Akhirnya sampai juga aku di rumah sebelum magrib.
Aku langsung mandi dan beberes pakaian buat ospek selanjutnya.
Setelah selesai aku turun ke bawah untuk makan malam bersama keluarga. Sekalian menjelaskan ke orang tuaku perihal kos yang sudah aku dapatkan.
"Pa, Ma. Zanu sudah dapatkan tempat kos. Tempatnya sangat bagus dan berada di pinggir jalan, tidak terlalu jauh dari halte Bus," ujarku serius didepan Papa dan Mama.
"Berapa perbulannya Zanu? Kamu yakin maunya naik Bus?" tanya Papa.
"Sebulan lima ratus ribu Pa. Untuk sementara Zanu naik Bus dululah Pa. Biar bisa mengenal banyak teman dulu dan lihat situasi nanti selama di kampus," jawabku.
"Oke, Papa setuju. Asalkan kamu bisa jaga diri. Untuk kendaraan kamu selama di sana bisa diusahakan nantinya,"
"Asyikkk...! Zanu boleh minta mobil kan Pa? Nanti privat aja buat belajarnya," tanyaku.
"Papa belum bisa beri kepastian sekarang, kamu fokus kuliah saja dulu,"
"Baik Pa,"
"Zanu, untuk peralatan kos kamu gimana? Perlu beli peralatan dapur buat masak di sana?" tanya Mama tiba-tiba.
"Ma, semua fasilitas lengkap di sana, malah ada kolam renangnya. Untuk garasi juga luas, jadi kalau yang ngekos bawa mobil, gampang. Lima ratus ribu sudah sama cateringnya Ma," jawabku antusias.
"Wah! Kosnya mewah banget dan lengkap ya.. Tapi aman gak di sana menurut kamu? Gimana Ibu kostnya, sudah ketemu?" tanya Mama lagi.
"InsyaAllah aman Ma. Zanu sudah ketemu sama yang punya rumah. Panggilannya Mami, orangnya ramah banget,"
"Oke. Besok Papa sama Mama nyusul ke sana antar keperluan kamu. Tapi ospeknya kamu naik Bus dulu ya Nak,"
"Baik Ma, gak apa-apa. Nanti Zanu telepon ke rumah untuk beritahu alamat kosnya,"
"Ya sudah, kamu cepat selesaikan makannya. Siapkan apa saja keperluan buat besok yang mau di bawa," ujar Papa.
"Oke Pa,"
Setelah makan malam, aku bergegas ke atas untuk memeriksa kembali barang-barang yang akan di bawa besok sama Papa dan Mama.
Aku cukup bawa ransel saja besok, karena masih mengikuti ospek. Setelah selesai semua, aku sholat dan langsung tidur.
********
Besoknya, seperti biasa aku naik Bus lagi ke kota P. Selanjutnya menuju kampus menggunakan Bus yang berbeda. Untuk mengikuti ospek yang ke dua.
Sesampainya di kampus, mahasiswa baru tetap diharuskan jalan merangkak menuju halaman Auditorium.
Aku sedikit kelelahan karena telah melewati perjalan cukup jauh menuju ke kampus. Dan ditambah lagi aku belum sarapan.
Tapi ku tahan, karena kemaren ospek perdana aku tidak bisa mengikuti, hari ini aku pastikan untuk ikut.
Ospek ke dua kita di suruh membuat kelompok beranggotakan lima orang dari masing-masing jurusan.
Aku ternyata tidak memiliki kelompok, jumlah teman jurusan sisa satu orang yaitu aku sendiri. Ya, aku maklum karena selain jumlahnya ganjil, aku juga belum mengenal semua teman-teman jurusan kecuali Prita.
"Oke, bagi siapa yang gak ada kelompoknya, maju ke depan," ucap senior cowok yang memakai seragam jas almamater.
Dengan gontai aku berjalan ke depan. Di sana sudah ada beberapa orang yang tidak kebagian kelompok. Mungkin sekitar enam belas orang.
Aku menatap ke depan, ada banyak mahasiswa baru yang sedang berbaris berurutan dengan kelompok masing-masing.
Dan tiba-tiba aku menangkap sosok yang kukenal dari jauh. Dia Bram, yang sedang memarkirkan motor balapnya di seberang Auditorium. Lebih tepatnya di belakang gedung Rektorat.
Ada beberapa pasang mata yang memperhatikan kehadirannya di sana. Termasuk para senior.
Tidak heran, karena dia memiliki kharisma yang kuat sehingga banyak kaum hawa yang terpesona, termasuk aku.
Apalagi dia memiliki wajah campuran yang berbeda dari orang kebanyakan. Mungkin dia memiliki darah campuran bule, Arab atau apalah namanya.
Perlahan dia berjalan menuju barisan depan, tepat di mana para senior yang memakai seragam almamater berjejer. Sedangkan senior seragam hitam, berbaris rapi mengelilingi semua barisan mahasiswa baru.
Entah seperti menyambut apa, semua terdiam dengan kemunculannya.
Sekilas tiba-tiba dia menatapku yang sedang berbaris di depan. Dia hanya menatap dengan dingin tanpa expresi apalagi tersenyum, ngimpi...
Tapi tatapannya itu mengandung makna yang dalam.
"Oke, ospek hari ini saya ambil alih!" tiba-tiba dia bicara dengan lantang dihadapan semuanya.
"Semua yang sudah memiliki kelompok, silahkan selesaikan teka-teki yang akan diberikan senior kalian nanti. Dan yang tidak memiliki kelompok, saya akan beri waktu lima menit untuk kalian membuat kelompok baru," ujarnya tegas dan berwibawa.
"Waktu di mulai sekarang!"
Entah bagaimana ceritanya, aku tidak kebagian kelompok lagi. Ya, aku hanya diam tanpa bertanya dengan yang lain, sedang mereka sibuk memilih kelompok.
Dari enam belas orang, terbentuklah tiga kelompok, masing-masing lima orang. Sisa satu orang yaitu aku.
Para senior lain mulai membagikan kertas-kertas untuk setiap kelompok.
Dan dari kejauhan kulihat senior perempuan berbisik ke Bram, entah apa yang dibahasnya. Setelahnya, Bram menoleh kearahku.
"Yang tidak memiliki kelompok, silahkan maju ke depan untuk memperkenalkan diri dan membuat kata-kata indah untuk saya nantinya. Semua kelompok hanya di beri waktu dua puluh menit," ujarnya lantang.
Blassss!!
Semuanya melihat kearahku. Mungkin menurut mereka, apakah ini termasuk tugas yang mudah atau sulit buatku.
~Sepertinya dia memanfaatkan situasi ini. Apa tujuannya dengan menyuruhku merangkai kata-kata indah? Apakah dia menyukaiku? Tapi terlalu dini menurutku.~
Aku diam dan deg-deg an. Bukan karena Bram!
Tapi malu, karena tiba-tiba dihadapkan dengan sesuatu yang tidak aku sadari. Aku ingin marah dan ingin mengatakan tidak bisa.
~Aku bisa apa?~
Setelahnya kulihat dia dengan expresi dingin berjalan menuju ke gedung Rektorat. Entah apa yang akan dia lakukan di sana.
Dan semua mahasiswa baru diarahkan untuk diskusi keteras Auditorium oleh senior. Semuanya hanya di beri waktu dua puluh menit termasuk aku.
"Zanu, kamu baik-baik saja?" tanya Prita tiba-tiba menghampiriku.
"Eh Prita, Alhamdulillah baik," jawabku.
"Aku lihat kamu lesu. Kamu sudah sarapan belum?" tanyanya lagi.
"Belum, tapi aku gak apa-apa kok,"
"Ya sudah. Aku diskusi dulu sama mereka. Nanti kita ketemuan di halte pas pulang,"
"Oke Prita,"
Prita tersenyum dan berjalan menuju kelompoknya. Tinggal aku sendiri yang harus berfikir keras bagaimana caranya merangkai kata-kata yang indah buat dia.
Aku merasakan perutku mulai sedikit sakit. Tapi masih bisa kutahan.
*******
Waktu sudah berjalan selama dua puluh menit. Terdengar bunyi peluit yang di tiup oleh senior berseragam hitam.
"Ayo semuanya berbaris kembali dan kumpulkan hasil diskusi kalian! Jangan lupa tulis nama kalian di setiap kelompok," teriak senior perempuan.
Aku dan yang lainnya berlarian dan bergegas membentuk barisan.
Aku belum menemukan atau tidak bisa merangkai kata-kata apapun. Aku biarkan mengalir begitu saja. Mungkin nanti kalimatnya tidak akan panjang.
Dia alias Bram, keluar dari gedung Rektorat. Terlihat di sana, dia sedang mengobrol dengan seseorang. Entah itu Dosen atau mungkin Rektor.
Setelah mereka selesai bicara, Bram langsung berjalan menuju ke depan barisan mahasiswa. Senior sudah berjejer rapi menghadap barisan mahasiswa.
"Baik, semua sudah siap! Bagi yang berkelompok, jawaban kalian sedang di cek senior. Dan tadi yang tidak ada kelompoknya, silahkan ke depan untuk setor tugas yang sudah saya berikan!" ujarnya tanpa aling-aling.
Aku jalan ke depan, dengan sedikit gontai. Mulai kurasakan tubuhku lemah dan lesu. Tapi aku berusaha sekuat mungkin untuk berjalan.
Sesampainya di depan, senior perempuan memberikan aku mic. Tujuannya biar semua bisa mendengar kalimat apa saja yang akan kuucapkan. Hadehh..
~Apakah ini keinginan Bram sendiri ?~
Tanpa babibu, aku mengambil mic tersebut dan berbalik ke arah mahasiswa.
"Oke, perkenalkan namaku Zanu Plovie Evgas, Fakultas Hukum Jurusan Hukum Pidana," ujarku.
Aku diam sejenak sambil menahan sakit di perut. Lalu dengan cepat tubuhku berputar menghadap Bram.
Dia kaget!
Aku melihat wajah dan langsung menatap matanya. Dia terkesiap tak bergeming.
"Kamu! Yang sedang dihadapanku saat ini. Ibaratkan air yang jernih mengalir menuju lembah, menghidupkan kehijauan yang awalnya tak berpenghuni," ujarku dengan helaan nafas berat tapi pasti.
"Kamu! Mengapa harus ada, menemani setiap mimpi yang terang dan gelap. Menoreh senyum yang dalam dan menatap sela rindu. Seakan kita pernah bertemu," ujarku kemudian.
Aku diam dan mulai merasakan mataku berkunang-kunang. Aku tidak tahan lagi, penglihatanku mulai gelap.
Brukk!
Aku terjatuh tapi aku sempat merasakan ada yang menahan tubuhku.
"Zanu! Zanu! Kamu kenapa? Zanu!" teriak Bram.
Samar-samar aku sempat melihat wajah Bram mendekati wajahku dengan mimik wajah ketakutan. Dia memelukku.
Dan semuanya gelap!
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 166 Episodes
Comments