BAB 2 : Jiwa yang Tertukar

Rintik air hujan telah mereda, berganti dengan sinar mentari yang kembali menghangat. Seorang gadis tengah berbaring di ranjang ruang kesehatan sekolah. Hanya ada dokter penjaga menemaninya sambil duduk di kursi untuk mengawasi. Entah bagaimana cara mereka mengangkat tubuh gemuk itu kemari yang jelas sekarang dia sudah ada di ruangan tersebut.

Perlahan kelopak mata sang gadis mulai terbuka, kepalanya terasa pening mengingat kembali apa yang dia alami. "Eugh." Sebuah lenguhan kecil keluar dari mulutnya dengan kedua tangan memijit pelipisnya.

Seluruh bagian tubuh gadis itu seakan remuk redam, kesadaran pun belum sepenuhnya terkumpul dan masih ada sisa nyawa yang melayang entah ke mana, hingga beberapa saat kemudian, kelopak matanya mulai terbuka. Dia mencoba untuk bangkit dari tidurnya, lantas memegang kepala yang terasa sangat pening.

"Di mana aku?" Ketika kesadarannya sudah kembali, gadis itu mengedarkan pandangan sambil mengernyitkan dahi, melihat ruangan asing yang baru pertama kali dilihatnya. Bukan rumah, bukan kampus, bukan pula rumah sakit, rasa bingung seketika membuatnya beberapa kali kembali mengerjapkan mata.

"Kau sudah bangun?" Suara bariton seorang dokter pria muda membuat gadis itu seketika menatap ke arahnya. Dia mendekat sambil memasukkan tangan ke dalam saku jas putih kebanggaannya untuk mengambil stetoskop. "Coba aku periksa sebentar!"

"Siapa kau?" Gadis itu langsung menapik tangan sang dokter yang ingin memeriksanya. Jenis wajah pria tersebut sangat asing baginya dan lebih mirip dengan pamannya—Mario. Namun, bagaimana ada pria seperti ini pula di negaranya?

"Di mana ini?" Dia kembali bertanya karena sungguh bingung dengan apa yang terjadi, hingga membuat sang dokter ikut kebingunan melihat sikapnya dan mengernyitkan dahi dalam waktu yang cukup lama.

Jangan-jangan dia amnesia? batin dokter tersebut.

"Apa kamu lupa? Kamu mencoba bunuh diri dengan melompat dari atap gedung sekolah ini. Beruntung kau mendarat di pagar tanaman yang tinggi. Jadi, tubuhmu hanya lecet dan tidak mati," jelasnya tanpa basa-basi sambil melihat kembali ekspresi gadis di depannya.

Namun, gadis itu sungguh terlihat sangat bingung dengan pernyataan dokter di depannya. Mengapa dia harus bunuh diri jika hidupnya saja sangatlah nyaman dan damai. "Apa kau gila? Bagaimana bisa kau sebut aku bunuh diri? Sangat jelas saat itu aku ditabrak ...."

Dia menghentikan kalimatnya ketika menyadari kata-kata yang digunakan untuk berbicara bukanlah bahasa kesehariannya. Meskipun, menguasai beberapa bahasa asing, tetapi bukan berarti dia bisa menggunakannya di sembarang tempat karena biasanya hanya digunakan ketika berlibur ke negara-negara tetangga saja.

Tunggu, tunggu. Dia kembali melihat persekitaran dengan tatapan aneh. Segala tulisan yang tertera di ruang kesehatan itu di tulis dengan aksara hangeul berasal dari Negara Korea. Bagaimana bisa aku di sini?

Pandangan gadis itu lantas beralih menatap ke bagian tubuhnya sendiri, kaki gajah dan tangan telapak tangan yang besar membuatnya melebarkan mata. "Apa kau punya cermin?"

"Cermin? Untuk apa? Kau sudah jelek, tak perlulah melihat cermin." Dokter tersebut mengejek, tetapi tetap melangkah untuk mengambil benda yang diinginkan siswi tersebut di laci mejanya. "Nah."

Gadis itu menerima cermin pemberian sang dokter, lalu melihat wajahnya sendiri di pantulannya. Dia memegang rambutnya kusut setelah kehujanan, pipi tembam layaknya babi, dan satu lagi, jerawat batu di dahi serta pipi yang kalau dipegang terasa sekali keasliannya. Melihat hal itu, Jessi seketika membelalakkan mata.

Saking syok dengan apa yang dilihat, wanita itu langsung melemparkan cermin di tangannya ke sembarang arah, hingga terdengar suara hancur berkeping-keping dan berserakan di lantai. "Siapa dia? Wajahnya mengerikan sekali." Tubuh gadis itu bergetar, jemari tangan Jessi mulai dingin karena hal itu. Otak jeniusnya seakan tidak mampu untuk mencerna kondisi yang dialaminya sekarang.

"Yak! Kenapa kau membuangnya? Apa takut melihat wajahmu sendiri?" teriak sang dokter yang hanya bisa menggelengkan kepala, sambil melangkah membersihkan pecahan kaca di lantai. "Mungkin karena itu juga kau mencoba untuk bunuh diri."

Ya selama bekerja di sekolah itu, dokter tersebut sangat tahu bagaiamana kondisi gadis itu. Dia tak pernah memiliki teman dan selalu dirundung hingga membuatnya mengawasi gerak gerik wanita tersebut setiap waktu.

Gadis itu tampak sangat kebingungan karena sejatinya, dia bukanlah Jenni yang gemuk, tetapi Jessi. Kecelakaan membuat jiwa wanita tersebut menempati tubuh lain tanpa tahu bagaimana hal seperti itu bisa terjadi.

"Aku mencoba bunuh diri?" Dia lantas menelisik tubuhnya sendiri, nama Jennifer Kim menempel di seragam putih yang dikenakan. Jika aku ada di tubuh Jennifer To, apa artinya aku sudah mati?

"Kau mengenal gadis ini?" Jessi bertanya kepada sang dokter sambil menunjuk diri sendiri seakan bukan dirinya lah yang ada di sana.

Dokter menghela napas sejenak sebelum menjawab, lalu membuang pecahan kaca ke tempat sampah terlebih dahulu. "Apa kau sungguh lupa ingatan?"

Sejenak Jessi memikirkan perkataan sang dokter. Tidak mungkin aku mengaku kalau diriku bukan Jennifer. Bisa-bisa, pria itu akan mengira aku gila.

Akhirnya Jessi pun hanya mengangguk. "Benarkah? Apa kau bahkan lupa dengan namamu?" Dokter yang terkejut lantas melangkah mendekatinya, memegang kepala gadis itu, melihat apakah ada luka yang dia lewatkan.

"Ish, apa yang kau lakukan?" Jessi kembali menapik tangan dokter yang menggerakkan kepalanya sembarangan, dan malah membuatnya terasa pusing.

"Tentu saja memeriksamu. Sepertinya kau harus dibawa ke rumah sakit." Dokter hendak melangkah pergi, tetapi tangannya ditahan oleh gadis itu.

"Tunggu, tunggu. Aku pikir tidak perlu seekstrim itu. Ceritakan saja padaku! Apa pun yang kau tahu tentangku."Jessi mengangguk kecil, berharap sang dokter memahami maksudnya. Dia sangat membenci rumah sakit, aroma obat sangat kuat di sana. Lagi pula tidak mungkin menjelaskan kejadian sesungguhnya kepada pihak medis tentang dia yang sesungguhnya. Bisa-bisa bukannya diberikan obat malah dilarikan ke rumah sakit jiwa.

"Benarkah?" Sejenak dokter tersebut mengamati kembali tubuh gadis di depannya dengan tatapan menelisik. Tidak ada tanda-tanda luka serius selain lecet, tetapi mengapa gadis itu bisa lupa ingatan. Mungkin dia hanya lupa sementara, pikirnya.

"Baiklah, aku akan memberitahumu. Namamu Jennifer Sumanto, biasanya kau dipanggil Jenni. Setiap hari kau datang kemari untuk meminta obat penenang, tapi aku tak memberikannya."

"Hanya itu yang kau tahu?" Gadis itu mengernyitkan dahi, mendengar secuil informasi yang didapat. Mengapa hanya ibarat sebongkah upil yang tak penting untuk didengar. Bahkan ocehan ibunya lebih panjang dari data seorang gadis.

"Kau pikir apa yang bisa diketahui oleh dokter penjaga sepertiku?"

Jessi mengangguk kecil. "Benar kau terlalu bodoh untuk mengetahui segala hal. Tak seperti ayahku."

"Yak! Kenapa amnesia membuatmu menjadi gadis yang menyebalkan?" Tangan sang dokter hampir melayangkan sebuah pukulan bercanda karena kesal dengannya yang kini berani menjawab. Akan tetapi, melihat sorot mata yang berbeda dari gadis di depannya membuat pria tersebut mengurungkan niatnya. "Ekhem, sepertinya kau sudah sembuh. Lebih baik kau segera pulang dan istirahat."

"Pulang? Di mana rumahku?"

"Oh, Tuhan. Kau ini sungguh lupa atau pura-pura lupa?" Pria tersebut terlihat cukup kesal menghadapi Jessi, gadis itu sungguh sangat berbeda dengan Jenni yang pemalu.

"Aku benar-benar lupa. Kenapa kau tidak mengantarkanku sekalian saja."

"Cih, menyebalkan." Pria tersebut melepaskan jas putihnya, lalu mengambil tas di kursi. "Cepat bawa tasmu itu! Ikuti aku!"

Gadis itu menoleh ke samping terlihat sebuah tas milik tubuh ini. Dia pun menyambarnya lantas turun dari ranjang mengikuti langkah kaki pria tersebut. "Ngomong-ngomong siapa namamu?"

Pria itu memicingkan mata menatap ke arah gadis di sampingnya. Benarkah dia lupa ingatan?

"Kenapa menatapku seperti itu? Mau kucongkel matamu?" Jessi mengancam dengan mengarahkan kedua jari ke wajah pria tersebut. Kadar galaknya seakan tiba-tiba saja overdosis membuat pria tersebut cukup heran melihat perubahannya dalam waktu satu hari.

Pria tersebut menghela napas sejenak. "Kau bisa memanggilku Richard."

Mereka kembali melangkah menuju area parkir. Namun, ketika tiba di depan sebuah kelas, Jessi yang memiliki kepekaan tinggi merasa ada seseorang yang mengintipnya dari belakang. Berulang kali gadis itu menoleh, tetapi tidak ada siapa pun di sana.

"Sudah cukup mengikutiku!" Suara teriakan Jessi yang kesal mampu membuat pria di sampingnya mengernyitkan dahi karena kebingungan. "Kau tunggu di sini sebentar! Aku mau menyusulnya terlebih dahulu."

Jessi berbalik dan melangkah pergi mencari sosok yang mengikutinya tadi dengan perasaan kesal sekaligus penasaran.

Sementara itu, Richard dibuat kebingungan dengan tingkah gadis tersebut hanya bisa menggaruk kepalanya sendiri. "Sepertinya dia sungguh gila."

To Be Continue...

Terpopuler

Comments

siti hajar

siti hajar

kie seng gawe cerito kehabisan nama marga ketoke😁

2025-01-03

0

٭ 𝕰𝖑𝖑𝖊 ٭ ᵉᶠ ​᭄

٭ 𝕰𝖑𝖑𝖊 ٭ ᵉᶠ ​᭄

nama sumanto gentayangan /Facepalm/

2024-12-22

0

Ds Phone

Ds Phone

ada yang nak buli dia lagi

2025-01-09

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 : Bencana
2 BAB 2 : Jiwa yang Tertukar
3 BAB 3 : Jessi dan Jenni
4 BAB 4 : Pulang
5 BAB 5 : Ju Min Ten Sang Ibu Tiri
6 BAB 6 : Membalas Su Man To
7 BAB 7: Rencana Hidup
8 BAB 8 : Sam Sul
9 BAB 9 : Perundung yang Dirundung
10 BAB 10: Kemenangan Je
11 Bab 11: Je Vs Bakul Sate
12 Bab 12: Tak Terima Kekalahan
13 Bab 13 : Preman Kalengan
14 Bab 14: Pergi Dari Rumah
15 Bab 15: Tempat Tinggal Baru
16 Bab 16: Bertaruh Nyawa
17 Bab 17 : Lary Zain
18 Bab 18: Waria
19 Bab 19: King–Queen
20 Bab 20: Taruhan Kesepakatan
21 Bab 21: Pertama Kali Kalah
22 Bab 22: Kecurangan Liam
23 Bab 23: Pembalasan
24 Bab 24: Sugar Baby
25 Bab 25 : Pria Gila
26 Bab 26: Mendapatkan Keadilan
27 Bab 27: Kecelakaan
28 Bab 28: Kecemburuan
29 Bab 29: Apa Dia Mati?
30 Bab 30: Liam Galau
31 Bab 31: Siapa Dia?
32 Bab 32: Liam Cemburu
33 Bab 33: Carilah Wanita Matang
34 Bab 34: Tak Sebodoh Itu
35 Bab 35: Kecurigaan
36 Bab 36: Menemukan Sesuatu
37 Bab 37: Iblis Kecil
38 Bab 38: Gadis Sialan
39 Bab 39: Beraksi Lagi
40 Bab 40: Siapa Je?
41 Bab 41: Bukan Hanya Sampah
42 Bab 42: Membasmi Hama
43 Bab 43: Tamu Tak Diundang
44 Bab 44: Bisa Kembali
45 Bab 45: Cacing Tanah
46 Bab 46: Pergi Sekarang
47 Bab 47: Tikus Kantor
48 Bab 48: Apa Kau Mengenalnya?
49 Bab 49: Deal
50 Bab 50: Wanita Iblis
51 Bab 51: Aku Pastikan Kau Menyesal!
52 Bab 52: Membuat Ricuh
53 Bab 53: Memberi Pelajaran Kecoa
54 Bab 54: Bekerja Sama
55 Bab 55: Meninggalkan Wasiat
56 Bab 56: Bukan Kucing Liar
57 Bab 57: Kau Mengenalnya?
58 Bab 58: Koma Setahun
59 Bab 59: Penghancuran Bukti
60 Bab 60: Tokoh Utama
61 Bab 61: Belum Selesai
62 Bab 62: Bergerak Sekarang
63 Bab 63: Menghabisi Sisa Lawan
64 Bab 64: Maaf
65 Bab 65: Berhak Bahagia
66 Bab 66: Wanita Sundal
67 Bab 67: Kau Milikku
68 Bab 68: Deal
69 Bab 69: Apa Maumu?
70 Bab 70: Kedatangan William
71 Bab 71: Situasi Menegangkan
72 Bab 72: Pertukaran Adil
73 Bab 73: Cinta Pertama dan Terakhir
74 Bab 74: Ketidakrelaan Seorang Ayah
75 Bab 75: Pernikahan
Episodes

Updated 75 Episodes

1
BAB 1 : Bencana
2
BAB 2 : Jiwa yang Tertukar
3
BAB 3 : Jessi dan Jenni
4
BAB 4 : Pulang
5
BAB 5 : Ju Min Ten Sang Ibu Tiri
6
BAB 6 : Membalas Su Man To
7
BAB 7: Rencana Hidup
8
BAB 8 : Sam Sul
9
BAB 9 : Perundung yang Dirundung
10
BAB 10: Kemenangan Je
11
Bab 11: Je Vs Bakul Sate
12
Bab 12: Tak Terima Kekalahan
13
Bab 13 : Preman Kalengan
14
Bab 14: Pergi Dari Rumah
15
Bab 15: Tempat Tinggal Baru
16
Bab 16: Bertaruh Nyawa
17
Bab 17 : Lary Zain
18
Bab 18: Waria
19
Bab 19: King–Queen
20
Bab 20: Taruhan Kesepakatan
21
Bab 21: Pertama Kali Kalah
22
Bab 22: Kecurangan Liam
23
Bab 23: Pembalasan
24
Bab 24: Sugar Baby
25
Bab 25 : Pria Gila
26
Bab 26: Mendapatkan Keadilan
27
Bab 27: Kecelakaan
28
Bab 28: Kecemburuan
29
Bab 29: Apa Dia Mati?
30
Bab 30: Liam Galau
31
Bab 31: Siapa Dia?
32
Bab 32: Liam Cemburu
33
Bab 33: Carilah Wanita Matang
34
Bab 34: Tak Sebodoh Itu
35
Bab 35: Kecurigaan
36
Bab 36: Menemukan Sesuatu
37
Bab 37: Iblis Kecil
38
Bab 38: Gadis Sialan
39
Bab 39: Beraksi Lagi
40
Bab 40: Siapa Je?
41
Bab 41: Bukan Hanya Sampah
42
Bab 42: Membasmi Hama
43
Bab 43: Tamu Tak Diundang
44
Bab 44: Bisa Kembali
45
Bab 45: Cacing Tanah
46
Bab 46: Pergi Sekarang
47
Bab 47: Tikus Kantor
48
Bab 48: Apa Kau Mengenalnya?
49
Bab 49: Deal
50
Bab 50: Wanita Iblis
51
Bab 51: Aku Pastikan Kau Menyesal!
52
Bab 52: Membuat Ricuh
53
Bab 53: Memberi Pelajaran Kecoa
54
Bab 54: Bekerja Sama
55
Bab 55: Meninggalkan Wasiat
56
Bab 56: Bukan Kucing Liar
57
Bab 57: Kau Mengenalnya?
58
Bab 58: Koma Setahun
59
Bab 59: Penghancuran Bukti
60
Bab 60: Tokoh Utama
61
Bab 61: Belum Selesai
62
Bab 62: Bergerak Sekarang
63
Bab 63: Menghabisi Sisa Lawan
64
Bab 64: Maaf
65
Bab 65: Berhak Bahagia
66
Bab 66: Wanita Sundal
67
Bab 67: Kau Milikku
68
Bab 68: Deal
69
Bab 69: Apa Maumu?
70
Bab 70: Kedatangan William
71
Bab 71: Situasi Menegangkan
72
Bab 72: Pertukaran Adil
73
Bab 73: Cinta Pertama dan Terakhir
74
Bab 74: Ketidakrelaan Seorang Ayah
75
Bab 75: Pernikahan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!