Seminggu kemudian.
Ujian UMPTN dimulai. Lokasi ujian di Universitas Negeri terbaik di kota P. Gedungnya ada diatas perbukitan yang sangat luas. Selain strategis dan sejuk, Universitas ini juga memiliki desain gedung yang unik.
Dan untuk bisa masuk menjadi bagian dari kampus ini, calon mahasiswa harus melewati banyak kandidat-kandidat yang bukan hanya dari dalam Provinsi saja, tapi juga dari luar pulau.
Satu hari sebelum ujian, seharusnya yang akan ikut ujian UMPTN harus melihat lokasi dan tempat duduk terlebih dahulu. Tapi aku tidak sempat.
Pas hari ujian tiba, aku harus bangun subuh. Setelah bersiap-siap Papa mengantarkanku ke terminal Bus. Sama juga dari hari sebelumnya, didalam Bus sudah banyak calon-calon mahasiswa yang akan mengikuti ujian.
Jadi aku tidak merasa sendirian. Hanya saja khawatir, kalau waktu ujianku bisa berkurang karena belum tau posisiku dimana.
~Ah, sudahlah. Aku pasrah saja, yang penting tanya orang dan cari. Simple.~
********
Untuk menuju ke sana, aku harus menggunakan Bus kampus yang sudah disediakan.
Sesampai di kampus, kulihat banyak yang pakai seragam hitam dan jaket almamater. Sepertinya itu senior yang sedang bertugas untuk menjaga dan mengawali ujian hari ini.
Aku jalan menanjak, mencari-cari gedung C, celingak celinguk ke sana kemari.
"Dek, kamu ujiannya di gedung mana?" tanya salah satu senior perempuan berpakaian hitam.
"Gedung C Kak, ruang 104," jawabku.
"Kamu lurus saja, itu ada pot bunga warna kuning, terus belok kanan. Nanti tanya senior disana, dimana ruang 104,"
"Baik Kak, terima kasih,"
"Sama-sama,"
Aku bergegas menuju arah yang ditunjukkan. Hampir semua gedung disini, harus melewati jalan yang menanjak karena berada diatas perbukitan.
Aku belok kanan, kebetulan ada senior cowok yang memakai almamater sedang bicara dengan senior lain berseragam hitam.
"Kak, maaf. Ruang 104 dimana ya?" tanyaku.
"Kamu gak tau? Kamu udah telat nih, makanya sebelum ujian berlangsung, harus cek dulu lokasi dimana kamu duduk!" jawabnya ketus.
Kuperhatikan dengan seksama, sepertinya aku mengenal laki-laki ini.
~Aha! Dia kan si peminjam pena! Ketemu lagi, duh..duh..~
~Emang ya, dia ini jutek dan ketus. Tapi, cakep banget ini cowok.~
"Hei! Hei! Kamu ditanyain, kok malah diam. Mau ikut ujian gak?!" ujarnya lagi sambil menjentikkan jari didepan hidungku.
Aku kaget!
"Apaan sih! Kalau gak mau tunjukin, ya gak apa-apa. Judes amat! Cowok pena!" jawabku dengan nada jengkel.
Aku bergegas jalan berlalu dari sana. Terdengar ia menyuruh senior seragam hitam untuk mengejarku.
"Dek! Mari saya antar keruangannya. Ikuti saya," ajak senior itu.
Aku menoleh kebelakang dan ternyata cowok pena sedang melihatku. Aku ancungkan jempol dan langsung memutar jempol arah ke bawah.
Kulihat wajah geramnya, tapi terlihat lucu.
~Ada apa denganku hari ini ya? Gak biasanya aku seberani ini, apalagi menghadapi cowok.~
"Dek! Kamu harus hati-hati. Itu tadi ketua BEM kita, terkenal sangar dan tegas. Kalau kamu lulus UMPTN, habis kamu dicariin masalah sama dia," ujar senior didekatku.
"Dia yang mulai duluan Kak,"
"Lebih baik kamu hindari saja, kalau ketemu lagi,"
"Hmmm..."
"Itu ruang ujian kamu. Udah telat 1 jam, harus cepat selesai,"
"Oke Kak, terima kasih,"
Senior itu menggangguk dan langsung pergi meninggalkanku. Aku langsung masuk ke dalam ruang 104 dan tidak lupa membaca salam.
Saat masuk, semua mata memandang kearahku. Termasuk pengawas ujian.
"Silahkan masuk. Waktu anda cuma tinggal satu setengah jam lagi. Teliti sebelum menjawab ujian dan silahkan duduk," ujar pengawas.
"Terima kasih Pak,"
Aku bergegas menuju kursi yang kosong. Kebetulan duduk paling belakang, nomor urut terakhir.
Setelah mendapatkan kertas ujian, aku mulai menjawab soal dari yang paling mudah, selanjutnya menjawab soal yang sulit. Dan jawaban yang terakhir yaitu tembak jinggo.
Untuk soal yang tidak tau jawabannya, aku sisihkan pada saat waktu akan berakhir. Jadi, jawabannya nanti bisa jadi untung-untungan.
*******
Satu setengah jam berlalu. Saat bunyi "teng", aku sudah selesai menjawab semua soal-soal ujian yang diberikan.
Sebelum ujian sesion dua, semua peserta ujian diberi waktu istirahat selama 30 menit. Karena lapar, aku bergegas mencari-cari kantin disekitar gedung ujian.
Setelah berkeliling, aku tidak menemukan orang jualan. Aku duduk lemas ditaman yang letaknya tidak terlalu jauh dari ruang ujian tadi.
"Nih! Buat kamu. Lemas amat! Pasti kamu belum sarapan kan?" tegur seseorang yang menepuk bahuku dengan benda yang terasa empuk.
Aku menoleh dan terkejut melihat cowok pena. Dia memberikanku sebungkus roti. Perasaanku ragu, senang, kaget dan sedikit curiga.
~Kenapa dia memberikan aku roti?~
"Bengong lagi! Sepertinya kamu suka bengong?! Kamu curiga sama roti ini?" tanyanya ketus.
"Upst! Gak Kak. Kenapa rotinya gak Kakak makan?"
"Udah! Jangan banyak tanya. Anggap saja ini gantinya aku pinjam pena waktu itu. Jadi impas!" jawabnya dan langsung beranjak pergi bergegas melewati lorong.
~Belum juga aku sempat bilang terima kasih, eh dia main jalan aja. Kok dia masih ingat ya? Kenapa dia tau kalau aku belum sarapan? Jangan-jangan dia memperhatikanku dari tadi.~
Sekarang aku lupakan sejenak tentang si cowok pena. Aku harus kosentrasi dengan ujian yang ke dua.
Dengan lahap aku memakan roti pemberian senior itu. Untungnya tadi sempat bawa minuman dari rumah.
Alarm kembali berbunyi, menandakan ujian ke dua akan dimulai. Aku langsung masuk ke ruang ujian.
*******
Waktu ujian sudah berakhir, semua peserta mengumpulkan soal dan jawaban ke meja pengawas.
~Ahh, leganya hari ini bisa melewati ujian tanpa kendala, aku langsung pulang ah.~
Saat menunggu bus dihalte yang sudah disediakan, aku melihat banyak mahasiswa yang sedang berkumpul. Sayup-sayup aku mendengar kabar kalau bus hari ini tidak beroperasi dikarenakan ada demo besar-besaran.
Jadi, semua yang ada di kampus, mau tidak mau harus turun dengan berjalan kaki.
Dengan terpaksa aku berjalan kaki menuju gerbang kampus yang cukup jauh. Saat sudah sampai gerbang, ternyata tidak ada bus atau angkot yang beroperasi sama sekali.
Aku jalan lagi bersama yang lainnya. Hari terasa sangat terik, membuatku kepanasan dan haus. Mungkin karena banyaknya orang yang berjalan kaki, tidak ada yang mengeluh saat itu.
Aku sempat ngobrol bersama teman-teman seperjuangan yang ikut UMPTN. Sempat juga bertemu dengan teman yang pernah bimbel ditempat yang sama denganku. Jadi terasa mengasyikkan.
Kita terpaksa jalan lagi, karena angkot juga ikut demo. Semua angkutan umum tidak ada yang beroperasi hari ini.
Hari semakin terik dan sekali-kali kita berhenti sebentar diwarung hanya untuk sekedar minum atau beli cemilan.
Saat mulai jalan lagi, tiba-tiba ada motor yang berhenti. Sosok itu membuka helm dan menoleh kearahku.
"Hei! Kamu, ayo naik! Aku antar sampai pasar," sapanya.
Aku kaget, ternyata itu cowok pena!
~Kenapa dia nyuruh aku ikut? Tau dari mana kalau ini aku? Kan banyak yang jalan kaki sepanjang jalan ini? Ngapain juga aku mesti ikut dia? Kenal juga gak, tau namanya apalagi, ogah...!~
Ada banyak pertanyaan yang menghampiri benakku.
"Hei! Sudah, hilangkan dulu bengongnya. Kamu mau sampai kapan jalan? Ini sampai pasar, baru menemukan angkutan umum," ujarnya lagi.
"Gak! Aku gak apa-apa jalan kaki, kan banyak teman. Lagian aku gak kenal situ, ngapain ngajak, aneh!" tolakku dengan ketus.
"Ya sudah! Dibantuin gak mau!" jawabnya lebih ketus.
Tanpa menoleh lagi, dia berlalu mengendarai motornya dengan kencang.
~Mungkin dia malu karena ditolak atau dia benar-benar mau membantuku ya?~
Tanpa kuduga sebelumnya, ternyata ada beberapa mata yang memandangku takjub. Mereka ternyata para senior yang memakai seragam hitam dan jaket almamater.
OMG! Baru kusadari, mungkin mereka kaget kenapa aku bisa mengenal cowok pena tadi yang ternyata dia adalah Ketua BEM di kampus itu.
Ah sudahlah. Mereka mikir apa terserah, aku juga tidak mengenalnya.
Kakiku mulai sedikit lecet dan keringatku mulai bercucuran karena menahan panasnya terik matahari. Begitu pula dengan yang lainnya.
Dua jam sudah, akhirnya kita beramai-ramai sampai di pasar. Untungnya ada angkot yang beroperasi menuju terminal bus, rute pulang ke rumah.
Aku dan yang lainnya berpisah di pasar, mencari angkot jurusan tempat tinggal masing-masing. Lega rasanya, hari ini aku bisa pulang. Tak sabar ingin sampai rumah dan istirahat.
Setelah menemukan bus, aku langsung duduk di dalam sambil menunggu penumpang penuh.
Sepanjang perjalanan, aku memikirkan cowok pena tadi. Sudah dua kali bertemu dan sampai sekarang belum tau namanya siapa.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 166 Episodes
Comments