Kriingg... !
Suara alarm terdengar nyaring dikupingku. Dengan cepat tanganku memencet tombol off.
Jam menunjukkan pukul lima lewat lima belas menit. Aku bergegas bangun dan menuju kamar mandi yang ada di dalam kamar.
Setelah mandi, aku langsung sholat subuh dan mengaji beberapa ayat saja. Setelahnya aku beberes kamar dan peralatan untuk ospek hari ini.
Semalam, aku dan anak-anak kos ngobrol bareng di ruang tengah. Banyak cerita seru yang kita bicarakan. Kita membahas daerah tempat tinggal dan keluarga masing-masing.
Mereka semua berasal dari keluarga yang berada. Itu sudah menjawab bagaimana mereka bisa kos di tempat ini.
Aku turun ke lantai bawah. Di ruang makan sudah berkumpul semua. Ada yang sudah menyantap sarapan dan ada juga yang baru keluar kamar.
"Selamat pagi Zanu," sapa Kak Siska.
"Pagi juga Kak," jawabku sambil tersenyum.
"Itu sarapannya, bebas ambil mau yang mana,"
"Iya Kak,"
Aku beranjak ke tempat makanan yang sudah tersedia. Kali ini aku cuma mengambil dua roti dengan keju dan nugget, plus susu coklat. Setelahnya aku langsung duduk di kursi yang ada.
"Adek-adek, kalau ada yang mau numpang ke kampus, boleh ikut Kakak," ujar Kak Rosi sambil minum susu.
Kak Rosi dan Rani bawa mobil ke kost. Kak Siska dan Kak Kinan bawa motor. Sedangkan Aku, Prita dan Mira hanya mengandalkan Bus untuk sementara. Karena halte Bus dekat kosan, jadi kita tidak terlalu memikirkan hal itu.
"Kak Rosi, aku numpang ya, karena hari ini bawa banyak peralatan praktek," ujar Mira.
"Oke Mira, silahkan. Nanti kita barengan keluarnya," jawab Kak Rosi.
"Aku sama Prita naik Bus aja," ujarku sambil menyuapkan roti pakai keju ke mulut.
"Boleh, semua bebas di sini. Kita harus kompak dan saling bantu. Karena kost ini akan menjadi rumah kedua buat kita semua, oke" ucap Kak Rosi.
"Siiipp Kakak,"
*******
Setelah sarapan, kita bergegas mengambil tas dan langsung keluar kos. Aku dan Prita berjalan ke arah halte Bus. Di sana sudah banyak mahasiswa baru sedang antri menunggu Bus.
Di seberang jalan, aku melihat Bram melaju dengan motor balapnya menuju kampus. Dengan setelan celana jeans biru, kemeja putih bermotif, tas selempang dan pakai kacamata hitam.
~Duh..! Keren bangetlah pokoknya, hati siapa coba yang tidak tertarik. Dan aku tidak mau mendekati mimpi itu, hanya untuk memilikinya. Karena saat ini aku ingin fokus kuliah, aku tidak mau mengecewakan Papa dan Mama. Hiks..hiks.., semangat Zanu!~
"Yuk Zanu, itu Busnya sudah datang," ujar Prita.
Prita mengagetkan lamunanku. Bus berhenti tepat didepanku dan Prita, kita naik dan langsung duduk.
Seperti biasa, Bus selalu penuh. Penumpang rela berdiri hanya karena tidak mau terlambat. Apalagi yang ikut ospek, telat dikit langsung dapat hukuman.
Sekitar lima belas menit kemudian, Bus berhenti di halte dekat gedung Rektorat. Aku, Prita dan yang lainnya turun. Seperti hari-hari sebelumnya, kita jalan merangkak menuju halaman gedung Auditorium.
~Untung, aku sudah sarapan, jadi tenagaku saat ini lagi kuat-kuatnya. Semoga hari ini ospekku berjalan lancar.~
Aku dan Prita sudah sampai di halaman Auditorium, kita langsung masuk barisan sesuai Fakultas yaitu Fakultas Hukum.
Masing-masing jurusan masih di gabung, sama seperti hari sebelumnya. Entah kegiatan apa lagi yang akan diberikan para senior kali ini.
Sekarang sudah tidak ada lagi ospek ekstrim yang sudah dilakukan dari dulu, sebelum tahun 2000. Sistem ospek ekstrim sudah dihapuskan mulai dari angkatan 2000 yaitu angkatanku.
*******
Para senior sudah berdiri rapi di depan mahasiswa baru. Muncullah sosok yang aduhai, pujaan hati semua yang melihatnya, Wow!
~Yup! Bram, si Ketua BEM.~
Dengan gaya cool, dia berjalan menuju ke tengah barisan senior. Dia memakai jaket almamater tapi dibiarkan terbuka, sehingga kemeja putihnya terlihat jelas.
Tidak ada senyum dan expresi apapun. Kaku, tenang dan datar. Itu malah bikin semua perempuan yang melihatnya semakin suka. Tapi apa daya, mereka hanya bisa melihat, tanpa bisa berharap lebih dari itu. Termasuk aku.
"Hmmm.., kegiatan hari ini lari keliling gedung Auditorium sebanyak dua kali putaran. Setelahnya kalian mengeluarkan peralatan tulis dan menebak apa yang akan dipraktekkan teman-teman kalian nanti. Tugas tersebut saya serahkan ke senior kalian masing-masing," ujar Ketua dengan tegas.
"Bagi yang belum sarapan atau memiliki penyakit tertentu, bisa langsung ke ruang pemulihan. Semua sudah paham?!"
"Paham Ketua!!" jawab mahasiswa serentak.
Setelahnya Ketua langsung jalan menuju gedung Rektorat. Senior setiap Fakultas memberikan aba-aba untuk kita berlari berurutan. Kebetulan dibelakangku Prita.
"Zanu, Ketuamu keren!" ujar Prita.
"Kok Ketua aku Prita. Ketua kita semua itu, ha..ha..ha..," aku tertawa mendengar ucapan Prita.
"Tapi beneran lho, aku senang kalau kamu jadian sama Ketua,"
"Apaan sih, aku belum kepikiran buat pacaran,"
"Yeee.., sayang dong. Keburu sama yang lain nantinya," ledek Prita.
"Kalau jodoh juga gak akan kemana," jawabku.
"Bearti kamu suka sama Ketua kan..,"
"Yah, perempuan mana sih yang gak suka sama dia. Cuma, aku masih fokus kuliah dulu Prita. Kasian orang tuaku, nyari duit buat aku kuliah sampai selesai,"
"Iya sih,"
"Hei Kalian berdua, jangan ngobrol! Lari! Lari! Fokus ke depan!" teriak senior.
Aku dan Prita terdiam dan melanjutkan lari mengiringi teman lainnya dari belakang.
Kali ini kondisi tubuhku sedang Fit. Satu putaran sudah kulewati, sisa satu putaran lagi. Walau nafas ngos-ngosan, aku masih kuat untuk lari.
Saat putaran kedua melewati belakang gedung Rektorat, aku lihat Bram sedang ngobrol dengan perempuan itu. Mereka seperti membahas sesuatu yang cukup serius.
Deg! Tiba-tiba perasaanku jadi panas dan terasa sakit.
~Apakah aku cemburu? Kenapa aku jadi tidak suka melihat cewek itu saat mendekati Bram?~
Bram mengalihkan pandangannya, pas sekali melihat ke arahku. Dia kelabakan dan bergegas pergi menjauhi perempuan itu. Dia tidak menggubris sedikitpun saat perempuan itu memanggil dan mengejarnya dari belakang.
Aku terus berlari. Anehnya, perasaanku tiba-tiba menjadi sedih.
~Dan aku juga heran dengan sikapnya, mengapa dia pergi saat melihatku?~
Perasaan ini, sama persis saat aku melihat Abang dulu bersama perempuan lain.
Ya! Kupastikan ini rasa cemburu. Tapi kali ini cemburunya berbalut sedih, karena aku tak ingin berharap banyak dari Bram.
Dia hanyalah senior dan Ketua, tidak lebih dari itu. Sedangkan perempuan yang namanya Sari itu, sudah lebih dulu mengenal Bram.
"Zanu! Kenapa larimu kurang semangat? Apa kamu lelah?" tanya Prita.
"Sedikit, tapi kuat kok. Bentar lagi kita selesai putaran kedua,"
"Oiya sudah, semangat yuk larinya,"
"Oke,"
Sekitar sepuluh menit kemudian, kita sudah selesaikan putaran kedua. Kemudian semuanya berbaris kembali seperti semula.
*******
Selanjutnya senior-senior memberikan kertas ke kita. Aku mengintip isi dari kertas yang kuterima. Ternyata tulisan burung Nuri. Kebetulan burung Nuri adalah hewan kesukaanku.
Tapi aku bingung bagaimana caranya meniru gaya burung?
"Prita, kamu dapat hewan apa," tanyaku sambil membalikkan badan kebelakang.
"Aku menirukan gaya monyet, huh!" jawab Prita kecut.
"Ha..ha..ha..., pasti seru nanti kalau kamu jadi monyetnya," aku tertawa, membayangkan monyet dikepalaku.
"Ah kamu Zanu, kesempatan nih ngeledekin aku," ucap Prita.
"Ya, kapan lagi, ha..ha..ha...,"
"Ha..ha..ha..., nanti aku balas," Prita ikut tertawa.
Melihat aksi teman-teman di depan, kita semua jadi tertawa terbahak-bahak. Tak terkecuali senior ikut juga tertawa.
"Kamu! Ke depan," ujar salah satu senior, menyuruhku untuk tampil ke depan.
~Aduh! Bagaimana ini, gaya burung itu seperti apa? Aku tidak tau.~
"Semangat Zanu, hi..hi..hi...," Prita cekikikan melihatku akan tampil.
Aku melangkahkan kaki ke depan dan diam sejenak. Memikirkan bagaimana caranya burung mengepakkan sayap dan sambil berkicau.
Aku melebarkan kedua tanganku dan mengayunkannya berulang-ulang ke atas bawah. Lalu aku berkicau selayaknya burung yang sedang bersenandung.
Semua tertawa melihat aksiku. Aku jadi malu dan sedikit gusar dengan caraku tadi. Tapi kupikir, lucu juga. Toh, semua yang dipanggil harus bisa mempraktekkan tugasnya.
Dari kejauhan, aku melihat Bram. Dia ternyata sudah ada di sana saat aku beraksi menjadi burung. Dia tertawa terbahak-bahak sendirian.
~Ya Tuhan! Kali ini aku benar-benar malu. Aku berlari menuju barisan. Dan kulihat Prita juga tertawa melihatku.~
"Zanu, cocok banget lho kamu jadi burung, ha..ha..ha..," ujar Prita sambil tertawa.
"Kamu siap-siap Prita, ntar dipanggil. Praktekin jadi monyet, sudah bisa belum? ha..ha..ha..," tanyaku ikut tertawa.
"Yeee..., aku ngumpet ah,"
Aku senang bisa meledek Prita balik. Ospek kali ini menurutku menyenangkan. Aku juga mulai tidak memikirkan lagi tentang Bram. Biarlah..
Hanya saja, aku malu di lihat Bram saat tampil tadi.
Ya sudahlah, sudah terjadi.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 166 Episodes
Comments