Sosok yang diam-diam mengikuti membuat Jessi merasa penasaran, dia pun pergi meninggalkan Richard dan melangkah menyusuri tempat yang dilalui bayangan itu.
"Yak! Berhenti kau!" Jessi berteriak memanggilnya dan terus berlari mengejar sosok yang dilihatnya tadi, bayangan itu terkadang berhenti untuk menoleh ke belakang. Namun, tubuh Jenni yang gemuk membuat Jessi kesulitan bergerak lincah seperti biasa ketika memiliki body ramping.
"Sialan! Ini tubuh atau babi sih! Merepotkan saja." Setiap melangkah Jessi menggerutu tak karuan untuk meluapkan segala kekesalan yang ada karena napasnya mudah terengah-engah hanya disebabkan sedikit saja gerakan tubuhnya.
Sejenak dia menghentikan lagkah, membungkuk untuk mengambil napas dalam-dalam dan membuangnya untuk mengatur pernapasan. Kelincahan di tubuh kecilnya dahulu tidak bisa diterapkan sekarang. Keinginan berbanding terbalik dengan kondisi fisiknya saat ini.
"Harusnya kau diet, bodoh!" Entah berapa kali Jessi memaki tubuh gemuk yang kini menjadi miliknya itu.
Perlahan, tetapi pasti gadis itu kembali melangkah, menaiki anak tangga dengan susah payah, sambil terus menggerutu kesal merutuki nasibnya saat ini. "Lihat saja! Aku akan membunuhmu jika sampai bertemu denganku!"
Cukup lama Jessi bergerak melangkah dengan tubuh barunya. Namun, sikapnya tetaplah Jessica sebelumnya, suka mengumpat jika merasa sial. "Terjebak di tubuh penuh lemak sangat menyebalkan. Kenapa kau tidak mengembalikan tubuhku saja, Tuhan?"
Berulang kali gadis itu berhenti hanya untuk mengentakkan kaki. Jika saja bangunan tersebut terbuat dari kayu pastilah sudah roboh karena ulahnya. Beberapa saat kemudian, dia tiba di ujung tangga, mengambil napas sejenak lantas menendang sebuah pintu di depannya dengan sangat keras hingga membuat kuncinya rusak seketika.
Ternyata itu adalah pintu menuju atap, Jessi mengedarkan pandangan sambil berkacak pinggang dengan napas tak terkendali dan buliran keringat asin yang mulai membasahi tubuh.
Di suatu sudut, matanya merlihat seorang gadis gemuk duduk meringkuk membelakanginya. "Apa dia pemilik tubuh ini?" gumamnya lirih.
"Hei! Kau!" Dia berteriak dengan keras sambil melangkah dengan jari menunjuk gadis yang tengah meringkuk itu.
Gadis itu pun menoleh dengan raut wajah ketakutan. "Si–siapa kau?" Dia menelisik setiap inchi bagian tubuh wanita di depannya yang tak lain adalah tubuhnya sendiri. "Ba–bagaimana bisa kau berada di tubuhku?"
"Seharusnya aku yang bertanya, Bodoh! Bagaimana bisa kau keluar dari tubuhmu?" Jessi melangkah mendekat dengan wajah merah padam akibat aliran darah yang naik karena kelelahan, tetapi sedetik kemudian dia menghentikan kakinya dan berdiri mematung di tempatnya, sambil memikirkan sesuatu. "Tunggu, tunggu, tunggu! Jika kau adalah pemilik tubuh ini, apa itu artinya sekarang kau adalah setan?" tanyanya lirih.
Secara spontan Jessi menanyakan kepada Jenni apa yang kini dalam benaknya. Suatu hal yang membuat dirinya sendiri kebingungan saat ini. Kenyataan hidupnya sekarang berada di luar batas logika manusia. Apa lagi dia sebagai orang jenius. Bagaimana bisa pemiliki jiwa berada di luar tubuh dan raga itu malah ditempati oleh jiwa lain, sungguh tak masuk di akal.
"Oh, Tuhan. Otak cerdasku tak mampu mencerna semua ini." Jessi memegang kepalanya sendiri memikirkan semua ini. Bagaimana bisa situasi kecelakaan menjadi sangat rumit ketika tersadar. Lalu, mungkinkah jiwa seseorang bisa berteleportasi begitu saja?
"Aku sendiri tidak tahu apa aku hantu atau manusia." Jenni menunduk tak berani menatap wanita galak di depannya, meskipun itu adalah tubuhnya sendiri. Perasaan rendah diri Jenni masih melekat dalam jiwa tanpa raga tersebut seakan bersatu dengan memori yang ada.
"Apa yang kau lakukan sebelumnya hingga kau kehilangan tubuhmu?" Jessi akhirnya melangkah mendekati wanita tersebut dengan hati-hati. Rasanya sangat kasihan melihatnya sedih seperti itu. Meskipun Jessi galak, tetapi dia juga memiliki perasaan dan dari yang dilihat, wanita tersebut hanya membutuhkan perhatian.
Jenni berdiri dari posisinya mendengar pertanyaan Jessi. Dia lantas melangkah ke tepian rooftop dan berdiri di sana. "Aku ingin menyusul ibuku, tapi aku malah tersesat sekarang."
"Jadi, kau sungguh bunuh diri dari sini?" Jessi melangkah mengikuti Jenni di atas rooftop. Dia melihat ketinggian dari atap tersebut, serta bekas kemungkinan tanaman yang ditimpa tubuh berat ini saat terjatuh sebelumnya. "Kasian tanaman itu. Bukan kau yang mati, tapi malah mereka, rusak karena tertimpa tubuh babimu."
Seperti itulah Jessi kecil, dia sangat mirip dengan ibunya ketika berbicara. Sangat menyakitkan, tetapi kejujurannya tak berarti menghina sepenuhnya. Bisa dia rasakan angin dari ketinggian yang menerpa tubuhnya, seberapa kuat embusan tersebut tak akan mampu menerbangkan tubuh sebesar gajah itu.
"Menurutmu bagaimana cara agar kau bisa masuk kembali ke dalam tubuhmu dan aku juga bisa pergi dari badan gemuk ini?" tanya Jessi sambil melihat kembali ke bawah.
Gadis itu hanya menggeleng. Mereka layaknya dua orang sahabat yang sangat dekat, membuat Jenni menatap wanita di sebelah cukup lama. Selama ini dia tidak memiliki satu teman pun, meskipun sekarang mereka terlihat seperti kembar beda jiwa, tetapi Jenni tetap merasa nyaman ketika seseorang berada di sampingnya.
"Siapa namamu? Kau sendiri bagaimana bisa memasuki tubuhku?" tanya Jenni dengan rasa was-was, tetapi memberanikan diri.
Sebuah helaan napas panjang terdengar begitu jelas dari Jessi. "Namaku Jessica Light, kau bisa memanggilku Jessi. Terakhir kali yang aku ingat adalah kecelakaan mobil." Dia memutar tubuh, hingga punggungnya bersandar dengan pembatas atap, sedangkan Jenni masih terduduk di tempat dia bunuh diri sebelumnya.
"Apa hidupmu juga menyedihkan sepertiku?" Jenni menundukkan kepala, dia enggan menatap dirinya sendiri. Meskipun itu juga tubuhnya, sedangkan jiwa di sana adalah Jessi. Namun, kenangan pahit mudah sekali membuatnya membenci kondisinya.
"Tidak! Hidupku sangat sempurna. Cantik, pintar, dan kaya, impian semua wanita." Jessi membanggakan diri sendiri karena memang begitu kenyataannya. "Ngomong-ngomong aku belum lihat kabarku di sana. Apa kau punya ponsel?"
Jenni hanya menggeleng. Jangankan memiliki ponsel, dia bahkan tidak tahu bagaimana cara menggunakannya. Keluarganya tidak pernah memberikan fasilitas memadai seperti kakak tirinya. Gadis itu bagaikan tidak pernah ada di dalam keluarga.
Melihat reaksi Jenni, Jessi hanya bisa menatap dengan melebarkan mata. "Yak! Jangan bilang kau ini miskin dan berasal dari zaman purba! Kenapa ponsel saja tidak punya!" Gadis itu berteriak kesal. Tidak menyangka akan berada di situasi yang menyebalkan seperti ini.
Seorang gadis yang bahkan tak memiliki ponsel, bagaimana bisa masih hidup di dunia modern. Seharusnya dia sudah punah karena dimakan zaman.
Bukan hanya harus berwajah jelek dan tubuh gendut, tetapi juga miskin, mungkin bodoh. "Sial! Akh!" Berulang kali Jessi menghentakkan kaki sambil mengacak rambutnya sendiri saking kesalnya.
"Jenni! Pikirkan bagaimana cara agar kau bisa mengambil alih tubuh ini dan aku dapat kembali ke tubuh asliku!" Jessi berteriak sambil memegang bahu Jenni dengan kuat, meskipun hanya sesosok jiwa, tetapi wanita tersebut mampu menyentuh dan melihatnya. Kemampuan istimewa yang tidak dapat dilakukan oleh orang lain.
"Ba–bagaimana cara melakukannya?" Jenni cukup takut melihat Jessi yang lebih mirip dengan para perundung itu. Mereka selalu saja bertindak sesuka hati, hingga membuatnya mengalami trauma tersendiri.
"Cobalah untuk masuk ke tubuhmu!" Jessi merentangkan kedua tangan sambil memejamkan mata, memberikan isyarat agar Jenni masuk ke dalam tubuhnya.
Dengan ragu, Jenni melakukan apa yang diperintahkan oleh Jessi. Perlahan dia mulai melangkah untuk masuk ke dalam tubuh tersebut, tetapi sayangnya jiwa itu menembus raganya. Seakan tubuh itu transparan dan tak dapat bersentuhan.
"Bagaimana?" Jessi membuka mata, tetapi Jenni sudah tidak ada di depannya, dia pun berbalik dan gadis itu sudah membelakanginya. "Apa kau gagal?"
Sekali lagi bergantian Jessi yang mencoba memasukkan jiwa Jenni, tetapi dia layaknya sebuah bayangan. Tak bisa disentuh apa lagi kembali ke dalam tubuhnya.
"Ish, menyebalkan!" Jessi semakin kesal dengan kondisi saat ini. "Apa aku akan terjebak di dalam tubuh ini untuk selamanya?"
"Tidak, tidak, tidak! Ini tidak boleh terjadi!" Jessi bermonolog sambil berjalan ke sana kemari, memikirkan solusi apa yang bisa membantunya. "Apa aku harus lompat dari sini juga?"
Jenni hanya diam, sama halnya dengan sikap pemalu yang selalu dia tunjukkan sebelumnya. Meskipun sekarang gadis itu hanyalah arwah, tetapi tetap saja seorang yang rendah diri dan sedikit berbicara.
"Sepertinya aku harus mencobanya." Jessi hendak bergerak menaiki pembatas atap, tetapi suara di belakang membuatnya terkejut.
"Yak! Apa yang kau lakukan? Apa kau gila, hah?"
To Be Continue....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Ds Phone
apa dotor tadi
2025-01-09
0
end
lebay
2024-09-24
1
arthea edelweis
Semngt
2022-04-02
1