mulai terdengar memasuki kediaman. Kedua ibu dan anak mendengar itu langsung memanfaatkan kondisinya untuk bersandiwara agar mendapatkan belas kasihannya.
"Lihatlah tangan Mommy jadi terluka karenamu!" Suara teriakan Rose kepada Jenni berhasil mengundang perhatian ayahnya.
Pria tersebut lantas menghampiri mereka di kamar mandi tanpa melihat bagaimana situasi yang sesungguhnya. "Apa yang terjadi?"
"Daddy, lihatlah tangan Mommy terluka karena didorong oleh Jenni!" Keduanya memerlihatkan tangan Ju Min Ten yang sudah membiru akibat terbentur wastafel dengan raut wajah mengibah seakan dianiaya oleh gadis itu.
Sementara itu, Jessi yang menyaksikan adegan dramatis ala-ala ikan terbang hanya memutar bola matanya dengan malas, sedangkan jiwa Jenni cuma bisa melihat tanpa mampu membantu masih takut menyaksikan semua itu. Gadis tersebut semakin bergetar di kala sang ayah sudah mulai berbicara, biasanya di saat seperti ini dia harus menerima apa pun hinaan dan pukulan Su Man To kepadanya. Sebuah kebiasaan yang selalu dia terima di saat sang ayah tengah marah akibat provokasi dari sepasang ibu dan anak medusa itu.
"Apa yang kau lakukan pada Mommymu? Dasar anak tidak tahu diuntung!" Tidak ada kata iba dalam diri Su Man To, pria itu langsung menarik keluar tubuh anaknya tanpa mendengarkan penjelasan gadis itu terlebih dahulu.
Pria tua itu menghempaskan tubuh gemuk Jessi ke lantai sangat kasar, hingga gadis itu tersungkur dengan keras. Merasakan kejadian memalukan seperti ini untuk pertama kali membuat kedua tangan Jessi mengepal erat dengan sorot mata tajam. Inikah yang kau sebut keluarga? Apa mereka selalu memerlakukanmu seperti ini setiap hari?
Jessi menatap lekat jiwa Jenni di depannya. Gadis itu hanya bisa mengangguk sambil meringkuk menangis melihat apa yang terjadi di depan matanya, padahal biasanya dia di posisi itu.
Melihat jawaban Jenni membuat Jessi memejamkan mata sambil menghirup napas panjang. Jangan salahkan aku kalau aku memberi pelajaran pada keluargamu!
Segera Jessi beranjak dari posisinya dan langsung berbalik menatap tajam ke arah Su Man To, dengan kedua tangan berkacak pinggang dan sebuah embusan napas kasar dari mulut ke atas mengibarkan poni dora di dahinya membuat pria paruh baya di depannya semakin murka.
"Apa kau ingin menantangku?" ujarnya dengan geram melihat tingkah sang putri.
"Iya, aku sangat ingin menantangmu dan memberikan bandot tua sepertimu pelajaran!" Tidak lagi ada sikap takut atau rasa hormat dalam diri gadis itu yang membuat semua orang membelalakkan mata melihatnya, tidak ada satu pun dari mereka mengira jika Jenni akan menjawab perkataan sang ayah dengan begitu arogannya.
Hal tersebut tentu saja membuat Su Man To semakin murka, dengan amarah yang menggebu seakan darah panas sudah mendidih di kepala. Pria tersebut langsung melayangkan sebuah tamparan keras di pipi putrinya. "Dasar anak tidak tahu diuntung! Sia-sia saja aku membesarkanmu selama! Kau hanya bisa menjadi pembawa sial dalam keluarga ini."
To Be Continue...
Nama pemeran akan author ganti karena arahan dari editor. Jadi jangan bingung ya teman-teman.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Ds Phone
bapak tak guna
2025-01-09
0
Dahlia Dwi Aisyah
thor....lucu tau namanya sumanto...minten dll/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
2024-10-25
0
Thewie
su man Yo dan Ju min Ten wkwkwkkwkwk
2024-09-25
0