BAB 13 : Tak Terduga

Seminggu kemudian.

Ujian UMPTN dimulai. Lokasi ujian di Universitas Negeri terbaik di kota P. Gedungnya ada diatas perbukitan yang sangat luas. Selain strategis dan sejuk, Universitas ini juga memiliki desain gedung yang unik.

Dan untuk bisa masuk menjadi bagian dari kampus ini, calon mahasiswa harus melewati banyak kandidat-kandidat yang bukan hanya dari dalam Provinsi saja, tapi juga dari luar pulau.

Satu hari sebelum ujian, seharusnya yang akan ikut ujian UMPTN harus melihat lokasi dan tempat duduk terlebih dahulu. Tapi aku tidak sempat.

Pas hari ujian tiba, aku harus bangun subuh. Setelah bersiap-siap Papa mengantarkanku ke terminal Bus. Sama juga dari hari sebelumnya, didalam Bus sudah banyak calon-calon mahasiswa yang akan mengikuti ujian.

Jadi aku tidak merasa sendirian. Hanya saja khawatir, kalau waktu ujianku bisa berkurang karena belum tau posisiku dimana.

~Ah, sudahlah. Aku pasrah saja, yang penting tanya orang dan cari. Simple.~

********

Untuk menuju ke sana, aku harus menggunakan Bus kampus yang sudah disediakan.

Sesampai di kampus, kulihat banyak yang pakai seragam hitam dan jaket almamater. Sepertinya itu senior yang sedang bertugas untuk menjaga dan mengawali ujian hari ini.

Aku jalan menanjak, mencari-cari gedung C, celingak celinguk ke sana kemari.

"Dek, kamu ujiannya di gedung mana?" tanya salah satu senior perempuan berpakaian hitam.

"Gedung C Kak, ruang 104," jawabku.

"Kamu lurus saja, itu ada pot bunga warna kuning, terus belok kanan. Nanti tanya senior disana, dimana ruang 104,"

"Baik Kak, terima kasih,"

"Sama-sama,"

Aku bergegas menuju arah yang ditunjukkan. Hampir semua gedung disini, harus melewati jalan yang menanjak karena berada diatas perbukitan.

Aku belok kanan, kebetulan ada senior cowok yang memakai almamater sedang bicara dengan senior lain berseragam hitam.

"Kak, maaf. Ruang 104 dimana ya?" tanyaku.

"Kamu gak tau? Kamu udah telat nih, makanya sebelum ujian berlangsung, harus cek dulu lokasi dimana kamu duduk!" jawabnya ketus.

Kuperhatikan dengan seksama, sepertinya aku mengenal laki-laki ini.

~Aha! Dia kan si peminjam pena! Ketemu lagi, duh..duh..~

~Emang ya, dia ini jutek dan ketus. Tapi, cakep banget ini cowok.~

"Hei! Hei! Kamu ditanyain, kok malah diam. Mau ikut ujian gak?!" ujarnya lagi sambil menjentikkan jari didepan hidungku.

Aku kaget!

"Apaan sih! Kalau gak mau tunjukin, ya gak apa-apa. Judes amat! Cowok pena!" jawabku dengan nada jengkel.

Aku bergegas jalan berlalu dari sana. Terdengar ia menyuruh senior seragam hitam untuk mengejarku.

"Dek! Mari saya antar keruangannya. Ikuti saya," ajak senior itu.

Aku menoleh kebelakang dan ternyata cowok pena sedang melihatku. Aku ancungkan jempol dan langsung memutar jempol arah ke bawah.

Kulihat wajah geramnya, tapi terlihat lucu.

~Ada apa denganku hari ini ya? Gak biasanya aku seberani ini, apalagi menghadapi cowok.~

"Dek! Kamu harus hati-hati. Itu tadi ketua BEM kita, terkenal sangar dan tegas. Kalau kamu lulus UMPTN, habis kamu dicariin masalah sama dia," ujar senior didekatku.

"Dia yang mulai duluan Kak,"

"Lebih baik kamu hindari saja, kalau ketemu lagi,"

"Hmmm..."

"Itu ruang ujian kamu. Udah telat 1 jam, harus cepat selesai,"

"Oke Kak, terima kasih,"

Senior itu menggangguk dan langsung pergi meninggalkanku. Aku langsung masuk ke dalam ruang 104 dan tidak lupa membaca salam.

Saat masuk, semua mata memandang kearahku. Termasuk pengawas ujian.

"Silahkan masuk. Waktu anda cuma tinggal satu setengah jam lagi. Teliti sebelum menjawab ujian dan silahkan duduk," ujar pengawas.

"Terima kasih Pak,"

Aku bergegas menuju kursi yang kosong. Kebetulan duduk paling belakang, nomor urut terakhir.

Setelah mendapatkan kertas ujian, aku mulai menjawab soal dari yang paling mudah, selanjutnya menjawab soal yang sulit. Dan jawaban yang terakhir yaitu tembak jinggo.

Untuk soal yang tidak tau jawabannya, aku sisihkan pada saat waktu akan berakhir. Jadi, jawabannya nanti bisa jadi untung-untungan.

*******

Satu setengah jam berlalu. Saat bunyi "teng", aku sudah selesai menjawab semua soal-soal ujian yang diberikan.

Sebelum ujian sesion dua, semua peserta ujian diberi waktu istirahat selama 30 menit. Karena lapar, aku bergegas mencari-cari kantin disekitar gedung ujian.

Setelah berkeliling, aku tidak menemukan orang jualan. Aku duduk lemas ditaman yang letaknya tidak terlalu jauh dari ruang ujian tadi.

"Nih! Buat kamu. Lemas amat! Pasti kamu belum sarapan kan?" tegur seseorang yang menepuk bahuku dengan benda yang terasa empuk.

Aku menoleh dan terkejut melihat cowok pena. Dia memberikanku sebungkus roti. Perasaanku ragu, senang, kaget dan sedikit curiga.

~Kenapa dia memberikan aku roti?~

"Bengong lagi! Sepertinya kamu suka bengong?! Kamu curiga sama roti ini?" tanyanya ketus.

"Upst! Gak Kak. Kenapa rotinya gak Kakak makan?"

"Udah! Jangan banyak tanya. Anggap saja ini gantinya aku pinjam pena waktu itu. Jadi impas!" jawabnya dan langsung beranjak pergi bergegas melewati lorong.

~Belum juga aku sempat bilang terima kasih, eh dia main jalan aja. Kok dia masih ingat ya? Kenapa dia tau kalau aku belum sarapan? Jangan-jangan dia memperhatikanku dari tadi.~

Sekarang aku lupakan sejenak tentang si cowok pena. Aku harus kosentrasi dengan ujian yang ke dua.

Dengan lahap aku memakan roti pemberian senior itu. Untungnya tadi sempat bawa minuman dari rumah.

Alarm kembali berbunyi, menandakan ujian ke dua akan dimulai. Aku langsung masuk ke ruang ujian.

*******

Waktu ujian sudah berakhir, semua peserta mengumpulkan soal dan jawaban ke meja pengawas.

~Ahh, leganya hari ini bisa melewati ujian tanpa kendala, aku langsung pulang ah.~

Saat menunggu bus dihalte yang sudah disediakan, aku melihat banyak mahasiswa yang sedang berkumpul. Sayup-sayup aku mendengar kabar kalau bus hari ini tidak beroperasi dikarenakan ada demo besar-besaran.

Jadi, semua yang ada di kampus, mau tidak mau harus turun dengan berjalan kaki.

Dengan terpaksa aku berjalan kaki menuju gerbang kampus yang cukup jauh. Saat sudah sampai gerbang, ternyata tidak ada bus atau angkot yang beroperasi sama sekali.

Aku jalan lagi bersama yang lainnya. Hari terasa sangat terik, membuatku kepanasan dan haus. Mungkin karena banyaknya orang yang berjalan kaki, tidak ada yang mengeluh saat itu.

Aku sempat ngobrol bersama teman-teman seperjuangan yang ikut UMPTN. Sempat juga bertemu dengan teman yang pernah bimbel ditempat yang sama denganku. Jadi terasa mengasyikkan.

Kita terpaksa jalan lagi, karena angkot juga ikut demo. Semua angkutan umum tidak ada yang beroperasi hari ini.

Hari semakin terik dan sekali-kali kita berhenti sebentar diwarung hanya untuk sekedar minum atau beli cemilan.

Saat mulai jalan lagi, tiba-tiba ada motor yang berhenti. Sosok itu membuka helm dan menoleh kearahku.

"Hei! Kamu, ayo naik! Aku antar sampai pasar," sapanya.

Aku kaget, ternyata itu cowok pena!

~Kenapa dia nyuruh aku ikut? Tau dari mana kalau ini aku? Kan banyak yang jalan kaki sepanjang jalan ini? Ngapain juga aku mesti ikut dia? Kenal juga gak, tau namanya apalagi, ogah...!~

Ada banyak pertanyaan yang menghampiri benakku.

"Hei! Sudah, hilangkan dulu bengongnya. Kamu mau sampai kapan jalan? Ini sampai pasar, baru menemukan angkutan umum," ujarnya lagi.

"Gak! Aku gak apa-apa jalan kaki, kan banyak teman. Lagian aku gak kenal situ, ngapain ngajak, aneh!" tolakku dengan ketus.

"Ya sudah! Dibantuin gak mau!" jawabnya lebih ketus.

Tanpa menoleh lagi, dia berlalu mengendarai motornya dengan kencang.

~Mungkin dia malu karena ditolak atau dia benar-benar mau membantuku ya?~

Tanpa kuduga sebelumnya, ternyata ada beberapa mata yang memandangku takjub. Mereka ternyata para senior yang memakai seragam hitam dan jaket almamater.

OMG! Baru kusadari, mungkin mereka kaget kenapa aku bisa mengenal cowok pena tadi yang ternyata dia adalah Ketua BEM di kampus itu.

Ah sudahlah. Mereka mikir apa terserah, aku juga tidak mengenalnya.

Kakiku mulai sedikit lecet dan keringatku mulai bercucuran karena menahan panasnya terik matahari. Begitu pula dengan yang lainnya.

Dua jam sudah, akhirnya kita beramai-ramai sampai di pasar. Untungnya ada angkot yang beroperasi menuju terminal bus, rute pulang ke rumah.

Aku dan yang lainnya berpisah di pasar, mencari angkot jurusan tempat tinggal masing-masing. Lega rasanya, hari ini aku bisa pulang. Tak sabar ingin sampai rumah dan istirahat.

Setelah menemukan bus, aku langsung duduk di dalam sambil menunggu penumpang penuh.

Sepanjang perjalanan, aku memikirkan cowok pena tadi. Sudah dua kali bertemu dan sampai sekarang belum tau namanya siapa.

...****************...

Episodes
1 BAB 1 : Tamu
2 BAB 2 : Mantan Pacar
3 BAB 3 : Apa Ini Dinamakan Cemburu?
4 BAB 4 : Curhat
5 BAB 5 : Ujian Akhir
6 BAB 6 : Tito, Secepat Itukah ?
7 BAB 7 : Mulai Santai
8 BAB 8 : Perpisahan Sekolah
9 BAB 9 : Diantara Dua
10 BAB 10 : Argument
11 BAB 11 : Dia Pergi
12 BAB 12 : UMPTN
13 BAB 13 : Tak Terduga
14 BAB 14 : Ospek
15 BAB 15 : Kos-kosan
16 BAB 16 : Bram
17 BAB 17 : Ospek 2
18 BAB 18 : Perempuan Cantik
19 BAB 19 : Heboh
20 BAB 20 : Ospek 3
21 BAB 21 : Mampir
22 BAB 22 : Gosip
23 BAB 23 : Ospek Terakhir
24 BAB 24 : Berkemah
25 BAB 25 : Tenda
26 BAB 26 : Mandi Di Sungai
27 BAB 27 : Siapakah Bram?
28 BAB 28 : Urusan Bram
29 BAB 29 : Hiking
30 BAB 30 : Foto Itu
31 BAB 31 : Bertengkar
32 BAB 32 : Hadiah
33 BAB 33 : Si Pelaku
34 BAB 34 : Perkemahan Berakhir
35 BAB 35 : Korban
36 BAB 36 : Kepo Again
37 BAB 37 : Pulang
38 BAB 38 : Vincent Terluka
39 BAB 39 : Date Pertamaku
40 BAB 40 : Ungkapan
41 BAB 41 : Pengakuan Bram
42 BAB 42 : Hadiah Lagi
43 BAB 43 : Kangen Kosan
44 BAB 44 : Kasus Selesai
45 BAB 45 : Kantin
46 BAB 46 : Cinta
47 BAB 47 : Pabrik
48 BAB 48 : Amarah Bram
49 BAB 49 : Balik
50 BAB 50 : Novel
51 BAB 51 : Penghuni Baru
52 BAB 52 : Bram dan Gilang
53 BAB 53 : Jadi Perkara
54 BAB 54 : Sunset
55 BAB 55 : Ternyata Anak Rektor?
56 BAB 56 : Ada Apa Prita?
57 BAB 57 : Pria Asing
58 BAB 58 : Berenang
59 BAB 59 : Sayang
60 BAB 60 : Ciuman Pertama
61 BAB 61 : Target Gilang
62 BAB 62 : Cargalla dan Ox
63 BAb 63 : Bantuan Bram
64 BAB 64 : Papa Marah
65 BAB 65 : Damar
66 BAB 66 : Singgah Dulu
67 BAB 67 : Hotel
68 BAB 68 : Gedung Tua
69 BAB 69 : Rumah Sakit
70 BAB 70 : 2 Jam
71 BAB 71 : ICU
72 BAB 72 : Keputusan Yang Berat
73 BAB 73 : Ancaman
74 BAB 74 : Masalah Bertambah
75 BAB 75 : Dramatis
76 BAB 76 : Bram Kembali
77 BAB 77 : Cerita
78 BAB 78 : Belum Muncul
79 BAB 79 : Atif Dan Prita
80 BAB 80 : Ku Katakan Saja
81 BAB 81 : Kecelakaan
82 BAB 82 : Histeris
83 BAB 83 : Panik
84 BAB 84 : Cerita Dilema
85 BAB 85 : Gadis Remaja
86 BAB 86 : Laura
87 BAB 87 : Penjualan Baja
88 BAB 88 : Keterangan
89 BAB 89 : Good Night
90 BAB 90 : Orang Tua
91 BAB 91 : Melayat
92 BAB 92 : Izin
93 BAB 93 : Nasehat Papa
94 BAB 94 : Kebun Rambutan
95 BAB 95 : Mawar Merah
96 BAB 96 : Handuk
97 BAB 97 : Perawat
98 BAB 98 : Kamar Rahasia
99 BAB 99 : Berjamaah
100 BAB 100 : Dansa
101 BAB 101 : Prita Tidak Ada
102 BAB 102 : Kak Siska
103 BAB 103 : Rumah Dinas
104 BAB 104 : Tolong
105 BAB 105 : Keajaiban
106 BAB 106 : Sacia
107 BAB 107 : Teman Lama
108 BAB 108 : Pertemuan
109 BAB 109 : Lutfa
110 BAB 110 : Koma Lagi
111 BAB 111 : Privat Jet
112 BAB 112 : Bram Sibuk
113 BAB 113 : Switzerland
114 BAB 114 : Ujang
115 BAB 115 : Ricard
116 BAB 116 : Kerumah Bram Lagi
117 BAB 117 : Biliar
118 BAB 118 : Rias
119 BAB 119 : Tamu Utama
120 BAB 120 : Gelora Asmara
121 BAB 121 : Hujan
122 BAB 122 : Restu
123 BAB 123 : Pak Boil
124 BAB 124 : Showroom
125 BAB 125 : Pemberian Damar
126 BAB 126 : Cafe Baru
127 BAB 127 : Guru Privatku Bernama Bayu
128 BAB 128 : Perintah Bram
129 BAB 129 : Bos Kecil
130 BAB 130 : Izin Bram
131 BAB 131 : Warung
132 BAB 132 : Sudah Bisa Bicara
133 BAB 133 : Mami Kos Usus Buntu
134 BAB 134 : Berita Di Televisi
135 BAB 135 : Mami and Papi
136 BAB 136 : Bintang
137 BAB 137 : Teman Vs Teman
138 BAB 138 : Semua Karyawan Meeting
139 BAB 139 : Kenapa Aku?
140 BAB 140 : Pemecatan Mandor Pabrik
141 BAB 141 : Asisten Manager
142 BAB 142 : Jangan Tinggalkan Aku
143 BAB 143 : Selamat Jalan Sayang
144 BAB 144 : Kenangan
145 BAB 145 : Penantian
146 BAB 146 : Keponakan Mami Adalah..
147 BAB 147 : Mengingat Kenangan
148 BAB 148 : Hampa
149 BAB 149 : Curhat Zuri
150 BAB 150 : Mesjid
151 BAB 151 : Ke Dermaga
152 BAB 152 : Diskusi
153 BAB 153 : Lampu Merah
154 BAB 154 : Bodyguard Bram Muncul
155 BAB 155 : Misi
156 BAB 156 : Surat
157 BAB 157 : Keceplosan
158 BAB 158 : Pesan Pak Tio
159 BAB 159 : Terus Terang
160 BAB 160 : Nur Ibzan
161 BAB 161 : Thelma
162 BAB 162 : Surat Vincent
163 BAB 163 : Ruang Kerjaku
164 BAB 164 : Gratis
165 BAB 165 : Meeting
166 BAB 166 : Aku Pengganti Bram
Episodes

Updated 166 Episodes

1
BAB 1 : Tamu
2
BAB 2 : Mantan Pacar
3
BAB 3 : Apa Ini Dinamakan Cemburu?
4
BAB 4 : Curhat
5
BAB 5 : Ujian Akhir
6
BAB 6 : Tito, Secepat Itukah ?
7
BAB 7 : Mulai Santai
8
BAB 8 : Perpisahan Sekolah
9
BAB 9 : Diantara Dua
10
BAB 10 : Argument
11
BAB 11 : Dia Pergi
12
BAB 12 : UMPTN
13
BAB 13 : Tak Terduga
14
BAB 14 : Ospek
15
BAB 15 : Kos-kosan
16
BAB 16 : Bram
17
BAB 17 : Ospek 2
18
BAB 18 : Perempuan Cantik
19
BAB 19 : Heboh
20
BAB 20 : Ospek 3
21
BAB 21 : Mampir
22
BAB 22 : Gosip
23
BAB 23 : Ospek Terakhir
24
BAB 24 : Berkemah
25
BAB 25 : Tenda
26
BAB 26 : Mandi Di Sungai
27
BAB 27 : Siapakah Bram?
28
BAB 28 : Urusan Bram
29
BAB 29 : Hiking
30
BAB 30 : Foto Itu
31
BAB 31 : Bertengkar
32
BAB 32 : Hadiah
33
BAB 33 : Si Pelaku
34
BAB 34 : Perkemahan Berakhir
35
BAB 35 : Korban
36
BAB 36 : Kepo Again
37
BAB 37 : Pulang
38
BAB 38 : Vincent Terluka
39
BAB 39 : Date Pertamaku
40
BAB 40 : Ungkapan
41
BAB 41 : Pengakuan Bram
42
BAB 42 : Hadiah Lagi
43
BAB 43 : Kangen Kosan
44
BAB 44 : Kasus Selesai
45
BAB 45 : Kantin
46
BAB 46 : Cinta
47
BAB 47 : Pabrik
48
BAB 48 : Amarah Bram
49
BAB 49 : Balik
50
BAB 50 : Novel
51
BAB 51 : Penghuni Baru
52
BAB 52 : Bram dan Gilang
53
BAB 53 : Jadi Perkara
54
BAB 54 : Sunset
55
BAB 55 : Ternyata Anak Rektor?
56
BAB 56 : Ada Apa Prita?
57
BAB 57 : Pria Asing
58
BAB 58 : Berenang
59
BAB 59 : Sayang
60
BAB 60 : Ciuman Pertama
61
BAB 61 : Target Gilang
62
BAB 62 : Cargalla dan Ox
63
BAb 63 : Bantuan Bram
64
BAB 64 : Papa Marah
65
BAB 65 : Damar
66
BAB 66 : Singgah Dulu
67
BAB 67 : Hotel
68
BAB 68 : Gedung Tua
69
BAB 69 : Rumah Sakit
70
BAB 70 : 2 Jam
71
BAB 71 : ICU
72
BAB 72 : Keputusan Yang Berat
73
BAB 73 : Ancaman
74
BAB 74 : Masalah Bertambah
75
BAB 75 : Dramatis
76
BAB 76 : Bram Kembali
77
BAB 77 : Cerita
78
BAB 78 : Belum Muncul
79
BAB 79 : Atif Dan Prita
80
BAB 80 : Ku Katakan Saja
81
BAB 81 : Kecelakaan
82
BAB 82 : Histeris
83
BAB 83 : Panik
84
BAB 84 : Cerita Dilema
85
BAB 85 : Gadis Remaja
86
BAB 86 : Laura
87
BAB 87 : Penjualan Baja
88
BAB 88 : Keterangan
89
BAB 89 : Good Night
90
BAB 90 : Orang Tua
91
BAB 91 : Melayat
92
BAB 92 : Izin
93
BAB 93 : Nasehat Papa
94
BAB 94 : Kebun Rambutan
95
BAB 95 : Mawar Merah
96
BAB 96 : Handuk
97
BAB 97 : Perawat
98
BAB 98 : Kamar Rahasia
99
BAB 99 : Berjamaah
100
BAB 100 : Dansa
101
BAB 101 : Prita Tidak Ada
102
BAB 102 : Kak Siska
103
BAB 103 : Rumah Dinas
104
BAB 104 : Tolong
105
BAB 105 : Keajaiban
106
BAB 106 : Sacia
107
BAB 107 : Teman Lama
108
BAB 108 : Pertemuan
109
BAB 109 : Lutfa
110
BAB 110 : Koma Lagi
111
BAB 111 : Privat Jet
112
BAB 112 : Bram Sibuk
113
BAB 113 : Switzerland
114
BAB 114 : Ujang
115
BAB 115 : Ricard
116
BAB 116 : Kerumah Bram Lagi
117
BAB 117 : Biliar
118
BAB 118 : Rias
119
BAB 119 : Tamu Utama
120
BAB 120 : Gelora Asmara
121
BAB 121 : Hujan
122
BAB 122 : Restu
123
BAB 123 : Pak Boil
124
BAB 124 : Showroom
125
BAB 125 : Pemberian Damar
126
BAB 126 : Cafe Baru
127
BAB 127 : Guru Privatku Bernama Bayu
128
BAB 128 : Perintah Bram
129
BAB 129 : Bos Kecil
130
BAB 130 : Izin Bram
131
BAB 131 : Warung
132
BAB 132 : Sudah Bisa Bicara
133
BAB 133 : Mami Kos Usus Buntu
134
BAB 134 : Berita Di Televisi
135
BAB 135 : Mami and Papi
136
BAB 136 : Bintang
137
BAB 137 : Teman Vs Teman
138
BAB 138 : Semua Karyawan Meeting
139
BAB 139 : Kenapa Aku?
140
BAB 140 : Pemecatan Mandor Pabrik
141
BAB 141 : Asisten Manager
142
BAB 142 : Jangan Tinggalkan Aku
143
BAB 143 : Selamat Jalan Sayang
144
BAB 144 : Kenangan
145
BAB 145 : Penantian
146
BAB 146 : Keponakan Mami Adalah..
147
BAB 147 : Mengingat Kenangan
148
BAB 148 : Hampa
149
BAB 149 : Curhat Zuri
150
BAB 150 : Mesjid
151
BAB 151 : Ke Dermaga
152
BAB 152 : Diskusi
153
BAB 153 : Lampu Merah
154
BAB 154 : Bodyguard Bram Muncul
155
BAB 155 : Misi
156
BAB 156 : Surat
157
BAB 157 : Keceplosan
158
BAB 158 : Pesan Pak Tio
159
BAB 159 : Terus Terang
160
BAB 160 : Nur Ibzan
161
BAB 161 : Thelma
162
BAB 162 : Surat Vincent
163
BAB 163 : Ruang Kerjaku
164
BAB 164 : Gratis
165
BAB 165 : Meeting
166
BAB 166 : Aku Pengganti Bram

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!