BAB 20 : Ospek 3

Kriingg... !

Suara alarm terdengar nyaring dikupingku. Dengan cepat tanganku memencet tombol off.

Jam menunjukkan pukul lima lewat lima belas menit. Aku bergegas bangun dan menuju kamar mandi yang ada di dalam kamar.

Setelah mandi, aku langsung sholat subuh dan mengaji beberapa ayat saja. Setelahnya aku beberes kamar dan peralatan untuk ospek hari ini.

Semalam, aku dan anak-anak kos ngobrol bareng di ruang tengah. Banyak cerita seru yang kita bicarakan. Kita membahas daerah tempat tinggal dan keluarga masing-masing.

Mereka semua berasal dari keluarga yang berada. Itu sudah menjawab bagaimana mereka bisa kos di tempat ini.

Aku turun ke lantai bawah. Di ruang makan sudah berkumpul semua. Ada yang sudah menyantap sarapan dan ada juga yang baru keluar kamar.

"Selamat pagi Zanu," sapa Kak Siska.

"Pagi juga Kak," jawabku sambil tersenyum.

"Itu sarapannya, bebas ambil mau yang mana,"

"Iya Kak,"

Aku beranjak ke tempat makanan yang sudah tersedia. Kali ini aku cuma mengambil dua roti dengan keju dan nugget, plus susu coklat. Setelahnya aku langsung duduk di kursi yang ada.

"Adek-adek, kalau ada yang mau numpang ke kampus, boleh ikut Kakak," ujar Kak Rosi sambil minum susu.

Kak Rosi dan Rani bawa mobil ke kost. Kak Siska dan Kak Kinan bawa motor. Sedangkan Aku, Prita dan Mira hanya mengandalkan Bus untuk sementara. Karena halte Bus dekat kosan, jadi kita tidak terlalu memikirkan hal itu.

"Kak Rosi, aku numpang ya, karena hari ini bawa banyak peralatan praktek," ujar Mira.

"Oke Mira, silahkan. Nanti kita barengan keluarnya," jawab Kak Rosi.

"Aku sama Prita naik Bus aja," ujarku sambil menyuapkan roti pakai keju ke mulut.

"Boleh, semua bebas di sini. Kita harus kompak dan saling bantu. Karena kost ini akan menjadi rumah kedua buat kita semua, oke" ucap Kak Rosi.

"Siiipp Kakak,"

*******

Setelah sarapan, kita bergegas mengambil tas dan langsung keluar kos. Aku dan Prita berjalan ke arah halte Bus. Di sana sudah banyak mahasiswa baru sedang antri menunggu Bus.

Di seberang jalan, aku melihat Bram melaju dengan motor balapnya menuju kampus. Dengan setelan celana jeans biru, kemeja putih bermotif, tas selempang dan pakai kacamata hitam.

~Duh..! Keren bangetlah pokoknya, hati siapa coba yang tidak tertarik. Dan aku tidak mau mendekati mimpi itu, hanya untuk memilikinya. Karena saat ini aku ingin fokus kuliah, aku tidak mau mengecewakan Papa dan Mama. Hiks..hiks.., semangat Zanu!~

"Yuk Zanu, itu Busnya sudah datang," ujar Prita.

Prita mengagetkan lamunanku. Bus berhenti tepat didepanku dan Prita, kita naik dan langsung duduk.

Seperti biasa, Bus selalu penuh. Penumpang rela berdiri hanya karena tidak mau terlambat. Apalagi yang ikut ospek, telat dikit langsung dapat hukuman.

Sekitar lima belas menit kemudian, Bus berhenti di halte dekat gedung Rektorat. Aku, Prita dan yang lainnya turun. Seperti hari-hari sebelumnya, kita jalan merangkak menuju halaman gedung Auditorium.

~Untung, aku sudah sarapan, jadi tenagaku saat ini lagi kuat-kuatnya. Semoga hari ini ospekku berjalan lancar.~

Aku dan Prita sudah sampai di halaman Auditorium, kita langsung masuk barisan sesuai Fakultas yaitu Fakultas Hukum.

Masing-masing jurusan masih di gabung, sama seperti hari sebelumnya. Entah kegiatan apa lagi yang akan diberikan para senior kali ini.

Sekarang sudah tidak ada lagi ospek ekstrim yang sudah dilakukan dari dulu, sebelum tahun 2000. Sistem ospek ekstrim sudah dihapuskan mulai dari angkatan 2000 yaitu angkatanku.

*******

Para senior sudah berdiri rapi di depan mahasiswa baru. Muncullah sosok yang aduhai, pujaan hati semua yang melihatnya, Wow!

~Yup! Bram, si Ketua BEM.~

Dengan gaya cool, dia berjalan menuju ke tengah barisan senior. Dia memakai jaket almamater tapi dibiarkan terbuka, sehingga kemeja putihnya terlihat jelas.

Tidak ada senyum dan expresi apapun. Kaku, tenang dan datar. Itu malah bikin semua perempuan yang melihatnya semakin suka. Tapi apa daya, mereka hanya bisa melihat, tanpa bisa berharap lebih dari itu. Termasuk aku.

"Hmmm.., kegiatan hari ini lari keliling gedung Auditorium sebanyak dua kali putaran. Setelahnya kalian mengeluarkan peralatan tulis dan menebak apa yang akan dipraktekkan teman-teman kalian nanti. Tugas tersebut saya serahkan ke senior kalian masing-masing," ujar Ketua dengan tegas.

"Bagi yang belum sarapan atau memiliki penyakit tertentu, bisa langsung ke ruang pemulihan. Semua sudah paham?!"

"Paham Ketua!!" jawab mahasiswa serentak.

Setelahnya Ketua langsung jalan menuju gedung Rektorat. Senior setiap Fakultas memberikan aba-aba untuk kita berlari berurutan. Kebetulan dibelakangku Prita.

"Zanu, Ketuamu keren!" ujar Prita.

"Kok Ketua aku Prita. Ketua kita semua itu, ha..ha..ha..," aku tertawa mendengar ucapan Prita.

"Tapi beneran lho, aku senang kalau kamu jadian sama Ketua,"

"Apaan sih, aku belum kepikiran buat pacaran,"

"Yeee.., sayang dong. Keburu sama yang lain nantinya," ledek Prita.

"Kalau jodoh juga gak akan kemana," jawabku.

"Bearti kamu suka sama Ketua kan..,"

"Yah, perempuan mana sih yang gak suka sama dia. Cuma, aku masih fokus kuliah dulu Prita. Kasian orang tuaku, nyari duit buat aku kuliah sampai selesai,"

"Iya sih,"

"Hei Kalian berdua, jangan ngobrol! Lari! Lari! Fokus ke depan!" teriak senior.

Aku dan Prita terdiam dan melanjutkan lari mengiringi teman lainnya dari belakang.

Kali ini kondisi tubuhku sedang Fit. Satu putaran sudah kulewati, sisa satu putaran lagi. Walau nafas ngos-ngosan, aku masih kuat untuk lari.

Saat putaran kedua melewati belakang gedung Rektorat, aku lihat Bram sedang ngobrol dengan perempuan itu. Mereka seperti membahas sesuatu yang cukup serius.

Deg! Tiba-tiba perasaanku jadi panas dan terasa sakit.

~Apakah aku cemburu? Kenapa aku jadi tidak suka melihat cewek itu saat mendekati Bram?~

Bram mengalihkan pandangannya, pas sekali melihat ke arahku. Dia kelabakan dan bergegas pergi menjauhi perempuan itu. Dia tidak menggubris sedikitpun saat perempuan itu memanggil dan mengejarnya dari belakang.

Aku terus berlari. Anehnya, perasaanku tiba-tiba menjadi sedih.

~Dan aku juga heran dengan sikapnya, mengapa dia pergi saat melihatku?~

Perasaan ini, sama persis saat aku melihat Abang dulu bersama perempuan lain.

Ya! Kupastikan ini rasa cemburu. Tapi kali ini cemburunya berbalut sedih, karena aku tak ingin berharap banyak dari Bram.

Dia hanyalah senior dan Ketua, tidak lebih dari itu. Sedangkan perempuan yang namanya Sari itu, sudah lebih dulu mengenal Bram.

"Zanu! Kenapa larimu kurang semangat? Apa kamu lelah?" tanya Prita.

"Sedikit, tapi kuat kok. Bentar lagi kita selesai putaran kedua,"

"Oiya sudah, semangat yuk larinya,"

"Oke,"

Sekitar sepuluh menit kemudian, kita sudah selesaikan putaran kedua. Kemudian semuanya berbaris kembali seperti semula.

*******

Selanjutnya senior-senior memberikan kertas ke kita. Aku mengintip isi dari kertas yang kuterima. Ternyata tulisan burung Nuri. Kebetulan burung Nuri adalah hewan kesukaanku.

Tapi aku bingung bagaimana caranya meniru gaya burung?

"Prita, kamu dapat hewan apa," tanyaku sambil membalikkan badan kebelakang.

"Aku menirukan gaya monyet, huh!" jawab Prita kecut.

"Ha..ha..ha..., pasti seru nanti kalau kamu jadi monyetnya," aku tertawa, membayangkan monyet dikepalaku.

"Ah kamu Zanu, kesempatan nih ngeledekin aku," ucap Prita.

"Ya, kapan lagi, ha..ha..ha...,"

"Ha..ha..ha..., nanti aku balas," Prita ikut tertawa.

Melihat aksi teman-teman di depan, kita semua jadi tertawa terbahak-bahak. Tak terkecuali senior ikut juga tertawa.

"Kamu! Ke depan," ujar salah satu senior, menyuruhku untuk tampil ke depan.

~Aduh! Bagaimana ini, gaya burung itu seperti apa? Aku tidak tau.~

"Semangat Zanu, hi..hi..hi...," Prita cekikikan melihatku akan tampil.

Aku melangkahkan kaki ke depan dan diam sejenak. Memikirkan bagaimana caranya burung mengepakkan sayap dan sambil berkicau.

Aku melebarkan kedua tanganku dan mengayunkannya berulang-ulang ke atas bawah. Lalu aku berkicau selayaknya burung yang sedang bersenandung.

Semua tertawa melihat aksiku. Aku jadi malu dan sedikit gusar dengan caraku tadi. Tapi kupikir, lucu juga. Toh, semua yang dipanggil harus bisa mempraktekkan tugasnya.

Dari kejauhan, aku melihat Bram. Dia ternyata sudah ada di sana saat aku beraksi menjadi burung. Dia tertawa terbahak-bahak sendirian.

~Ya Tuhan! Kali ini aku benar-benar malu. Aku berlari menuju barisan. Dan kulihat Prita juga tertawa melihatku.~

"Zanu, cocok banget lho kamu jadi burung, ha..ha..ha..," ujar Prita sambil tertawa.

"Kamu siap-siap Prita, ntar dipanggil. Praktekin jadi monyet, sudah bisa belum? ha..ha..ha..," tanyaku ikut tertawa.

"Yeee..., aku ngumpet ah,"

Aku senang bisa meledek Prita balik. Ospek kali ini menurutku menyenangkan. Aku juga mulai tidak memikirkan lagi tentang Bram. Biarlah..

Hanya saja, aku malu di lihat Bram saat tampil tadi.

Ya sudahlah, sudah terjadi.

...****************...

Episodes
1 BAB 1 : Tamu
2 BAB 2 : Mantan Pacar
3 BAB 3 : Apa Ini Dinamakan Cemburu?
4 BAB 4 : Curhat
5 BAB 5 : Ujian Akhir
6 BAB 6 : Tito, Secepat Itukah ?
7 BAB 7 : Mulai Santai
8 BAB 8 : Perpisahan Sekolah
9 BAB 9 : Diantara Dua
10 BAB 10 : Argument
11 BAB 11 : Dia Pergi
12 BAB 12 : UMPTN
13 BAB 13 : Tak Terduga
14 BAB 14 : Ospek
15 BAB 15 : Kos-kosan
16 BAB 16 : Bram
17 BAB 17 : Ospek 2
18 BAB 18 : Perempuan Cantik
19 BAB 19 : Heboh
20 BAB 20 : Ospek 3
21 BAB 21 : Mampir
22 BAB 22 : Gosip
23 BAB 23 : Ospek Terakhir
24 BAB 24 : Berkemah
25 BAB 25 : Tenda
26 BAB 26 : Mandi Di Sungai
27 BAB 27 : Siapakah Bram?
28 BAB 28 : Urusan Bram
29 BAB 29 : Hiking
30 BAB 30 : Foto Itu
31 BAB 31 : Bertengkar
32 BAB 32 : Hadiah
33 BAB 33 : Si Pelaku
34 BAB 34 : Perkemahan Berakhir
35 BAB 35 : Korban
36 BAB 36 : Kepo Again
37 BAB 37 : Pulang
38 BAB 38 : Vincent Terluka
39 BAB 39 : Date Pertamaku
40 BAB 40 : Ungkapan
41 BAB 41 : Pengakuan Bram
42 BAB 42 : Hadiah Lagi
43 BAB 43 : Kangen Kosan
44 BAB 44 : Kasus Selesai
45 BAB 45 : Kantin
46 BAB 46 : Cinta
47 BAB 47 : Pabrik
48 BAB 48 : Amarah Bram
49 BAB 49 : Balik
50 BAB 50 : Novel
51 BAB 51 : Penghuni Baru
52 BAB 52 : Bram dan Gilang
53 BAB 53 : Jadi Perkara
54 BAB 54 : Sunset
55 BAB 55 : Ternyata Anak Rektor?
56 BAB 56 : Ada Apa Prita?
57 BAB 57 : Pria Asing
58 BAB 58 : Berenang
59 BAB 59 : Sayang
60 BAB 60 : Ciuman Pertama
61 BAB 61 : Target Gilang
62 BAB 62 : Cargalla dan Ox
63 BAb 63 : Bantuan Bram
64 BAB 64 : Papa Marah
65 BAB 65 : Damar
66 BAB 66 : Singgah Dulu
67 BAB 67 : Hotel
68 BAB 68 : Gedung Tua
69 BAB 69 : Rumah Sakit
70 BAB 70 : 2 Jam
71 BAB 71 : ICU
72 BAB 72 : Keputusan Yang Berat
73 BAB 73 : Ancaman
74 BAB 74 : Masalah Bertambah
75 BAB 75 : Dramatis
76 BAB 76 : Bram Kembali
77 BAB 77 : Cerita
78 BAB 78 : Belum Muncul
79 BAB 79 : Atif Dan Prita
80 BAB 80 : Ku Katakan Saja
81 BAB 81 : Kecelakaan
82 BAB 82 : Histeris
83 BAB 83 : Panik
84 BAB 84 : Cerita Dilema
85 BAB 85 : Gadis Remaja
86 BAB 86 : Laura
87 BAB 87 : Penjualan Baja
88 BAB 88 : Keterangan
89 BAB 89 : Good Night
90 BAB 90 : Orang Tua
91 BAB 91 : Melayat
92 BAB 92 : Izin
93 BAB 93 : Nasehat Papa
94 BAB 94 : Kebun Rambutan
95 BAB 95 : Mawar Merah
96 BAB 96 : Handuk
97 BAB 97 : Perawat
98 BAB 98 : Kamar Rahasia
99 BAB 99 : Berjamaah
100 BAB 100 : Dansa
101 BAB 101 : Prita Tidak Ada
102 BAB 102 : Kak Siska
103 BAB 103 : Rumah Dinas
104 BAB 104 : Tolong
105 BAB 105 : Keajaiban
106 BAB 106 : Sacia
107 BAB 107 : Teman Lama
108 BAB 108 : Pertemuan
109 BAB 109 : Lutfa
110 BAB 110 : Koma Lagi
111 BAB 111 : Privat Jet
112 BAB 112 : Bram Sibuk
113 BAB 113 : Switzerland
114 BAB 114 : Ujang
115 BAB 115 : Ricard
116 BAB 116 : Kerumah Bram Lagi
117 BAB 117 : Biliar
118 BAB 118 : Rias
119 BAB 119 : Tamu Utama
120 BAB 120 : Gelora Asmara
121 BAB 121 : Hujan
122 BAB 122 : Restu
123 BAB 123 : Pak Boil
124 BAB 124 : Showroom
125 BAB 125 : Pemberian Damar
126 BAB 126 : Cafe Baru
127 BAB 127 : Guru Privatku Bernama Bayu
128 BAB 128 : Perintah Bram
129 BAB 129 : Bos Kecil
130 BAB 130 : Izin Bram
131 BAB 131 : Warung
132 BAB 132 : Sudah Bisa Bicara
133 BAB 133 : Mami Kos Usus Buntu
134 BAB 134 : Berita Di Televisi
135 BAB 135 : Mami and Papi
136 BAB 136 : Bintang
137 BAB 137 : Teman Vs Teman
138 BAB 138 : Semua Karyawan Meeting
139 BAB 139 : Kenapa Aku?
140 BAB 140 : Pemecatan Mandor Pabrik
141 BAB 141 : Asisten Manager
142 BAB 142 : Jangan Tinggalkan Aku
143 BAB 143 : Selamat Jalan Sayang
144 BAB 144 : Kenangan
145 BAB 145 : Penantian
146 BAB 146 : Keponakan Mami Adalah..
147 BAB 147 : Mengingat Kenangan
148 BAB 148 : Hampa
149 BAB 149 : Curhat Zuri
150 BAB 150 : Mesjid
151 BAB 151 : Ke Dermaga
152 BAB 152 : Diskusi
153 BAB 153 : Lampu Merah
154 BAB 154 : Bodyguard Bram Muncul
155 BAB 155 : Misi
156 BAB 156 : Surat
157 BAB 157 : Keceplosan
158 BAB 158 : Pesan Pak Tio
159 BAB 159 : Terus Terang
160 BAB 160 : Nur Ibzan
161 BAB 161 : Thelma
162 BAB 162 : Surat Vincent
163 BAB 163 : Ruang Kerjaku
164 BAB 164 : Gratis
165 BAB 165 : Meeting
166 BAB 166 : Aku Pengganti Bram
Episodes

Updated 166 Episodes

1
BAB 1 : Tamu
2
BAB 2 : Mantan Pacar
3
BAB 3 : Apa Ini Dinamakan Cemburu?
4
BAB 4 : Curhat
5
BAB 5 : Ujian Akhir
6
BAB 6 : Tito, Secepat Itukah ?
7
BAB 7 : Mulai Santai
8
BAB 8 : Perpisahan Sekolah
9
BAB 9 : Diantara Dua
10
BAB 10 : Argument
11
BAB 11 : Dia Pergi
12
BAB 12 : UMPTN
13
BAB 13 : Tak Terduga
14
BAB 14 : Ospek
15
BAB 15 : Kos-kosan
16
BAB 16 : Bram
17
BAB 17 : Ospek 2
18
BAB 18 : Perempuan Cantik
19
BAB 19 : Heboh
20
BAB 20 : Ospek 3
21
BAB 21 : Mampir
22
BAB 22 : Gosip
23
BAB 23 : Ospek Terakhir
24
BAB 24 : Berkemah
25
BAB 25 : Tenda
26
BAB 26 : Mandi Di Sungai
27
BAB 27 : Siapakah Bram?
28
BAB 28 : Urusan Bram
29
BAB 29 : Hiking
30
BAB 30 : Foto Itu
31
BAB 31 : Bertengkar
32
BAB 32 : Hadiah
33
BAB 33 : Si Pelaku
34
BAB 34 : Perkemahan Berakhir
35
BAB 35 : Korban
36
BAB 36 : Kepo Again
37
BAB 37 : Pulang
38
BAB 38 : Vincent Terluka
39
BAB 39 : Date Pertamaku
40
BAB 40 : Ungkapan
41
BAB 41 : Pengakuan Bram
42
BAB 42 : Hadiah Lagi
43
BAB 43 : Kangen Kosan
44
BAB 44 : Kasus Selesai
45
BAB 45 : Kantin
46
BAB 46 : Cinta
47
BAB 47 : Pabrik
48
BAB 48 : Amarah Bram
49
BAB 49 : Balik
50
BAB 50 : Novel
51
BAB 51 : Penghuni Baru
52
BAB 52 : Bram dan Gilang
53
BAB 53 : Jadi Perkara
54
BAB 54 : Sunset
55
BAB 55 : Ternyata Anak Rektor?
56
BAB 56 : Ada Apa Prita?
57
BAB 57 : Pria Asing
58
BAB 58 : Berenang
59
BAB 59 : Sayang
60
BAB 60 : Ciuman Pertama
61
BAB 61 : Target Gilang
62
BAB 62 : Cargalla dan Ox
63
BAb 63 : Bantuan Bram
64
BAB 64 : Papa Marah
65
BAB 65 : Damar
66
BAB 66 : Singgah Dulu
67
BAB 67 : Hotel
68
BAB 68 : Gedung Tua
69
BAB 69 : Rumah Sakit
70
BAB 70 : 2 Jam
71
BAB 71 : ICU
72
BAB 72 : Keputusan Yang Berat
73
BAB 73 : Ancaman
74
BAB 74 : Masalah Bertambah
75
BAB 75 : Dramatis
76
BAB 76 : Bram Kembali
77
BAB 77 : Cerita
78
BAB 78 : Belum Muncul
79
BAB 79 : Atif Dan Prita
80
BAB 80 : Ku Katakan Saja
81
BAB 81 : Kecelakaan
82
BAB 82 : Histeris
83
BAB 83 : Panik
84
BAB 84 : Cerita Dilema
85
BAB 85 : Gadis Remaja
86
BAB 86 : Laura
87
BAB 87 : Penjualan Baja
88
BAB 88 : Keterangan
89
BAB 89 : Good Night
90
BAB 90 : Orang Tua
91
BAB 91 : Melayat
92
BAB 92 : Izin
93
BAB 93 : Nasehat Papa
94
BAB 94 : Kebun Rambutan
95
BAB 95 : Mawar Merah
96
BAB 96 : Handuk
97
BAB 97 : Perawat
98
BAB 98 : Kamar Rahasia
99
BAB 99 : Berjamaah
100
BAB 100 : Dansa
101
BAB 101 : Prita Tidak Ada
102
BAB 102 : Kak Siska
103
BAB 103 : Rumah Dinas
104
BAB 104 : Tolong
105
BAB 105 : Keajaiban
106
BAB 106 : Sacia
107
BAB 107 : Teman Lama
108
BAB 108 : Pertemuan
109
BAB 109 : Lutfa
110
BAB 110 : Koma Lagi
111
BAB 111 : Privat Jet
112
BAB 112 : Bram Sibuk
113
BAB 113 : Switzerland
114
BAB 114 : Ujang
115
BAB 115 : Ricard
116
BAB 116 : Kerumah Bram Lagi
117
BAB 117 : Biliar
118
BAB 118 : Rias
119
BAB 119 : Tamu Utama
120
BAB 120 : Gelora Asmara
121
BAB 121 : Hujan
122
BAB 122 : Restu
123
BAB 123 : Pak Boil
124
BAB 124 : Showroom
125
BAB 125 : Pemberian Damar
126
BAB 126 : Cafe Baru
127
BAB 127 : Guru Privatku Bernama Bayu
128
BAB 128 : Perintah Bram
129
BAB 129 : Bos Kecil
130
BAB 130 : Izin Bram
131
BAB 131 : Warung
132
BAB 132 : Sudah Bisa Bicara
133
BAB 133 : Mami Kos Usus Buntu
134
BAB 134 : Berita Di Televisi
135
BAB 135 : Mami and Papi
136
BAB 136 : Bintang
137
BAB 137 : Teman Vs Teman
138
BAB 138 : Semua Karyawan Meeting
139
BAB 139 : Kenapa Aku?
140
BAB 140 : Pemecatan Mandor Pabrik
141
BAB 141 : Asisten Manager
142
BAB 142 : Jangan Tinggalkan Aku
143
BAB 143 : Selamat Jalan Sayang
144
BAB 144 : Kenangan
145
BAB 145 : Penantian
146
BAB 146 : Keponakan Mami Adalah..
147
BAB 147 : Mengingat Kenangan
148
BAB 148 : Hampa
149
BAB 149 : Curhat Zuri
150
BAB 150 : Mesjid
151
BAB 151 : Ke Dermaga
152
BAB 152 : Diskusi
153
BAB 153 : Lampu Merah
154
BAB 154 : Bodyguard Bram Muncul
155
BAB 155 : Misi
156
BAB 156 : Surat
157
BAB 157 : Keceplosan
158
BAB 158 : Pesan Pak Tio
159
BAB 159 : Terus Terang
160
BAB 160 : Nur Ibzan
161
BAB 161 : Thelma
162
BAB 162 : Surat Vincent
163
BAB 163 : Ruang Kerjaku
164
BAB 164 : Gratis
165
BAB 165 : Meeting
166
BAB 166 : Aku Pengganti Bram

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!