BAB 14 : Ospek

Hari ini pengumuman hasil ujian UMPTN.

Seminggu rasanya setahun menunggu. Pagi-pagi sekali aku bergegas ke pasar untuk membeli koran.

Sesampai di rumah, aku perhatikan satu persatu nama-nama yang tertera di sana. Cukup menguras otak untuk melihat tulisan kecil-kecil di koran ini.

Zanu Plovie Evgas, lulus Fakultas Hukum, Jurusan Hukum Pidana.

"Alhamdulillah.., aku lulus juga," ucapku penuh rasa syukur.

"Papa, Mama, Zuri! Kakak lulus nih...," teriakku di ruang keluarga.

Sontak saja teriakanku membuat Papa, Mama dan Zuri menghampiri.

"Alhamdulillah nak, semoga berkah," ujar Mama sambil memelukku.

"Selamat ya nak, Papa bangga sama Zanu," ucap Papa sambil mengusap kepalaku.

"Aduh Kak, gak nyangka lho bisa lulus. Selamat Kakakku sayang," ucap Zuri langsung memelukku.

"Oke, karena Zanu lulus, malam ini kita makan di luar," bilang Mama kemudian.

"Horeee... Thank you ya Mama,"

"Sama-sama,"

*******

Malampun tiba, kita bersiap-siap hendak keluar untuk makan malam bersama.

Kali ini kita ke rumah makan Padang yang ada menu bebek goreng. Kebetulan malam ini adalah malam minggu, jadi tidak heran suasana ramai di sana.

Bukan hanya bawa keluarga mereka saja tapi ada banyak muda-mudi ikut singgah, sekedar untuk kencan atau merayakan sesuatu.

Kita mengambil tempat dekat pintu masuk, jadi mudah sekali bisa melihat orang yang lalu lalang keluar dan masuk.

Daftar menu sudah disodorkan pelayan. Setelah memilih menu yang akan di pesan, pelayan bergegas menuju dapur untuk menyelesaikan pesanan.

Papa dan Mama mengobrol tentang pulang kampung jelang lebaran nanti. Dan itu masih tahun depan, hi..hi..hi..

Tak kusangka tiba-tiba melihat Vincent sedang bersama perempuan baru, lagi masuk ke dalam restorant.

Deg!! Aku palingkan wajah, untuk menghindar dari penglihatan Vincent. Untungnya Vincent tidak melihatku.

~Ganti lagi ceweknya Vincent, apa pacar baru? Atau selingkuhannya ya?~

Aku tidak memperdulikan itu, karena sebenarnya Vincent tidak bisa membuat hatiku benar-benar luluh. Tidak sama seperti perasaanku terhadap Abang dan si cowok pena.

Yup! Si cowok pena! Perasaan itu hadir lagi. Padahal, aku tidak mengenal sosok itu, bahkan namanya saja aku belum tau.

~Kenapa jadi dia? Sadar Zanu!!~

"Zanu!!" ucap Mama dengan nada sedikit keras.

"Dari tadi dipanggil-panggil, kamu kenapa Zanu?"

"Eh, gak kenapa-kenapa Ma," jawabku kaget.

"Itu makanannya sudah di meja. Cuci tangan kamu dulu sana,"

"Baik Ma,"

Aku bergegas menuju tempat cuci tangan. Tiba-tiba Vincent datang menghampiriku.

"Zanu, apa kabar? Sudah lama kita gak ketemu," ujarnya sambil ikut mencuci tangan disebelahku.

"Eh, iya Vincent, Alhamdulillah aku baik. Kamu sama siapa ke sini?" tanyaku sedikit resah.

"Aku lihat kamu lho dari tadi. Aku sama seseorang, nanti kapan-kapan aku main kerumahmu untuk menjelaskannya," ujar Vincent.

"Oo.. oke," jawabku singkat.

"Aku kangen kamu Zanu. Kemaren ini aku ke rumah, kamu gak ada. Oiya, Aku gak bisa bebas ke sana kemari seperti dulu lagi,"

"Sudahlah, kapan-kapan mampir kerumahku ya. Kamu bisa cerita apa saja. Gak enak di lihat orang lama-lama kita ngobrol di sini," jawabku.

"Iya Zanu, aku ke sana dulu. Terima kasih ya," ujar Vincent.

"Siip..,"

Aku kembali ke tempat keluargaku dan mulai makan. Aku lihat Papa, Mama dan Zuri terlihat bahagia, sangat menikmati makan malam hari ini.

Setelah selesai makan, kita pulang. Dari kejauhan aku diam-diam melambaikan tangan ke Vincent. Dan dia membalasnya.

*******

Seminggu kemudian setelah pengumuman. Aku datang ke kampus. Untuk mengikuti ospek bersama mahasiswa baru, mengenal senior-seniorku dan suasana kampus.

Seperti biasa, aku pakai Angkot dari Pasar Kota menuju tempat kost-kostnya mahasiswa (nama wilayahnya Pasar Baru).

Setelah dari Pasar Baru, lanjut lagi naik Bus menuju kampus. Bus ada 2 jenis, Bus punya kampus gratis dan Bus umum bayar. Bebas mau naik yang mana saja.

Kali ini aku naik Bus kampus. Di dalam Bus hampir semuanya memakai baju putih celana hitam yang menandakan itu dresscode nya mahasiswa baru yang akan mengikuti ospek.

Untungnya aku dapat tempat duduk. Jadi tidak perlu berdesak-desakan dengan yang lain.

Bus berjalan menuju gerbang kampus. Sekitar tujuh menit dari gerbang, sampailah Bus di depan gedung Rektorat yang sangat luas.

Aku turun dari Bus. Kulihat banyak mahasiswa yang mengikuti ospek, semua jurusan bergabung di hari yang sama. Dan para senior ikut serta dalam balutan seragam hitam serta jas Almamater.

Baru saja melangkahkan kaki menuju jalan masuk, tiba-tiba semua mahasiswa dikejutkan oleh salah satu senior berpakaian hitam di sana.

"Jongkok! Jongkok! Semua berjalan jongkok!!"

Hah!! Semua kaget.

"Kenapa kalian diam! Saya suruh jongkok, ya jongkok! Di sini tidak ada yang manja-manja. Kalian harus bisa mengenal lebih dekat lagi dengan lingkungan kampus sekalian senior masing-masing!!" teriaknya kembali.

Aduh! Ospeknya udah di mulai.

~Aku nurut ajalah dari pada berabe urusannya.~

Semuanya terpaksa jalan jongkok menuju gedung Auditorium, yang mana jalannya menanjak seperti berpetualang ke perbukitan, hadehhh...!

Banyak yang menggerutu dan ada juga yang pasrah sambil tertatih-tatih menuju ke atas.

Ada sekitar satu kilo meter untuk bisa mencapai gedung Auditorium. Sesampai di sana, semua pada ngos-ngosan mengatur nafas.

"Ayo!! Bergerak! Teman-teman kalian sudah menunggu di sana!! Lambat banget! Jangan sampai kalian di hukum!" teriak salah satu senior perempuan, yang garangnya minta ampun.

~Ha!! Aku merasa seperti berada di kemiliteran. Next apa lagi? Gak lagi deh diginiin.~

"Saya beri waktu 5 menit untuk kalian masuk kedalam barisan teman-teman kalian dengan rapi!!" teriak satu senior lagi.

Tanpa ba bi bu, semua berlari sekencang-kencangnya menuju barisan, termasuk aku.

"Bruk!!"

Aku tersandung sesuatu sehingga membuatku jatuh tersungkur. Lututku rasanya sakit sekali. Aku hanya bisa meringis menahan rasa sakit.

"Isda, angkat dia! Bawa ke ruang pemulihan!" teriak senior yang berada di dekat barisan.

"Baik. Ayo Dek sini, kamu ikut kita," ujar senior bernama Isda.

Senior Isda dan temannya ikut membopongku keruangan yang tidak terlalu jauh dari barisan.

Di sana, aku duduk di kursi yang sudah disediakan. Aku perhatikan sejenak, lututku berdarah.

Selain aku, di ruangan tersebut sudah ada beberapa mahasiswa baru yang mengalami masalah yang berbeda-beda. Bahkan ada yang mengalami sesak nafas.

"Hei Zanu! Kamu ada di sini. Kenapa lututnya?" ujar seseorang dari belakang.

Kaget! Ternyata itu kak Resa. Kita pernah berkenalan di warung dekat kampus Fakultas Ekonomi. Pada saat aku mendaftar UMPTN.

"Eh iya kak Resa. Aku jatuh tadi berlari menuju barisan," jawabku sambil meringis menahan sakit.

"Ya sudah, kakak obati dulu lututnya," ujar kak Resa sambil mengambil kotak P3K yang ada di atas meja.

"Oiya, selamat.., akhirnya kamu lulus dan sekarang menjadi junior saya," ujar Kak Resa.

"Iya Kak, mohon di bantu nanti apabila ada kesulitan,"

"Okey,"

Kak Resa mengambil kapas dan mengolesi alkohol untuk membersihkan lututku. Setelah lututku dibersihkan, kak Resa mengolesi obat merah dan memplesternya langsung.

Nyeri di lututku berkurang dan aku mulai merasa nyaman.

"Resa! Kamu diperlukan di luar untuk menyampaikan masalah kesehatan. Sementara tinggalkan dulu pekerjaan kamu di sini," ujar seseorang di belakang kak Resa.

Aku cuek saja, hanya memperhatikan lututku dan tidak menggubris sedikitpun siapa yang berbicara.

"Baik Ketua," jawab kak Resa.

Aku kaget!

~Ketua mana yang dimaksud kak Resa?~

Aku tak berani mendongakkan kepala ke atas, tatapanku masih fokus ke lutut dengan perasaan berdebar-debar.

"Zanu, kakak keluar dulu ya. Kalau di tanyain Ketua, kamu jawab singkat saja. Orangnya galak, hati-hati," ucap kak Resa yang berbisik ditelingaku.

Aku menggangguk dan diam saja. Entah mengapa perasaanku jadi tidak karuan. Aku merasakan gejolak itu lagi. Rasa yang sama saat dulu setiap bertemu Abang!

Kak Resa berlalu dari ruangan menuju keluar untuk melaksanakan tugasnya.

~Ini pasti Ketua yang di maksud adalah cowok pena! Aduhhh... Ngapain juga dia ke sini.~

Tiba-tiba Ketua tersebut menghampiriku. Perasaanku semakin takut dan gelisah.

"Hei! Namamu siapa? Fakultas apa?" tanya dia tegas dengan nada suara yang pernah aku dengar sebelumnya.

"Za, Zanu Kak, Fakultas Hukum" jawabku sambil tetep menundukkan kepala.

"Selama urusan kampus berlangsung, kamu harus memanggilku Ketua," jawabnya.

"Iya Kak, eh Ketua,"

"Dari tadi saya lihat kamu menundukkan kepala terus! Saat saya bicara kamu masih seperti itu. Itu tidak sopan! Kamu bisa lihat saya kan?!" ujarnya dengan nada keras.

Semua di ruangan pada kaget tapi tetap berdiam diri. Mereka takut bermasalah dengan Ketua, apalagi para senior yang sudah tau betul karakternya.

Aku mendongakkan kepala ke atas dan menatap matanya dalam-dalam. Terlihat matanya membalas tatapan mataku.

Dia sangat kaget melihatku! Sejenak suasana hening dan kemudian tiba-tiba dia kelimpungan seperti salah tingkah.

"Sudah, kamu istirahat saja di sini. Saya ada urusan di luar," ujarnya sedikit lembut dan dengan cepatnya dia berjalan keluar menuju pintu ruangan lain.

Semua di ruangan juga ikut kaget dan pasti bertanya-tanya. Kenapa Ketua mereka tiba-tiba melow saat melihatku? Apa Ketua mereka mengenalku?

~Entahlah.. Entah kenapa setiap aku bertemu cowok pena, eh sang Ketua, suasananya menjadi aneh dan menggelikan, ha..ha..ha..~

Aku tertunduk diam. Membiarkan semua orang di dalam ruangan berpikir apa saja tentang sang Ketua.

Pas hari pertama ospek, terpaksa aku tidak bisa mengikuti. Tinggal tiga hari lagi kedepannya, semoga lututku tidak sakit lagi.

Aku berdiam diri, istirahat di ruangan ini sambil menunggu ospek selesai.

...****************...

Terpopuler

Comments

Isfha Hariyani Isfha Hariyani

Isfha Hariyani Isfha Hariyani

ketua yg melow😆😆😆 lanjut

2022-05-30

2

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 : Tamu
2 BAB 2 : Mantan Pacar
3 BAB 3 : Apa Ini Dinamakan Cemburu?
4 BAB 4 : Curhat
5 BAB 5 : Ujian Akhir
6 BAB 6 : Tito, Secepat Itukah ?
7 BAB 7 : Mulai Santai
8 BAB 8 : Perpisahan Sekolah
9 BAB 9 : Diantara Dua
10 BAB 10 : Argument
11 BAB 11 : Dia Pergi
12 BAB 12 : UMPTN
13 BAB 13 : Tak Terduga
14 BAB 14 : Ospek
15 BAB 15 : Kos-kosan
16 BAB 16 : Bram
17 BAB 17 : Ospek 2
18 BAB 18 : Perempuan Cantik
19 BAB 19 : Heboh
20 BAB 20 : Ospek 3
21 BAB 21 : Mampir
22 BAB 22 : Gosip
23 BAB 23 : Ospek Terakhir
24 BAB 24 : Berkemah
25 BAB 25 : Tenda
26 BAB 26 : Mandi Di Sungai
27 BAB 27 : Siapakah Bram?
28 BAB 28 : Urusan Bram
29 BAB 29 : Hiking
30 BAB 30 : Foto Itu
31 BAB 31 : Bertengkar
32 BAB 32 : Hadiah
33 BAB 33 : Si Pelaku
34 BAB 34 : Perkemahan Berakhir
35 BAB 35 : Korban
36 BAB 36 : Kepo Again
37 BAB 37 : Pulang
38 BAB 38 : Vincent Terluka
39 BAB 39 : Date Pertamaku
40 BAB 40 : Ungkapan
41 BAB 41 : Pengakuan Bram
42 BAB 42 : Hadiah Lagi
43 BAB 43 : Kangen Kosan
44 BAB 44 : Kasus Selesai
45 BAB 45 : Kantin
46 BAB 46 : Cinta
47 BAB 47 : Pabrik
48 BAB 48 : Amarah Bram
49 BAB 49 : Balik
50 BAB 50 : Novel
51 BAB 51 : Penghuni Baru
52 BAB 52 : Bram dan Gilang
53 BAB 53 : Jadi Perkara
54 BAB 54 : Sunset
55 BAB 55 : Ternyata Anak Rektor?
56 BAB 56 : Ada Apa Prita?
57 BAB 57 : Pria Asing
58 BAB 58 : Berenang
59 BAB 59 : Sayang
60 BAB 60 : Ciuman Pertama
61 BAB 61 : Target Gilang
62 BAB 62 : Cargalla dan Ox
63 BAb 63 : Bantuan Bram
64 BAB 64 : Papa Marah
65 BAB 65 : Damar
66 BAB 66 : Singgah Dulu
67 BAB 67 : Hotel
68 BAB 68 : Gedung Tua
69 BAB 69 : Rumah Sakit
70 BAB 70 : 2 Jam
71 BAB 71 : ICU
72 BAB 72 : Keputusan Yang Berat
73 BAB 73 : Ancaman
74 BAB 74 : Masalah Bertambah
75 BAB 75 : Dramatis
76 BAB 76 : Bram Kembali
77 BAB 77 : Cerita
78 BAB 78 : Belum Muncul
79 BAB 79 : Atif Dan Prita
80 BAB 80 : Ku Katakan Saja
81 BAB 81 : Kecelakaan
82 BAB 82 : Histeris
83 BAB 83 : Panik
84 BAB 84 : Cerita Dilema
85 BAB 85 : Gadis Remaja
86 BAB 86 : Laura
87 BAB 87 : Penjualan Baja
88 BAB 88 : Keterangan
89 BAB 89 : Good Night
90 BAB 90 : Orang Tua
91 BAB 91 : Melayat
92 BAB 92 : Izin
93 BAB 93 : Nasehat Papa
94 BAB 94 : Kebun Rambutan
95 BAB 95 : Mawar Merah
96 BAB 96 : Handuk
97 BAB 97 : Perawat
98 BAB 98 : Kamar Rahasia
99 BAB 99 : Berjamaah
100 BAB 100 : Dansa
101 BAB 101 : Prita Tidak Ada
102 BAB 102 : Kak Siska
103 BAB 103 : Rumah Dinas
104 BAB 104 : Tolong
105 BAB 105 : Keajaiban
106 BAB 106 : Sacia
107 BAB 107 : Teman Lama
108 BAB 108 : Pertemuan
109 BAB 109 : Lutfa
110 BAB 110 : Koma Lagi
111 BAB 111 : Privat Jet
112 BAB 112 : Bram Sibuk
113 BAB 113 : Switzerland
114 BAB 114 : Ujang
115 BAB 115 : Ricard
116 BAB 116 : Kerumah Bram Lagi
117 BAB 117 : Biliar
118 BAB 118 : Rias
119 BAB 119 : Tamu Utama
120 BAB 120 : Gelora Asmara
121 BAB 121 : Hujan
122 BAB 122 : Restu
123 BAB 123 : Pak Boil
124 BAB 124 : Showroom
125 BAB 125 : Pemberian Damar
126 BAB 126 : Cafe Baru
127 BAB 127 : Guru Privatku Bernama Bayu
128 BAB 128 : Perintah Bram
129 BAB 129 : Bos Kecil
130 BAB 130 : Izin Bram
131 BAB 131 : Warung
132 BAB 132 : Sudah Bisa Bicara
133 BAB 133 : Mami Kos Usus Buntu
134 BAB 134 : Berita Di Televisi
135 BAB 135 : Mami and Papi
136 BAB 136 : Bintang
137 BAB 137 : Teman Vs Teman
138 BAB 138 : Semua Karyawan Meeting
139 BAB 139 : Kenapa Aku?
140 BAB 140 : Pemecatan Mandor Pabrik
141 BAB 141 : Asisten Manager
142 BAB 142 : Jangan Tinggalkan Aku
143 BAB 143 : Selamat Jalan Sayang
144 BAB 144 : Kenangan
145 BAB 145 : Penantian
146 BAB 146 : Keponakan Mami Adalah..
147 BAB 147 : Mengingat Kenangan
148 BAB 148 : Hampa
149 BAB 149 : Curhat Zuri
150 BAB 150 : Mesjid
151 BAB 151 : Ke Dermaga
152 BAB 152 : Diskusi
153 BAB 153 : Lampu Merah
154 BAB 154 : Bodyguard Bram Muncul
155 BAB 155 : Misi
156 BAB 156 : Surat
157 BAB 157 : Keceplosan
158 BAB 158 : Pesan Pak Tio
159 BAB 159 : Terus Terang
160 BAB 160 : Nur Ibzan
161 BAB 161 : Thelma
162 BAB 162 : Surat Vincent
163 BAB 163 : Ruang Kerjaku
164 BAB 164 : Gratis
165 BAB 165 : Meeting
166 BAB 166 : Aku Pengganti Bram
Episodes

Updated 166 Episodes

1
BAB 1 : Tamu
2
BAB 2 : Mantan Pacar
3
BAB 3 : Apa Ini Dinamakan Cemburu?
4
BAB 4 : Curhat
5
BAB 5 : Ujian Akhir
6
BAB 6 : Tito, Secepat Itukah ?
7
BAB 7 : Mulai Santai
8
BAB 8 : Perpisahan Sekolah
9
BAB 9 : Diantara Dua
10
BAB 10 : Argument
11
BAB 11 : Dia Pergi
12
BAB 12 : UMPTN
13
BAB 13 : Tak Terduga
14
BAB 14 : Ospek
15
BAB 15 : Kos-kosan
16
BAB 16 : Bram
17
BAB 17 : Ospek 2
18
BAB 18 : Perempuan Cantik
19
BAB 19 : Heboh
20
BAB 20 : Ospek 3
21
BAB 21 : Mampir
22
BAB 22 : Gosip
23
BAB 23 : Ospek Terakhir
24
BAB 24 : Berkemah
25
BAB 25 : Tenda
26
BAB 26 : Mandi Di Sungai
27
BAB 27 : Siapakah Bram?
28
BAB 28 : Urusan Bram
29
BAB 29 : Hiking
30
BAB 30 : Foto Itu
31
BAB 31 : Bertengkar
32
BAB 32 : Hadiah
33
BAB 33 : Si Pelaku
34
BAB 34 : Perkemahan Berakhir
35
BAB 35 : Korban
36
BAB 36 : Kepo Again
37
BAB 37 : Pulang
38
BAB 38 : Vincent Terluka
39
BAB 39 : Date Pertamaku
40
BAB 40 : Ungkapan
41
BAB 41 : Pengakuan Bram
42
BAB 42 : Hadiah Lagi
43
BAB 43 : Kangen Kosan
44
BAB 44 : Kasus Selesai
45
BAB 45 : Kantin
46
BAB 46 : Cinta
47
BAB 47 : Pabrik
48
BAB 48 : Amarah Bram
49
BAB 49 : Balik
50
BAB 50 : Novel
51
BAB 51 : Penghuni Baru
52
BAB 52 : Bram dan Gilang
53
BAB 53 : Jadi Perkara
54
BAB 54 : Sunset
55
BAB 55 : Ternyata Anak Rektor?
56
BAB 56 : Ada Apa Prita?
57
BAB 57 : Pria Asing
58
BAB 58 : Berenang
59
BAB 59 : Sayang
60
BAB 60 : Ciuman Pertama
61
BAB 61 : Target Gilang
62
BAB 62 : Cargalla dan Ox
63
BAb 63 : Bantuan Bram
64
BAB 64 : Papa Marah
65
BAB 65 : Damar
66
BAB 66 : Singgah Dulu
67
BAB 67 : Hotel
68
BAB 68 : Gedung Tua
69
BAB 69 : Rumah Sakit
70
BAB 70 : 2 Jam
71
BAB 71 : ICU
72
BAB 72 : Keputusan Yang Berat
73
BAB 73 : Ancaman
74
BAB 74 : Masalah Bertambah
75
BAB 75 : Dramatis
76
BAB 76 : Bram Kembali
77
BAB 77 : Cerita
78
BAB 78 : Belum Muncul
79
BAB 79 : Atif Dan Prita
80
BAB 80 : Ku Katakan Saja
81
BAB 81 : Kecelakaan
82
BAB 82 : Histeris
83
BAB 83 : Panik
84
BAB 84 : Cerita Dilema
85
BAB 85 : Gadis Remaja
86
BAB 86 : Laura
87
BAB 87 : Penjualan Baja
88
BAB 88 : Keterangan
89
BAB 89 : Good Night
90
BAB 90 : Orang Tua
91
BAB 91 : Melayat
92
BAB 92 : Izin
93
BAB 93 : Nasehat Papa
94
BAB 94 : Kebun Rambutan
95
BAB 95 : Mawar Merah
96
BAB 96 : Handuk
97
BAB 97 : Perawat
98
BAB 98 : Kamar Rahasia
99
BAB 99 : Berjamaah
100
BAB 100 : Dansa
101
BAB 101 : Prita Tidak Ada
102
BAB 102 : Kak Siska
103
BAB 103 : Rumah Dinas
104
BAB 104 : Tolong
105
BAB 105 : Keajaiban
106
BAB 106 : Sacia
107
BAB 107 : Teman Lama
108
BAB 108 : Pertemuan
109
BAB 109 : Lutfa
110
BAB 110 : Koma Lagi
111
BAB 111 : Privat Jet
112
BAB 112 : Bram Sibuk
113
BAB 113 : Switzerland
114
BAB 114 : Ujang
115
BAB 115 : Ricard
116
BAB 116 : Kerumah Bram Lagi
117
BAB 117 : Biliar
118
BAB 118 : Rias
119
BAB 119 : Tamu Utama
120
BAB 120 : Gelora Asmara
121
BAB 121 : Hujan
122
BAB 122 : Restu
123
BAB 123 : Pak Boil
124
BAB 124 : Showroom
125
BAB 125 : Pemberian Damar
126
BAB 126 : Cafe Baru
127
BAB 127 : Guru Privatku Bernama Bayu
128
BAB 128 : Perintah Bram
129
BAB 129 : Bos Kecil
130
BAB 130 : Izin Bram
131
BAB 131 : Warung
132
BAB 132 : Sudah Bisa Bicara
133
BAB 133 : Mami Kos Usus Buntu
134
BAB 134 : Berita Di Televisi
135
BAB 135 : Mami and Papi
136
BAB 136 : Bintang
137
BAB 137 : Teman Vs Teman
138
BAB 138 : Semua Karyawan Meeting
139
BAB 139 : Kenapa Aku?
140
BAB 140 : Pemecatan Mandor Pabrik
141
BAB 141 : Asisten Manager
142
BAB 142 : Jangan Tinggalkan Aku
143
BAB 143 : Selamat Jalan Sayang
144
BAB 144 : Kenangan
145
BAB 145 : Penantian
146
BAB 146 : Keponakan Mami Adalah..
147
BAB 147 : Mengingat Kenangan
148
BAB 148 : Hampa
149
BAB 149 : Curhat Zuri
150
BAB 150 : Mesjid
151
BAB 151 : Ke Dermaga
152
BAB 152 : Diskusi
153
BAB 153 : Lampu Merah
154
BAB 154 : Bodyguard Bram Muncul
155
BAB 155 : Misi
156
BAB 156 : Surat
157
BAB 157 : Keceplosan
158
BAB 158 : Pesan Pak Tio
159
BAB 159 : Terus Terang
160
BAB 160 : Nur Ibzan
161
BAB 161 : Thelma
162
BAB 162 : Surat Vincent
163
BAB 163 : Ruang Kerjaku
164
BAB 164 : Gratis
165
BAB 165 : Meeting
166
BAB 166 : Aku Pengganti Bram

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!