BAB 15 : Kos-kosan

Ospek hari pertama selesai.

Setelah pulang ospek, aku berjalan bersama teman-teman satu jurusan.

Kita semua memperkenalkan diri satu persatu, sambil menunggu Bus kampus di halte yang sudah disediakan.

Cuaca lagi panas, tapi karena banyaknya pohon yang rimbun, jadi terasa adem dan sejuk.

Aku bertanya kesalah satu teman perempuan. Namanya Prita.

"Prita, kamu ngekos?" tanyaku.

"Iya Zanu, di Pasar Baru," jawabnya.

"Wah, kebetulan. Kamu mau gak bantuin aku cariin kosan disekitar sana?" tanyaku lagi.

"Boleh, ditempatku banyak banget tempat kos-kosan. Kamu tinggal pilih mau tipe dan harga berapa. Ada juga yang sudah menyediakan kasur, lemari dan lainnya. Seperti kosan yang aku tempati sekarang," jawab Prita.

"Di kosan kamu ada yang kosong gak?"

"Sepertinya ada, lantai atas. Nanti kita tanyakan langsung ke Ibu kosnya. Kamu minat?"

"Oke. Kita barengan ke sana. Thanks ya Prita,"

"Sama-sama,"

Bus datang. Kita berebutan masuk dengan hati riang gembira. Sejenak ospek yang melelahkan hari ini kita lupakan. Bus melaju menuju Pasar Baru.

Pasar Baru sudah menyediakan halte khusus untuk mahasiswa.

Bagi yang tinggalnya melewati Pasar Baru, alternatif lain bisa menggunakan Bus umum dari kampus atau Angkot dari Pasar Baru.

Aku dan Prita bergegas turun. Kita berjalan kaki menuju kosannya Prita. Kebetulan, kosnya tidak terlalu jauh dari halte dan terletak di pinggir jalan.

Dari jauh sudah terlihat kos tersebut lumayan besar dan bagus. Terdiri dari dua lantai, ada taman dan garasi yang bisa muat sekitar 4 mobil. Bisa di tebak, kosan ini pasti harga sewanya mahal.

"Ayo, masuk. Tempatku di lantai bawah, bagian depan dekat ruang tamu," ujar Prita sambil membukakan pagar.

Aku mengikuti Prita dari belakang. Kuperhatikan satu persatu keadaan di sana. Semua terlihat rapi dan bersih. Sepertinya siapa saja yang tinggal di sini, di jamin bakalan betah.

Tiba-tiba muncul seorang Ibu paruh baya dari pintu garasi bagian dalam.

"Bi, sini Bi," panggil Prita.

"Ya Non?" jawab Ibu tersebut sambil bergegas jalan menuju Prita.

"Mami ada dirumahnya Bi? Ini teman Prita mau lihat kamar kos yang kosong di atas. Belum ada penghuninya kan Bi?" tanya Prita.

"Mami ada Non, lagi di dalam. Kamar atas belum ada orangnya Non," jawab Ibu dengan sopan.

"Oke Bi, terima kasih infonya. Kita langsung saja ketemu sama Mami di dalam,"

"Baik Non,"

Aku dan Prita langsung melangkahkan kaki menuju pintu samping. Saat masuk, aku melihat taman di dalam dan ada kolam renangnya. Wow!

~Apakah ini kosan anak Sultan?~

Dari kejauhan, aku melihat seorang Ibu paruh baya sedang menyiram bunga. Ibu tersebut berpakaian nyentrik tapi terlihat elegan.

Mungkin ini yang punya kos, pikirku.

Prita bergegas menghampirinya.

"Mami, lagi apa?" tanya Prita sambil mencium tangan Ibu tersebut.

"Eh, nak Prita. Udah selesai ospeknya.. Lagi nyiram bunga. Ini siapa Prita," tanya Mami tersebut langsung to the point.

"Ini temanku Mami, satu jurusan. Namanya Zanu. Kita baru kenalan hari ini. Zanu mau lihat kamar kos yang kosong Mi," jawab Prita.

"Zanu Tante, eh," aku menyodorkan tangan dan Mami menyambutnya.

"Jangan panggil Tante nak Zanu. Panggil Mami saja. Yuk kita langsung saja ke atas," ujar Mami sambil tersenyum ramah dan mempersilahkan kita ke lantai atas.

"Iya Mami," jawabku.

Mami berjalan duluan, aku dan Prita mengiringinya dari belakang. Kita naik tangga dan langsung menuju kamar yang kosong.

Mami membuka pintu dengan kunci yang sudah ada ditangannya.

Klek! Pintu terbuka.

Aku masuk ke dalam kamar. Kulihat kamarnya cukup luas seperti kamar hotel. Ada tempat tidur, lemari, meja kerja, meja kursi mungil, kulkas dan AC.

Ada kamar mandinya juga, beserta shower air dingin dan panas. Trus ada teras mungil di luar jendela yang berukuran besar sebagai sirkulasi udara. Bisa buat nongkrong atau sekedar baca-baca di temani angin yang sepoi-sepoi.

"Gimana nak Zanu, apa kamu berminat tinggal di sini?" tanya Mami sambil tersenyum.

"Kamarnya bagus banget dan lengkap Mami. Sepertinya saya bisa betah tinggal di sini. Berapa ya perbulannya Mi?" tanyaku balik.

"Semua kamar di sini lima ratus ribu perbulan. Sudah sekalian catering pagi, siang dan malam," penjelasan Mami.

Tahun 2000, sewa kosan dengan harga segitu sudah wow. Wajarlah harga sesuai kualitas yang didapatkan di tempat ini.

"Oke Mami. Nanti saya tanyakan ke orang tua di rumah. Kalau jadi, kemungkinan besok saya langsung tinggal di sini," jawabku.

"Baik, nanti Mami minta Bibi bersihin kamar ini. Untuk aturan di kos ini, nak Zanu bisa tanyakan sama Prita atau yang sudah lama tinggal di sini," ujar Mami.

"Baik Mami,"

"Yuk, kita ngobrol di bawah saja,"

Kita keluar kamar dan menuju ke lantai bawah. Kulihat Bibi sudah menyiapkan minuman dan cemilan di ruang tamu.

"Ayo di cicipi minuman sama cemilannya nak," ujar Mami mempersilahkan.

"Iya Mami..," jawabku barengan sama Prita.

Aku dan Prita duduk dan mengambil teko untuk dituangkan ke dalam gelas. Lalu kita minum dan mulai mengambil cemilan di atas meja.

"Maaf Mami, saya gak bisa lama-lama. Karena saya harus segera pulang, takutnya sampe rumah kemalaman," ujarku memulai obrolan.

"Nak Zanu tinggal di mana?" tanya Mami.

"Di Prn Mami. Perjalanan dari sini sekitar 2 jam kalau naik Bus, itu juga kalau gak macet di jalan," jawabku sambil menghabiskan minuman.

"Oo ya sudah. Nak Zanu segera pulang, ini mau sore. Salam buat orang tuanya ya.. Hati-hati di jalan," ujar Mami.

"Mari Mami. Terima kasih jamuannya,"

"Sama-sama,"

"Prita antar Zanu ke depan dulu Mami,"

Mami mengangguk. Aku dan Prita berjalan melalui pintu samping tadi, dekat taman dan kolam renang.

Sesampainya di depan, aku dan Prita berpelukan.

"Terima kasih Prita sudah bantuin Aku. Untung ada kamu. Semoga saja orang tua setuju aku tinggal di sini," ujarku.

"Iya Zanu. Senang bisa membantu. Semoga kita bisa satu kost,"

"Aamiin. Oke, aku pulang dulu ya.."

"Bye,"

*******

Aku bergegas keluar pagar dan sedikit berjalan menapaki jalan besar. Mau menunggu Angkot atau Bus yang lewat.

Waktu sudah menunjukkan jam 3 sore. Aku tidak melihat Bus di sepanjang jalan. Ada juga 2 Angkot yang sudah terisi penuh.

Aku gelisah. Takutnya malam sampai rumah. Papa Mama bisa khawatir dengan keterlambatanku kali ini.

"Zanu!! Kamu lagi ngapain di sini?"

Kudengar suara memanggil yang cukup keras dari kejauhan. Saat aku berpaling mencari suara tersebut, betapa terkejutnya aku melihat sosok tersebut.

~OMG!! Cowok pena! Kenapa dia ada di sini? Aduh! gimana nih, kira-kira dia masih marah gak ya tentang tadi pagi.~

Aku kaget, gelisah dan masih diam. Rasa panik dan takut jadi campur aduk.

"Hei!! Ditanyain, kenapa kamu malah diam? Apa kamu lagi tersesat Zanu? Teman-teman kamu udah dari tadi pulang!" ujarnya lagi sambil mematikan motornya tepat didepanku.

Dia membuka helm. Terlihat tampangnya yang aduhai. Siapa saja yang melihat pasti akan terpesona, tapi karena dia ini rada sengak dan galak, mending menghindar deh.

Tapi, sorot matanya yang tajam itu lho! Bikin aku tidak bisa berkutik. Aku sendiri yang merasakannya atau semua perempuan ya..?

Pokoknya, dia ini laki banget!

"Hei!! Kamu masih idup? Kenapa lihat aku seperti itu?" ujarnya sedikit teriak.

Aku kaget! Perasaanku setiap ketemu ini orang, bawaannya kaget terus.

"Eh iya Ketua. Aku lagi menunggu Angkot sama Bus," jawabku sambil celingak celinguk melihat keadaan sekitar.

"Jam segini Bus sudah gak beroperasi lagi. Ada juga Angkot tapi gak banyak. Memangnya kamu tinggal di mana?" tanya dia lagi.

"Aku dari Prn," jawabku singkat.

"Wuihh! Itu jauh dari sini. Kamu naik Bus atau ada yang jemput?"

~Kuperhatikan, lama-lama kenapa dia jadi perhatian sama aku? Dan suaranya pun terasa makin merdu ditelingaku. Jadi ingat Abang.~

"Naik bus Ketua,"

"Kamu jangan panggil aku Ketua, ini bukan lagi di kampus. Panggil Kakak atau Abang. Sini! Aku antar kamu ke loket Bus Prn, aku tau tempatnya," ujarnya.

Aku diam. Bagaimana mungkin aku ikut dia, sedangkan aku baru kenal walau sudah beberapa kali bertemu.

Namanya juga aku belum tau. Mentang lah ya dia Ketua BEM, semua harus memanggilnya Ketua.

Sejenak otakku mikir.

~Kalau gak ikut dia, bisa kemalaman di jalan. Belum lagi macetnya. Aduh! Bisa-bisa Bus nya gak ada lagi mangkal di loket.~

"Sudah! Kamu jangan mikir yang negatif dulu. Kamu gak aku apa-apain kok, kamu bakal aman bersamaku. Taruhannya nama baikku di BEM dan nama kampus kita," ujarnya percaya diri dan tegas.

"Benar ya.. Kakak gak apa-apain aku! Nanti aku teriak atau loncat," aku sedikit mengancam.

"Aduh! Kamu kok jadi parno gitu. Apa kamu gak takut lecet, main loncat-loncat aja. Sudah! Kita jangan berdebat di sini, ntar kamu makin telat. Ayo naik!" ucapnya sambil menghidupkan motornya kembali.

Motor yang mirip seperti punya Vincent, motor yang bisa di bawa balapan. Hanya orang-orang tertentu yang bisa beli ini (kutipan kalimat yang pernah aku dengar dari Abang waktu itu).

Aku segera naik dan nyeess...!

Jantungku mulai deg-deg kan. Aku mulai merasakan perasaan yang sama saat di dekat Abang dulu. Perasaannya yang cuek tapi perhatian.

"Kamu pegangan ke pinggang atau bahuku? Karena aku mau ngebut, biar kamu cepat sampai. Percaya deh sama aku,"

"Gak! Aku belum terbiasa pegangan gitu. Biarin aja, aku bisa kok,"

"Ya sudah, kalau nanti merasa gamang, bisa pegang bahuku saja,"

"Baik,"

Aku naik ke motornya. Dan motor melaju sedikit kencang. Selama perjalanan kita hanya diam.

Mungkin sibuk dengan pikiran kita masing-masing.

...****************...

Episodes
1 BAB 1 : Tamu
2 BAB 2 : Mantan Pacar
3 BAB 3 : Apa Ini Dinamakan Cemburu?
4 BAB 4 : Curhat
5 BAB 5 : Ujian Akhir
6 BAB 6 : Tito, Secepat Itukah ?
7 BAB 7 : Mulai Santai
8 BAB 8 : Perpisahan Sekolah
9 BAB 9 : Diantara Dua
10 BAB 10 : Argument
11 BAB 11 : Dia Pergi
12 BAB 12 : UMPTN
13 BAB 13 : Tak Terduga
14 BAB 14 : Ospek
15 BAB 15 : Kos-kosan
16 BAB 16 : Bram
17 BAB 17 : Ospek 2
18 BAB 18 : Perempuan Cantik
19 BAB 19 : Heboh
20 BAB 20 : Ospek 3
21 BAB 21 : Mampir
22 BAB 22 : Gosip
23 BAB 23 : Ospek Terakhir
24 BAB 24 : Berkemah
25 BAB 25 : Tenda
26 BAB 26 : Mandi Di Sungai
27 BAB 27 : Siapakah Bram?
28 BAB 28 : Urusan Bram
29 BAB 29 : Hiking
30 BAB 30 : Foto Itu
31 BAB 31 : Bertengkar
32 BAB 32 : Hadiah
33 BAB 33 : Si Pelaku
34 BAB 34 : Perkemahan Berakhir
35 BAB 35 : Korban
36 BAB 36 : Kepo Again
37 BAB 37 : Pulang
38 BAB 38 : Vincent Terluka
39 BAB 39 : Date Pertamaku
40 BAB 40 : Ungkapan
41 BAB 41 : Pengakuan Bram
42 BAB 42 : Hadiah Lagi
43 BAB 43 : Kangen Kosan
44 BAB 44 : Kasus Selesai
45 BAB 45 : Kantin
46 BAB 46 : Cinta
47 BAB 47 : Pabrik
48 BAB 48 : Amarah Bram
49 BAB 49 : Balik
50 BAB 50 : Novel
51 BAB 51 : Penghuni Baru
52 BAB 52 : Bram dan Gilang
53 BAB 53 : Jadi Perkara
54 BAB 54 : Sunset
55 BAB 55 : Ternyata Anak Rektor?
56 BAB 56 : Ada Apa Prita?
57 BAB 57 : Pria Asing
58 BAB 58 : Berenang
59 BAB 59 : Sayang
60 BAB 60 : Ciuman Pertama
61 BAB 61 : Target Gilang
62 BAB 62 : Cargalla dan Ox
63 BAb 63 : Bantuan Bram
64 BAB 64 : Papa Marah
65 BAB 65 : Damar
66 BAB 66 : Singgah Dulu
67 BAB 67 : Hotel
68 BAB 68 : Gedung Tua
69 BAB 69 : Rumah Sakit
70 BAB 70 : 2 Jam
71 BAB 71 : ICU
72 BAB 72 : Keputusan Yang Berat
73 BAB 73 : Ancaman
74 BAB 74 : Masalah Bertambah
75 BAB 75 : Dramatis
76 BAB 76 : Bram Kembali
77 BAB 77 : Cerita
78 BAB 78 : Belum Muncul
79 BAB 79 : Atif Dan Prita
80 BAB 80 : Ku Katakan Saja
81 BAB 81 : Kecelakaan
82 BAB 82 : Histeris
83 BAB 83 : Panik
84 BAB 84 : Cerita Dilema
85 BAB 85 : Gadis Remaja
86 BAB 86 : Laura
87 BAB 87 : Penjualan Baja
88 BAB 88 : Keterangan
89 BAB 89 : Good Night
90 BAB 90 : Orang Tua
91 BAB 91 : Melayat
92 BAB 92 : Izin
93 BAB 93 : Nasehat Papa
94 BAB 94 : Kebun Rambutan
95 BAB 95 : Mawar Merah
96 BAB 96 : Handuk
97 BAB 97 : Perawat
98 BAB 98 : Kamar Rahasia
99 BAB 99 : Berjamaah
100 BAB 100 : Dansa
101 BAB 101 : Prita Tidak Ada
102 BAB 102 : Kak Siska
103 BAB 103 : Rumah Dinas
104 BAB 104 : Tolong
105 BAB 105 : Keajaiban
106 BAB 106 : Sacia
107 BAB 107 : Teman Lama
108 BAB 108 : Pertemuan
109 BAB 109 : Lutfa
110 BAB 110 : Koma Lagi
111 BAB 111 : Privat Jet
112 BAB 112 : Bram Sibuk
113 BAB 113 : Switzerland
114 BAB 114 : Ujang
115 BAB 115 : Ricard
116 BAB 116 : Kerumah Bram Lagi
117 BAB 117 : Biliar
118 BAB 118 : Rias
119 BAB 119 : Tamu Utama
120 BAB 120 : Gelora Asmara
121 BAB 121 : Hujan
122 BAB 122 : Restu
123 BAB 123 : Pak Boil
124 BAB 124 : Showroom
125 BAB 125 : Pemberian Damar
126 BAB 126 : Cafe Baru
127 BAB 127 : Guru Privatku Bernama Bayu
128 BAB 128 : Perintah Bram
129 BAB 129 : Bos Kecil
130 BAB 130 : Izin Bram
131 BAB 131 : Warung
132 BAB 132 : Sudah Bisa Bicara
133 BAB 133 : Mami Kos Usus Buntu
134 BAB 134 : Berita Di Televisi
135 BAB 135 : Mami and Papi
136 BAB 136 : Bintang
137 BAB 137 : Teman Vs Teman
138 BAB 138 : Semua Karyawan Meeting
139 BAB 139 : Kenapa Aku?
140 BAB 140 : Pemecatan Mandor Pabrik
141 BAB 141 : Asisten Manager
142 BAB 142 : Jangan Tinggalkan Aku
143 BAB 143 : Selamat Jalan Sayang
144 BAB 144 : Kenangan
145 BAB 145 : Penantian
146 BAB 146 : Keponakan Mami Adalah..
147 BAB 147 : Mengingat Kenangan
148 BAB 148 : Hampa
149 BAB 149 : Curhat Zuri
150 BAB 150 : Mesjid
151 BAB 151 : Ke Dermaga
152 BAB 152 : Diskusi
153 BAB 153 : Lampu Merah
154 BAB 154 : Bodyguard Bram Muncul
155 BAB 155 : Misi
156 BAB 156 : Surat
157 BAB 157 : Keceplosan
158 BAB 158 : Pesan Pak Tio
159 BAB 159 : Terus Terang
160 BAB 160 : Nur Ibzan
161 BAB 161 : Thelma
162 BAB 162 : Surat Vincent
163 BAB 163 : Ruang Kerjaku
164 BAB 164 : Gratis
165 BAB 165 : Meeting
166 BAB 166 : Aku Pengganti Bram
Episodes

Updated 166 Episodes

1
BAB 1 : Tamu
2
BAB 2 : Mantan Pacar
3
BAB 3 : Apa Ini Dinamakan Cemburu?
4
BAB 4 : Curhat
5
BAB 5 : Ujian Akhir
6
BAB 6 : Tito, Secepat Itukah ?
7
BAB 7 : Mulai Santai
8
BAB 8 : Perpisahan Sekolah
9
BAB 9 : Diantara Dua
10
BAB 10 : Argument
11
BAB 11 : Dia Pergi
12
BAB 12 : UMPTN
13
BAB 13 : Tak Terduga
14
BAB 14 : Ospek
15
BAB 15 : Kos-kosan
16
BAB 16 : Bram
17
BAB 17 : Ospek 2
18
BAB 18 : Perempuan Cantik
19
BAB 19 : Heboh
20
BAB 20 : Ospek 3
21
BAB 21 : Mampir
22
BAB 22 : Gosip
23
BAB 23 : Ospek Terakhir
24
BAB 24 : Berkemah
25
BAB 25 : Tenda
26
BAB 26 : Mandi Di Sungai
27
BAB 27 : Siapakah Bram?
28
BAB 28 : Urusan Bram
29
BAB 29 : Hiking
30
BAB 30 : Foto Itu
31
BAB 31 : Bertengkar
32
BAB 32 : Hadiah
33
BAB 33 : Si Pelaku
34
BAB 34 : Perkemahan Berakhir
35
BAB 35 : Korban
36
BAB 36 : Kepo Again
37
BAB 37 : Pulang
38
BAB 38 : Vincent Terluka
39
BAB 39 : Date Pertamaku
40
BAB 40 : Ungkapan
41
BAB 41 : Pengakuan Bram
42
BAB 42 : Hadiah Lagi
43
BAB 43 : Kangen Kosan
44
BAB 44 : Kasus Selesai
45
BAB 45 : Kantin
46
BAB 46 : Cinta
47
BAB 47 : Pabrik
48
BAB 48 : Amarah Bram
49
BAB 49 : Balik
50
BAB 50 : Novel
51
BAB 51 : Penghuni Baru
52
BAB 52 : Bram dan Gilang
53
BAB 53 : Jadi Perkara
54
BAB 54 : Sunset
55
BAB 55 : Ternyata Anak Rektor?
56
BAB 56 : Ada Apa Prita?
57
BAB 57 : Pria Asing
58
BAB 58 : Berenang
59
BAB 59 : Sayang
60
BAB 60 : Ciuman Pertama
61
BAB 61 : Target Gilang
62
BAB 62 : Cargalla dan Ox
63
BAb 63 : Bantuan Bram
64
BAB 64 : Papa Marah
65
BAB 65 : Damar
66
BAB 66 : Singgah Dulu
67
BAB 67 : Hotel
68
BAB 68 : Gedung Tua
69
BAB 69 : Rumah Sakit
70
BAB 70 : 2 Jam
71
BAB 71 : ICU
72
BAB 72 : Keputusan Yang Berat
73
BAB 73 : Ancaman
74
BAB 74 : Masalah Bertambah
75
BAB 75 : Dramatis
76
BAB 76 : Bram Kembali
77
BAB 77 : Cerita
78
BAB 78 : Belum Muncul
79
BAB 79 : Atif Dan Prita
80
BAB 80 : Ku Katakan Saja
81
BAB 81 : Kecelakaan
82
BAB 82 : Histeris
83
BAB 83 : Panik
84
BAB 84 : Cerita Dilema
85
BAB 85 : Gadis Remaja
86
BAB 86 : Laura
87
BAB 87 : Penjualan Baja
88
BAB 88 : Keterangan
89
BAB 89 : Good Night
90
BAB 90 : Orang Tua
91
BAB 91 : Melayat
92
BAB 92 : Izin
93
BAB 93 : Nasehat Papa
94
BAB 94 : Kebun Rambutan
95
BAB 95 : Mawar Merah
96
BAB 96 : Handuk
97
BAB 97 : Perawat
98
BAB 98 : Kamar Rahasia
99
BAB 99 : Berjamaah
100
BAB 100 : Dansa
101
BAB 101 : Prita Tidak Ada
102
BAB 102 : Kak Siska
103
BAB 103 : Rumah Dinas
104
BAB 104 : Tolong
105
BAB 105 : Keajaiban
106
BAB 106 : Sacia
107
BAB 107 : Teman Lama
108
BAB 108 : Pertemuan
109
BAB 109 : Lutfa
110
BAB 110 : Koma Lagi
111
BAB 111 : Privat Jet
112
BAB 112 : Bram Sibuk
113
BAB 113 : Switzerland
114
BAB 114 : Ujang
115
BAB 115 : Ricard
116
BAB 116 : Kerumah Bram Lagi
117
BAB 117 : Biliar
118
BAB 118 : Rias
119
BAB 119 : Tamu Utama
120
BAB 120 : Gelora Asmara
121
BAB 121 : Hujan
122
BAB 122 : Restu
123
BAB 123 : Pak Boil
124
BAB 124 : Showroom
125
BAB 125 : Pemberian Damar
126
BAB 126 : Cafe Baru
127
BAB 127 : Guru Privatku Bernama Bayu
128
BAB 128 : Perintah Bram
129
BAB 129 : Bos Kecil
130
BAB 130 : Izin Bram
131
BAB 131 : Warung
132
BAB 132 : Sudah Bisa Bicara
133
BAB 133 : Mami Kos Usus Buntu
134
BAB 134 : Berita Di Televisi
135
BAB 135 : Mami and Papi
136
BAB 136 : Bintang
137
BAB 137 : Teman Vs Teman
138
BAB 138 : Semua Karyawan Meeting
139
BAB 139 : Kenapa Aku?
140
BAB 140 : Pemecatan Mandor Pabrik
141
BAB 141 : Asisten Manager
142
BAB 142 : Jangan Tinggalkan Aku
143
BAB 143 : Selamat Jalan Sayang
144
BAB 144 : Kenangan
145
BAB 145 : Penantian
146
BAB 146 : Keponakan Mami Adalah..
147
BAB 147 : Mengingat Kenangan
148
BAB 148 : Hampa
149
BAB 149 : Curhat Zuri
150
BAB 150 : Mesjid
151
BAB 151 : Ke Dermaga
152
BAB 152 : Diskusi
153
BAB 153 : Lampu Merah
154
BAB 154 : Bodyguard Bram Muncul
155
BAB 155 : Misi
156
BAB 156 : Surat
157
BAB 157 : Keceplosan
158
BAB 158 : Pesan Pak Tio
159
BAB 159 : Terus Terang
160
BAB 160 : Nur Ibzan
161
BAB 161 : Thelma
162
BAB 162 : Surat Vincent
163
BAB 163 : Ruang Kerjaku
164
BAB 164 : Gratis
165
BAB 165 : Meeting
166
BAB 166 : Aku Pengganti Bram

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!