"Zanu! Zanu! Bangun Zanu!"
Terdengar sayup-sayup suara panik ditelingaku. Aku kaget! Kubuka mata dan melihat sekeliling.
Aku berada di suatu ruangan. Dan ruangan itu sama seperti yang kemaren.
Aku merasakan sakit di perut dan sekarang dalam keadaan terbaring lemah. Saat aku melihat ke atas, aku terkesima melihat dia yang sedang celingak celinguk mengamati sekeliling ruangan.
~Dia Bram! Mengapa dia ada di sini? Bukannya dia lagi memantau ospek? Apa dia yang membopongku ke sini ?~
"Hei Zanu! Syukurlah kamu sudah siuman. Kenapa kamu pakai pingsan-pingsan segala? Pasti kamu belum makan kan?" tanya Bram.
"Eh iya Kak, perutku sakit. Tadi belum sarapan dari rumah," jawabku sekenanya.
"Selama kamu masih ospek, jangan panggil aku Kak, tapi Ketua," ucapnya langsung berbisik ditelingaku.
"Nih, jatah makan siang aku buat kamu. Sekarang kamu langsung makan,"
Bram menyodorkan nasi bungkus kehadapanku. Dibalik sosoknya yang tegas, keras dan selengekan, ternyata orangnya perhatian juga.
"Tapi Ketua, ini buat makan siangnya Ketua. Nanti mau makan apa?"
"Kamu jangan pedulikan aku, gampang itu. Tinggal minta lagi nanti. Jangan banyak komentar, sekarang makan! Aku keluar dulu, ada tugas yang harus aku urus. Nanti pulangnya aku antar kamu pulang!" ucapnya tegas.
"Tapi, aku udah janjian pulang nanti sama teman Ketua,"
"Nanti kita bicarakan saat pulang. Selesai makan, kamu tunggu di sini, oke,"
Dia langsung beranjak dan berjalan menuju pintu keluar. Sejenak dia melihatku dari kejauhan, lalu menghilang dari balik pintu.
Aku tercenung dan merasa semakin lama dia kenapa semakin memperhatikanku.
Dan anehnya lagi kenapa selalu ada momen yang pas, dia selalu hadir? Seperti sudah diatur sedemikian rupa.
~Kenapa aku merasa dia seperti Abang? Apakah Bram hanya menganggap aku tak lebih dari seorang junior saja?~
Aku buka nasi bungkus dan mulai makan. Rasanya lega sekali perutku mulai terisi. Terasa tenagaku mulai bertambah. Kebetulan lauk pauknya enak, dendeng balado plus sedikit jengkol.
Tiba-tiba aku melihat ada yang datang dari pintu masuk, seorang perempuan cantik. Sekilas aku merasa pernah melihatnya di suatu tempat. Tapi aku lupa di mana.
Perempuan itu ternyata menghampiriku dan menghentikan langkah kakinya dengan raut wajah yang tidak ramah.
"Heh! Kamu! Ada hubungan apa kamu sama Bram?!" ujarnya keras dan ketus sambil mendelikkan mata kearahku.
Aku kaget. Seketika aku langsung berhenti mengunyah dan cepat-cepat minum.
"Kakak, kalau mau tanya tu yang sopan ya. Duduk dulu kek," jawabku tenang.
"Tidak usah basa basi! Aku cuma tanya, kamu sama Bram ada hubungan apa?" tanyanya dengan nada yang lebih keras lagi.
Semua orang di dalam ruangan memperhatikan aksi ini. Tidak ada yang berani melerai atau mendekat.
"Aku gak ada hubungan apa-apa dengan Bram. Kakak memang siapanya dia?" aku balik bertanya.
"Aku pacarnya! Sejak kehadiran kamu, dia jadi berubah!!" jawabnya.
"Ya bukan salah aku Kak. Ambil saja sana Bram mu itu Kak. Emang aku apaan, mau ngambil pacar orang. Tanya gih sana sama Bram. Udah ya, aku gak ada urusan sama Kakak, aku lagi makan!" ujarku dengan nada yang cukup tinggi.
Orang kalau lagi lapar, jangan sekali-kali di ganggu.
~Dia tau dari mana ya, Bram lagi dekat sama aku ?~
"Oke! Sekali lagi aku lihat kamu dekati Bram, kamu akan tau akibatnya," ujarnya dengan nada mengancam.
"Kamu salah mengancam Kak. Jika terjadi sesuatu, bearti itu ulah kamu! Tuh, lihat saksinya banyak,"
Dia langsung berbalik badan dan melangkah keluar dengan tergesa-gesa.
Sekarang aku ingat. Aku pernah lihat perempuan ini sewaktu mendaftar UMPTN. Dia lagi berdua sama Bram di gedung pendaftaran waktu itu. Ya dia!
~Apa dia juga kuliah di sini? Apa iya dia pacarnya Bram?~
~Ah! Peduli amat, yang penting sekarang aku lanjutkan makan. Perutku minta diisi lagi.~
********
Pas selesai makan, tiba-tiba Bram masuk ke dalam ruangan. Dia berjalan menghampiriku.
"Sudah selesai makannya? Yuk kita jalan, aku antar kamu pulang," ujarnya langsung to the point.
"Baru aja selesai. Oiya, tadi ada cewek Ketua ke sini, marah-marah dan ...,"
"Ssttt..., nanti kita bahas dalam perjalanan pulang. Sekarang kamu ikut aku," ujarnya tanpa memberi jeda dengan ucapanku barusan.
"Baiklah. Tapi aman gak nih aku jalan sama Ketua?"
"Aman,"
Aku membuang bungkus bekas nasi ke dalam tong sampah dan mengambil tas. Lalu aku mengikutinya dari belakang.
Ada beberapa pasang mata yang dari tadi melihat aku dan Bram. Mungkin mereka heran, ada apa lagi ini, ha..ha..ha...
********
Bram berjalan menuju parkir mobil.
~Perasaan dia tadi bawa motor, kenapa dia malah ke tempat parkir mobil ?~
Dan..., tidak tanggung-tanggung, Bram menuju mobil merk BMW keluaran terbaru. Wow!
Terlihat elegan dan mewah. Tidak sembarangan orang bisa memiliki mobil ini kecuali orang kaya.
Aku masuk ke dalam mobil Bram. Rasanya norak kalau aku tanya perihal mobil ini. Jadi lebih baik diam dan nikmati saja.
Mobil melaju keluar dari parkiran. Dari kejauhan aku melihat perempuan tadi sedang ngobrol dengan seseorang. Mungkin dia tidak menyadari kalau Bram bersamaku di dalam mobil.
"Zanu, temanmu menunggu di mana?" tanya Bram.
"Di halte bawah Ketua. Apa dia ikut kita?" tanyaku balik.
"Gak usah, karena aku mau cerita dan sekalian antar kamu pulang," jawabnya.
"Tapi aku gak pulang kerumah. Aku mau ke tempat kosan yang baru. Temanku ini ngekos di tempat yang sama. Ortuku juga mau ke kost hari ini bawa barang-barang," ujarku.
"Ya sudah, kapan-kapan saja aku cerita. Nanti di halte cari temanmu. Kita ke kosan bareng,"
"Gak apa-apa nih?"
"Iya, gak apa-apa. Sekalian aku bisa tau di mana kamu ngekos,"
"Oke, thank you Ketua, eh Kakak,"
Dia menggangguk dan tersenyum kearahku. Jarang-jarang aku melihatnya tersenyum. Duh, hatiku kok terasa berbunga-bunga ya...
Tapi, aku masih teringat perempuan tadi. Jika dia benar pacarnya Bram, aku harus menghindar. Aku tidak mau mengganggu hubungan orang lain dan aku juga belum kepikiran untuk pacaran saat ini.
"Zanu, mana nih temanmu? Kita sudah berhenti di halte," tanya Bram.
"Eh iya, bentar Kak. Aku keluar dulu,"
Aku turun dari mobil dan mencari-cari Prita di antara banyaknya mahasiswa yang sedang menunggu Bus.
"Hei Prita, Prita!" ujarku sedikit teriak.
Aku hampiri Prita yang berdiri dekat halte, sedang berteduh di bawah pohon.
"Iya Zanu, akhirnya kamu ke sini juga. Yok kita ke kost," ujar Prita.
"Prita, ikut aku. Aku sama senior. Itu mobilnya, kita naik itu aja ke kost," jawabku sambil menunjukkan arah mobil Bram.
"Lho? Kenapa bisa sama senior? Ih, itu mobilnya...? Keren banget!" Prita terkesima melihat mobilnya Bram.
"Nanti aku ceritain. Sekarang kita pergi dari sini,"
"Oke,"
Aku dan Prita berjalan menuju mobil Bram. Saat masuk ke dalam mobil, Prita kaget bukan main melihat siapa yang ada disampingku.
Prita hanya diam, walau aku tau pasti Prita pasti tidak sabar menanyakan tentang Bram kepadaku.
"Ketua, ini temanku Prita," aku sengaja bersuara untuk memecah keheningan.
"Hai Prita, salam kenal," jawab Bram.
"Iya Ketua, salam kenal,"
Suasana hening lagi.
Tak butuh waktu yang lama, akhirnya kita sampai juga ke kosan. Kebetulan pagar halaman depan tidak di tutup, jadi mobil Bram bisa masuk ke dalam.
"Zanu, kamu jangan turun dulu," ujar Bram.
"Oiya sudah, aku turun dulu Zanu. Terima kasih Ketua tumpangannya," ucap Prita yang tau kalau itu kode untuk Bram bisa mengobrol denganku.
"Iya, sama-sama. Maaf ya Prita, pinjam dulu Zanunya, he..he..he..," canda Bram.
"Iya Ketua, gak apa-apa. Mari..,"
Prita turun dan berjalan menuju ruang samping. Dan aku masih diam di dalam mobil menantikan Bram untuk berbicara.
"Zanu, perempuan yang menemui kamu tadi bukan pacarku. Dia memang sudah lama suka sama aku, tapi aku hanya menganggapnya teman. Kita satu jurusan dan gak bisa aku hindari dia begitu saja," ujar Bram serius.
"Yaa.., kalau pacaran juga gak apa-apa. Aku gak mau di tanya-tanya lagi seperti tadi. Kita aja baru kenal dan belum tau Kakak seperti apa," jawabku tegas.
"Maaf jika itu mengganggu pikiranmu, nanti aku akan jelaskan ke dia,"
"Terima kasih Kak, nasi bungkus dan tumpangannya hari ini. Kedepannya jangan sering-sering ketemu Kak, aku jadi gak enak. Setiap Kakak dekat aku, semua pada lihatin. Aku risih,"
"Sama-sama Zanu. Abaikan saja mereka. Kamu gak perlu risih. Kita bertemu hanya kebetulan saja,"
"Oke. Oiya, aku lupa telpon Papa. Mau ngasih tau alamat kosan sini. Udah dulu ya Kak, aku mau ke wartel,"
"Zanu, pakai ponselku saja, nih,"
Bram menyodorkan ponselnya kehadapanku.
~Wah! Dia sudah punya ponsel? Disaat semua orang masih nelpon pakai jasa wartel. Wah..!~
"Hmmm.., tapi aku gak tau caranya," ujarku malu-malu.
"Berapa nomor telpon rumahmu?"
"Nih Kak,"
Aku menyodorkan kertas dan dia mulai menekan tombol ponsel ke nomor yang akan di tuju.
"Ini, sudah masuk. Tinggal tunggu,"
Aku mengambil ponselnya dan menunggu. Terdengar suara Papa yang angkat telpon di seberang sana.
"Ya Hallo, ini siapa?"
"Pa, ini Zanu. Alamat kos nya jalan Pasar Baru nomor 30 A. Jangan lupa di catat ya Papa. Zanu tunggu di tempat kost," jawabku.
"Oke, Papa sama Mama sudah bersiap-siap. Tunggu di sana ya Nak,"
"Baik Papa,"
Klik! Telpon dimatikan dan aku menyerahkan ponsel ke Bram.
"Terima kasih," ucapku.
"Sama-sama Zanu,"
"Oiya, masuk dulu Kak. Gak enak diliatin anak kos kalau kita lama-lama dalam mobil," tawarku basa basi.
"Gak usah dulu, kapan-kapan aku mampir ke sini. Sekarang aku mau ke kampus lagi, ada yang harus segera di urus,"
"Oya sudah, thank you Kak," jawabku sambil membuka pintu mobil.
"Oke, Aku pergi dulu, Bye,"
"Bye,"
Aku menutup pintu mobil. Bram memundurkan mobilnya ke arah luar dan dia melambaikan tangan kearahku. Aku membalasnya dengan senyuman.
Bram pergi dan menghilang dari pandanganku.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 166 Episodes
Comments