BAB 9 : Diantara Dua

Minggu siang aku ada janji dengan Ratna dan Dice.

Mereka mau main ke rumah. Aku dan Mama rencana pagi sekali mau belanja ke pasar. Kita mau masak seafood untuk siang nanti.

"Zanu, ayo bangun. Kita ke pasar," ujar Mama dari bawah tangga.

"Oke Ma, sebentar, mau bersiap-siap dulu," jawabku.

Aku bergegas cuci muka, sikat gigi dan ganti pakaian. Lalu turun ke bawah menghampiri Mama yang sedang mengambil keranjang belanjaan.

"Biar Zanu yang bawa Ma," ucapku langsung mengambil keranjang dari tangan Mama.

Aku dan Mama bersiap belanja. Mobil berlahan melaju ke arah pasar. Tapi sebelum itu Mama singgah dulu ke TPI (Tempat Pelelangan Ikan).

Terlihat banyak perahu dan kapal yang sudah berlabuh di pinggir pantai. Di sana sudah terlihat banyak orang sedang menunggu ikan-ikan yang akan diturunkan dari kapal.

Semua ikannya masih segar karena baru di ambil oleh nelayan-nelayan di laut. Dan harganya jauh lebih murah daripada yang ada di pasar ikan.

"Zanu, kamu tunggu di luar atau mau di dalam mobil?" tanya Mama.

"Di luar saja Ma, lama-lama di mobil bisa sesak," jawabku.

"Ya sudah, Mama ke sana dulu. Jangan jauh-jauh ya dari parkiran. Ini kunci mobilnya," Mama memberikan kunci dan langsung berjalan menuju pantai.

"Oke Ma,"

Kulihat orang semakin banyak yang datang, padahal baru jam enam pagi. Aku berjalan pelan-pelan di jalan setapak menuju pantai sambil melihat sibuknya orang lalu lalang.

Brukkk....!

Tiba-tiba ada yang menabrakku dan tubuhku oleng ke samping. Aku merasakan ada yang menangkap tubuhku dengan cepat.

Saat wajahku berdekatan dengan sosok yang menabrak, terkesiap darahku melihat sorot mata itu. Sorot yang sama kurasakan. Dia menatapku tajam seperti mengkhawatirkan sesuatu.

~Abang!! Itu ternyata Abang.~

"Zanu!?" ucap abang sedikit keras dengan expresi kagetnya.

Mungkin dia tidak kalah kagetnya melihatku. Aku kini tepat berada dalam pelukannya. Entahlah, adegan ini seperti ala-ala India menurutku.

"Eh, iya Bang," jawabku kelabakan dan baru menyadari bahwa aku masih dalam pelukannya.

Abang langsung refleks melepaskan tubuhku dan menjaga jarak langsung sekitar satu meter dari tempat semula dia berdiri bersamaku.

"Kenapa kamu ada di sini? Kamu sama siapa?" tanyanya penasaran.

"Zanu sama Mama Bang, beli ikan. Nunggu di parkiran dan sambil jalan-jalan lihat orang lewat," jawabku.

"Seharusnya kamu ikut Mama belanja, jangan di sini sendirian! Nanti ada yang culik kamu bagaimana? Bisa bikin repot keluargamu," ujarnya ngegas.

"Lho, siapa juga yang mau culik aku? Aku sudah besar Bang! Lagipula ini daerah kekuasaanku, rumah juga gak jauh dari sini," jawabku sambil tertawa kecil.

~Kenapa dia yang merasa repot ya? Huuhh...! Udah mulai ngatur-ngatur !~

"Ya sudah, Abang temani sampai Mamamu balik,"

"Emang Abang gak ada kegiatan lain? Gak usah repot-repot Bang, sebentar lagi Mama selesai juga kok,"

Aku berusaha menolak tawarannya. Aku takut di lihat banyak orang dan nanti mereka pikir Abang adalah pacarku, iihhh kesal..! Mana masih pagi lagi.

"Abang lagi jalan-jalan sambil olah raga. Biasanya rutin setiap hari minggu dan lewat sini, karena mobil Abang parkir di sini juga, tuh di sana," jawabnya sambil menunjukkan mobilnya yang terparkir tidak jauh dari sini.

~Huufftt...! Ya wajar dia menungguku, mobilnya ada di sini. Aku menghela nafas dalam-dalam. Terpaksa deh berduaan sama dia. Mama, cepat balik dong! Please...~

Beberapa menit kemudian.

"Bang! Bang..! Itu Mama!" teriakku senang sambil menunjuk ke arah depan jalan.

"Biasa saja Zanu, kamu jangan teriak-teriak begitu," jawabnya sambil tersenyum kecil.

~Duh, Alhamdulillah, syukurlah Mama segera datang. Kalau tidak, bisa bosan aku dekat si play boy ini !~

"Sudah, sana Bang! Aku gak usah di temani lagi, terima kasih ya," ujarku cuek basa basi.

"Apaan sih kamu, Abang bilang dulu sama Bibi, kalau kamu tadi mau keluyuran," Abang jalan menuju ke arah Mama.

~Aku makin kesal sama dia, ngapain ngadu-ngadu sama Mama? Tadi sudah menabrakku, tapi belum ada permintaan maafnya.~

~Huh...! Awas ya nanti.~

"Eh, ada Angga. Sudah lama di sini?" tanya Mamaku ramah.

"Baru saja Bi, tadi liat Zanu ada diparkiran. Kebetulan mobil Angga juga parkirnya di sini. Jadi ya, kita ngobrol sambil menunggu Bibi selesai," jawabnya happy.

"Ya sudah, Bibi gak bisa lama, mau pergi lagi ke pasar. Takut gak keburu karena kita mau masak banyak. Ada teman-teman Zanu mau main ke rumah siang ini," Mama bergegas membuka pintu mobil dan meletakkan bawaan belanjanya.

"Oke Bibi, silahkan,"

"Nanti malam makan di rumah saja, Bibi masak enak, seafood,"

"Ya, InsyaAllah. Angga pulang dulu ya Bi"

"Oke,"

Dia pergi menuju mobil tanpa menolehku sedikitpun.

~Kenapa sih Mama ngundang dia makan malam di rumah? Lama-lama dia bisa mengatur hidupku. Arrgghh......!~

"Ma, kenapa Abang di undang?" tanyaku ke Mama.

"Lho, gak apa-apa Zanu. Hari ini Mama masak banyak, kita harus berbagi, dari pada nanti makanannya gak habis. Mubazir! Ayo kita ke pasar," jawab Mama.

Mama dan aku ke pasar membeli sayur-sayuran, bumbu masak, ayam, daging dan buah-buahan. Tak lupa Mama beli sirup orange, yang biasa disajikan untuk tamu.

********

Setelah selesai belanja, kita pulang dan sampai rumah jam delapan pagi. Zuri sudah bangun dan siap membantu Mama untuk masak.

"Zanu, Zuri, kalian sarapan dulu. Mama mau bereskan belanjaan tadi ya," ujar Mama.

"Baik Ma," jawabku.

Aku dan Zuri sarapan di meja makan, setelah itu Mama menyusul. Sedangkan Papa, jam lima subuh, sudah keluar rumah menemui teman-temannya untuk kegiatan memancing.

Selesai sarapan, Aku dan Zuri membantu Mama memotong sayur-sayuran, bawang, tahu, dsb. Sedangkan Mama membersihkan ayam, daging dan ikan.

Hari ini Mama benar-benar masak besar. Dan aku pastikan masakan Mama paling the best.

~Enak semua pokoknya !~

Pukul dua belas siang, pekerjaan masak memasak sudah selesai. Aku dan Zuri mandi, setelahnya kita langsung melaksanakan sholat Zuhur.

"Papa pulang!" ujar Papa dari teras depan.

Mama yang kebetulan sudah selesai mandi dan berpakaian, langsung menghampiri Papa.

"Alhamdulillah Papa sudah sampai rumah sebelum zuhur. Dapat Pa ikannya?" tanya Mama.

"Tidak dapat Ma, ha.ha.ha.., " jawab Papa dengan tawa.

"Ha.ha.ha..," Mama juga ikut tertawa.

"Ya gak apa-apa Pa. Hari ini Mama sudah beli ikan, Mama masak banyak,"

"Wah, sepertinya ada pesta nih di rumah kita?"

"Teman-teman Zanu bentar lagi mau ke sini Pa, Mama juga sudah mengundang Angga untuk makan malam di rumah kita. Sana Papa mandi dulu, sholat dan bersiap-siap ya,"

"Oke Mama sayang,"

Papa langsung masuk ke dalam, sedangkan Mama mengambil alat pancing Papa, lalu membawanya ke dapur.

********

Akhirnya yang ditunggu-tunggu tiba, Dice dan Ratna sudah sampai di rumahku.

Mama dan Papa langsung mengajak kita untuk makan siang bersama. Acara makan siang berjalan dengan baik dan menyenangkan.

Setelah makan, Aku mengajak Ratna dan Dice mengobrol di teras atas samping kamarku.

"Gila! Masakan Mamamu luar biasa Zanu. Aku suka banget lho..," ujar Ratna antusias.

"Iya, ingin nambah tapi terlanjur kenyang. Suka sama ayam kecap, terasa sekali bumbunya," Dice ikut menimpali.

"Kalian boleh makan lagi kalau mau. Atau kapan-kapan main ke sini lagi, supaya bisa mencoba masakan Mamaku,"

"Wahh, sering-sering ke sini kita Dice, ha.ha.ha.,"

"Ih kamu Ratna, malu tau! Tapi sekali-kali bolehlah, ha.ha.ha.,"

"ha.ha.ha..,"

Kita tertawa bareng. Senang rasanya di kunjungi teman-teman baikku ini. Dice yang rada tomboy dan Ratna yang feminim banget. Klop lah punya mereka.

Aku, Dice dan Ratna banyak mengobrol. Kita makan cemilan dengan air sirup dingin yang di beli Mama tadi pagi.

"Zanu, kamu tau gak, pacarnya Vincent marah-marah saat acara perpisahan kemaren. Mereka bertengkar hebat, sampai pacarnya menangis. Gara-gara kamu," ucap Dice tiba-tiba.

"Lho, kamu tau dari mana?" tanyaku.

"Habis kamu ambil kupon, kita ngobrol sebentar kan. Terus aku ke toilet. Pas lagi dalam toilet, aku dengar ada suara orang yang lagi marah-marah. Aku ngintip keluar ternyata Vincent bersama pacarnya, trus aku nguping dong," ujar Dice.

"Terus pacarnya kenapa marah?"

"Dia gak terima kalau Vincent dekat kamu lagi dan Vincent juga baru cerita kalau kamu mantannya. Ya kaget dong pacarnya. Ada yang lebih menohok lagi," jawab Dice antusias.

Suasana hening sejenak.

"Vincent bilang, kalau dia masih suka dan sayang sama kamu Zanu. Pacarnya langsung marah-marah gak terima. Habis itu dia pergi,"

"Hhmm..," Aku termangu sejenak.

"Emang Vincent kemaren bilang apa ke kamu Zanu?" tanya Ratna penasaran.

"Dia akan menungguku sampai aku siap," jawabku lirih.

"Wah...! Dia sayang banget sama kamu tu Zanu," ujar Dice sumringah.

"Iya, laki-laki seperti itu jarang ada sesayang itu kan Dice,"

"Yoi.. Kalau kita dapatnya seperti Vincent, gak perlu nunggu siap, sekarang juga ayoo.., ha.ha.ha..,"

"Ha.ha.ha..,"

Kita tertawa bareng lagi.

********

Tidak terasa waktu sudah menunjukkan jam empat sore. Dice dan Ratna pamitan pulang. Aku antarkan mereka ke pengkolan jalan keluar gang.

Setelah Dice dan Ratna pergi, aku masuk ke dalam rumah. Aku langsung membereskan piring, gelas dan teko yang di pakai menjamu Dice dan Ratna tadi.

Setelahnya aku langsung mandi dan sholat ashar. Terus bantu-bantu Mama di dapur.

*******

Malam tiba.

Setelah sholat magrib, aku bantu Mama lagi siapkan makan malam. Kita berempat sedang menunggu Abang datang.

"Assalammu'alaikum...," terdengar suara salam dari teras depan.

"Waa'alaikum salam..," jawabku sambil membukakan pintu.

"Hai dek Zanu," ujar Abang.

Aku tersenyum datar. Kulihat Abang sedang bersama perempuan cantik, berambut panjang.

Mungkin ini perempuan yang bikin Abang terburu-buru waktu itu. Ganti lagi pacarnya dari yang sebelumnya.

~Huufft...! Banyak banget pacarnya, bisa ganti-ganti setiap mau kerumahku.~

"Masuk Bang," ucapku basa-basi.

Mereka masuk dan duduk di kursi tamu. Aku bergegas ke dalam memanggil Papa dan Mama.

Setelah ngobrol sebentar, Mama mengajak mereka makan malam bersama. Kulihat dia menggenggam tangan perempuan itu saat mengajaknya ke ruang makan.

Zap! Seperti ada gemuruh di dadaku, aku tidak tau itu perasaan apa. Yang pasti aku merasa risih melihat adegan tadi.

Kita semua makan dengan lahap, ku akui sekali lagi, masakan Mama benar-benar enak. Terlihat dari wajah Abang, yang sangat menyukai makan malam kali ini.

Sekali-kali dia melihatku di sela-sela mengunyah makanan.

"Assalammu'alaikum..," terdengar suara salam dari teras depan.

Aku bergegas menuju ke teras, kebetulan aku sudah selesai makan.

Betapa kagetnya aku, ternyata itu Vincent!

"Waa'alaikum salam, Vincent..," jawabku senang.

"Hai Zanu, maaf malam-malam aku ke sini. Kebetulan aku lewat, gak apa-apa kan aku mampir?" tanya Vincent.

"Gak apa-apa, mari silahkan masuk," ajakku ke ruang tamu.

"Sepertinya ada tamu ya?" tanya Vincent.

"Iya, lagi makan bersama di dalam," jawabku.

"Oh, aku datang di waktu yang gak tepat dong," Vincent merasa tidak enak.

"Santai sajalah, aku sudah selesai makannya kok," jawabku.

Kulihat Abang bersama pacarnya lewat mau menuju ruang samping. Eh, si Abang malah berbalik arah ketempatku, mengabaikan pacarnya.

Aku kaget! Apalagi pacarnya.

"Zanu, kenalin ini siapa?" tanya Abang seperti menyelidik.

"Eh, ini Vincent Bang," jawabku gugup, seakan tak percaya Abang seberani itu.

"Ooo.. Ini yang namanya Vincent. Aku Angga," jawabnya tegas sambil mengulurkan tangannya ke arah Vincent.

"Vincent Bang," jawab Vincent sambil berdiri dan menyalami Abang.

"Ya sudah, silahkan lanjut ngobrolnya. Zanu, kamu di sini saja. Izin dulu sama Bibi kalau mau keluar, oke!"

~Wow!! Benar kan dugaanku, dia mulai ngatur-ngatur hidup aku. Sebal..!~

Aku diam dan langsung menatapnya, menandakan aku tidak senang dengan caranya seperti itu. Dia balik menatapku tajam, tatapan itu seolah mengatakan bahwa dia cemburu.

~Ya! Dia cemburu dengan adanya Vincent di sini.~

Abang diam saja dan langsung berbalik arah ke ruang samping.

~Pastilah dia mau ngobrol berduaan sama pacarnya itu.~

"Zanu, bolehkah aku mengajakmu keluar? Kita cari minuman, jus atau apa saja yang kamu suka. Jalan kaki dekat-dekat sini," tanya Vincent.

"Aku tanya Mama dulu ya," jawabku langsung melangkahkan kaki ke dalam.

Mama keluar dari dapur menuju ruang tamu. Vincent langsung minta izin ke Mama dan syukurlah diizinkan. Tapi dengan syarat hanya satu jam saja.

Aku dan Vincent jalan kaki keluar mencari tempat jual minuman. Kebetulan dekat rumah ada cafe minimalis. Kita memesan menu yang sudah tertera.

"Zanu, kapan kamu mulai kuliah?" tanya Vincent membuka pembicaraan.

"Belum mulai. Rencana Papa mau daftarin aku bimbel dulu di Azkia. Kenapa Vincent?" aku tanya balik.

"Maulah sekali-kali aku ikut mengantar kamu bimbel," jawab Vincent dengan senyuman.

"Papa malah mau carikan aku kost dekat bimbel,"

"Aku gak bisa antar dong,"

"Kapan-kapan bisa kamu kunjungi aku,"

Kulihat raut wajah senang Vincent dengan ucapanku barusan.

"Oiya, laki-laki tadi siapa Zanu?" tanya Vincent.

"Bukan siapa-siapa. Dia satu kampung sama Mama, kebetulan ditugaskan dekat daerah sini," jawabku sekenanya.

"Aku kirain family kamu,"

"Bukan,"

Setelah ngobrol beberapa hal, Vincent mengajakku pulang. Kita berdua berjalan menuju ke rumah. Aku lihat di depan rumah masih ada mobil Abang.

~Hhmm... Kenapa Abang lama banget, tidak seperti biasanya. Aneh!~

"Zanu, aku langsung pulang ya..," ujar Vincent.

"Oke. Tapi bilang dulu sama Mamaku. Bentar, ku panggilkan,"

"Sip, aku tunggu di sini,"

Aku bergegas ke dalam memanggil Mama, ternyata sedang mengobrol dengan Abang dan Pacarnya.

"Ma, Vincent mau pamit pulang," ujarku ke Mama.

"Ya nak," jawab Mama sambil berdiri menuju teras depan.

Kulihat sekilas Abang menatap tajam padaku.

Saat aku melirik ke arah pacarnya abang, entah mengapa aku merasa tidak suka dengan kehadirannya.

~Cemburukah aku ?~

"Ma, Vincent pulang dulu," ujar Vincent ke Mama.

"Ya nak, hati-hati di jalan. Terima kasih sudah main ke sini," jawab Mama.

"Sama-sama Ma. Yuk Zanu, aku pulang dulu ya..,"

Aku menggangguk sambil tersenyum. Vincent langsung salam sama Mama.

Lalu Vincent pergi pulang.

********

Aku duduk di teras depan sendirian sambil mengingat cerita tadi bersama Vincent. Sedangkan Mama pergi ke dapur sambil membawa nampan dan gelas-gelas.

"Zanu! Ngapain kamu keluar malam-malam sama Vincent, udah izin Mamamu belum?"

Aku kaget! Aku menoleh ke belakang, ternyata itu Abang! Dia berdiri di dekat pintu masuk dan sedang menatapku dalam-dalam.

"Apa-apain sih Bang! Mana mungkin aku keluar tanpa izin Mama, apalagi sudah malam begini!" jawabku mulai kesal.

"Aku cuma tanya saja," jawabnya cuek.

"Kenapa Abang yang tanya? Suka-suka aku dong mau kemana, sama siapa, mau apa!" jawabku ketus.

Dia langsung masuk ke dalam dan tidak menjawab pertanyaanku.

~Huh! Kenapa dia yang kepo ya? Kenapa dia cemburu sama Vincent? Kan dia sudah tau siapa Vincent. Lagian dia sama pacarnya sekarang.~

Tidak beberapa lama, terdengar suara dari dalam. Abang pamit pulang sama Papa dan Mama.

"Kapan-kapan main ke sini lagi," ujar Mama sambil mengantarkan mereka ke teras depan.

"Iya Bibi. Terima kasih jamuan makan malamnya. Masakan Bibi enak sekali, he.he.he..," jawabnya sambil menoleh kepadaku sekilas.

Aku diam, pura-pura tidak tau kalau dia mau pulang.

"Yuk mari Bibi, Zanu, kita pulang dulu," ucap pacarnya Abang.

Aku tersenyum kecil sambil menganggukan kepala. Tapi aku tetap tidak mau melihat ke arah Abang. Aku masih kesal dengan sikapnya tadi.

Mereka menuju ke mobil dan langsung pulang.

"Zanu, Mama lihat, kenapa kamu cuek sama Angga?" tanya Mama.

"Dia mulai ngatur-ngatur Ma, Zanu gak suka digituin. Dia kan bukan siapa-siapanya Zanu," jawabku sedikit kesal mengingat cara Abang tadi.

"Zanu, mungkin dia sudah anggap kamu sebagai adiknya sendiri. Jadi dia mulai peduli sama kamu. Udahlah, sekarang masuk ke dalam dan bantuin Mama beberes,"

"Baik Ma,"

Aku menutup dan mengunci pintu. Menyusul Mama ke dapur membersihkan piring dan gelas.

Setelah semuanya selesai, aku menuju ke lantai dua. Lalu rebahan sejenak di atas kasur.

Entah kenapa, aku ingat diary biru. Aku bergegas mengambil diary dan menuliskan sesuatu.

Kutuliskan,

~Hari ini ada dua orang yang datang ke rumah. Mantanku Vincent dan orang yang mulai mengaturku yaitu Abang.~

Aku merasakan kantuk dan ingin tidur.

...****************...

Terpopuler

Comments

Isfha Hariyani Isfha Hariyani

Isfha Hariyani Isfha Hariyani

abang mulai cemburu ya.lanut

2022-05-30

1

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 : Tamu
2 BAB 2 : Mantan Pacar
3 BAB 3 : Apa Ini Dinamakan Cemburu?
4 BAB 4 : Curhat
5 BAB 5 : Ujian Akhir
6 BAB 6 : Tito, Secepat Itukah ?
7 BAB 7 : Mulai Santai
8 BAB 8 : Perpisahan Sekolah
9 BAB 9 : Diantara Dua
10 BAB 10 : Argument
11 BAB 11 : Dia Pergi
12 BAB 12 : UMPTN
13 BAB 13 : Tak Terduga
14 BAB 14 : Ospek
15 BAB 15 : Kos-kosan
16 BAB 16 : Bram
17 BAB 17 : Ospek 2
18 BAB 18 : Perempuan Cantik
19 BAB 19 : Heboh
20 BAB 20 : Ospek 3
21 BAB 21 : Mampir
22 BAB 22 : Gosip
23 BAB 23 : Ospek Terakhir
24 BAB 24 : Berkemah
25 BAB 25 : Tenda
26 BAB 26 : Mandi Di Sungai
27 BAB 27 : Siapakah Bram?
28 BAB 28 : Urusan Bram
29 BAB 29 : Hiking
30 BAB 30 : Foto Itu
31 BAB 31 : Bertengkar
32 BAB 32 : Hadiah
33 BAB 33 : Si Pelaku
34 BAB 34 : Perkemahan Berakhir
35 BAB 35 : Korban
36 BAB 36 : Kepo Again
37 BAB 37 : Pulang
38 BAB 38 : Vincent Terluka
39 BAB 39 : Date Pertamaku
40 BAB 40 : Ungkapan
41 BAB 41 : Pengakuan Bram
42 BAB 42 : Hadiah Lagi
43 BAB 43 : Kangen Kosan
44 BAB 44 : Kasus Selesai
45 BAB 45 : Kantin
46 BAB 46 : Cinta
47 BAB 47 : Pabrik
48 BAB 48 : Amarah Bram
49 BAB 49 : Balik
50 BAB 50 : Novel
51 BAB 51 : Penghuni Baru
52 BAB 52 : Bram dan Gilang
53 BAB 53 : Jadi Perkara
54 BAB 54 : Sunset
55 BAB 55 : Ternyata Anak Rektor?
56 BAB 56 : Ada Apa Prita?
57 BAB 57 : Pria Asing
58 BAB 58 : Berenang
59 BAB 59 : Sayang
60 BAB 60 : Ciuman Pertama
61 BAB 61 : Target Gilang
62 BAB 62 : Cargalla dan Ox
63 BAb 63 : Bantuan Bram
64 BAB 64 : Papa Marah
65 BAB 65 : Damar
66 BAB 66 : Singgah Dulu
67 BAB 67 : Hotel
68 BAB 68 : Gedung Tua
69 BAB 69 : Rumah Sakit
70 BAB 70 : 2 Jam
71 BAB 71 : ICU
72 BAB 72 : Keputusan Yang Berat
73 BAB 73 : Ancaman
74 BAB 74 : Masalah Bertambah
75 BAB 75 : Dramatis
76 BAB 76 : Bram Kembali
77 BAB 77 : Cerita
78 BAB 78 : Belum Muncul
79 BAB 79 : Atif Dan Prita
80 BAB 80 : Ku Katakan Saja
81 BAB 81 : Kecelakaan
82 BAB 82 : Histeris
83 BAB 83 : Panik
84 BAB 84 : Cerita Dilema
85 BAB 85 : Gadis Remaja
86 BAB 86 : Laura
87 BAB 87 : Penjualan Baja
88 BAB 88 : Keterangan
89 BAB 89 : Good Night
90 BAB 90 : Orang Tua
91 BAB 91 : Melayat
92 BAB 92 : Izin
93 BAB 93 : Nasehat Papa
94 BAB 94 : Kebun Rambutan
95 BAB 95 : Mawar Merah
96 BAB 96 : Handuk
97 BAB 97 : Perawat
98 BAB 98 : Kamar Rahasia
99 BAB 99 : Berjamaah
100 BAB 100 : Dansa
101 BAB 101 : Prita Tidak Ada
102 BAB 102 : Kak Siska
103 BAB 103 : Rumah Dinas
104 BAB 104 : Tolong
105 BAB 105 : Keajaiban
106 BAB 106 : Sacia
107 BAB 107 : Teman Lama
108 BAB 108 : Pertemuan
109 BAB 109 : Lutfa
110 BAB 110 : Koma Lagi
111 BAB 111 : Privat Jet
112 BAB 112 : Bram Sibuk
113 BAB 113 : Switzerland
114 BAB 114 : Ujang
115 BAB 115 : Ricard
116 BAB 116 : Kerumah Bram Lagi
117 BAB 117 : Biliar
118 BAB 118 : Rias
119 BAB 119 : Tamu Utama
120 BAB 120 : Gelora Asmara
121 BAB 121 : Hujan
122 BAB 122 : Restu
123 BAB 123 : Pak Boil
124 BAB 124 : Showroom
125 BAB 125 : Pemberian Damar
126 BAB 126 : Cafe Baru
127 BAB 127 : Guru Privatku Bernama Bayu
128 BAB 128 : Perintah Bram
129 BAB 129 : Bos Kecil
130 BAB 130 : Izin Bram
131 BAB 131 : Warung
132 BAB 132 : Sudah Bisa Bicara
133 BAB 133 : Mami Kos Usus Buntu
134 BAB 134 : Berita Di Televisi
135 BAB 135 : Mami and Papi
136 BAB 136 : Bintang
137 BAB 137 : Teman Vs Teman
138 BAB 138 : Semua Karyawan Meeting
139 BAB 139 : Kenapa Aku?
140 BAB 140 : Pemecatan Mandor Pabrik
141 BAB 141 : Asisten Manager
142 BAB 142 : Jangan Tinggalkan Aku
143 BAB 143 : Selamat Jalan Sayang
144 BAB 144 : Kenangan
145 BAB 145 : Penantian
146 BAB 146 : Keponakan Mami Adalah..
147 BAB 147 : Mengingat Kenangan
148 BAB 148 : Hampa
149 BAB 149 : Curhat Zuri
150 BAB 150 : Mesjid
151 BAB 151 : Ke Dermaga
152 BAB 152 : Diskusi
153 BAB 153 : Lampu Merah
154 BAB 154 : Bodyguard Bram Muncul
155 BAB 155 : Misi
156 BAB 156 : Surat
157 BAB 157 : Keceplosan
158 BAB 158 : Pesan Pak Tio
159 BAB 159 : Terus Terang
160 BAB 160 : Nur Ibzan
161 BAB 161 : Thelma
162 BAB 162 : Surat Vincent
163 BAB 163 : Ruang Kerjaku
164 BAB 164 : Gratis
165 BAB 165 : Meeting
166 BAB 166 : Aku Pengganti Bram
Episodes

Updated 166 Episodes

1
BAB 1 : Tamu
2
BAB 2 : Mantan Pacar
3
BAB 3 : Apa Ini Dinamakan Cemburu?
4
BAB 4 : Curhat
5
BAB 5 : Ujian Akhir
6
BAB 6 : Tito, Secepat Itukah ?
7
BAB 7 : Mulai Santai
8
BAB 8 : Perpisahan Sekolah
9
BAB 9 : Diantara Dua
10
BAB 10 : Argument
11
BAB 11 : Dia Pergi
12
BAB 12 : UMPTN
13
BAB 13 : Tak Terduga
14
BAB 14 : Ospek
15
BAB 15 : Kos-kosan
16
BAB 16 : Bram
17
BAB 17 : Ospek 2
18
BAB 18 : Perempuan Cantik
19
BAB 19 : Heboh
20
BAB 20 : Ospek 3
21
BAB 21 : Mampir
22
BAB 22 : Gosip
23
BAB 23 : Ospek Terakhir
24
BAB 24 : Berkemah
25
BAB 25 : Tenda
26
BAB 26 : Mandi Di Sungai
27
BAB 27 : Siapakah Bram?
28
BAB 28 : Urusan Bram
29
BAB 29 : Hiking
30
BAB 30 : Foto Itu
31
BAB 31 : Bertengkar
32
BAB 32 : Hadiah
33
BAB 33 : Si Pelaku
34
BAB 34 : Perkemahan Berakhir
35
BAB 35 : Korban
36
BAB 36 : Kepo Again
37
BAB 37 : Pulang
38
BAB 38 : Vincent Terluka
39
BAB 39 : Date Pertamaku
40
BAB 40 : Ungkapan
41
BAB 41 : Pengakuan Bram
42
BAB 42 : Hadiah Lagi
43
BAB 43 : Kangen Kosan
44
BAB 44 : Kasus Selesai
45
BAB 45 : Kantin
46
BAB 46 : Cinta
47
BAB 47 : Pabrik
48
BAB 48 : Amarah Bram
49
BAB 49 : Balik
50
BAB 50 : Novel
51
BAB 51 : Penghuni Baru
52
BAB 52 : Bram dan Gilang
53
BAB 53 : Jadi Perkara
54
BAB 54 : Sunset
55
BAB 55 : Ternyata Anak Rektor?
56
BAB 56 : Ada Apa Prita?
57
BAB 57 : Pria Asing
58
BAB 58 : Berenang
59
BAB 59 : Sayang
60
BAB 60 : Ciuman Pertama
61
BAB 61 : Target Gilang
62
BAB 62 : Cargalla dan Ox
63
BAb 63 : Bantuan Bram
64
BAB 64 : Papa Marah
65
BAB 65 : Damar
66
BAB 66 : Singgah Dulu
67
BAB 67 : Hotel
68
BAB 68 : Gedung Tua
69
BAB 69 : Rumah Sakit
70
BAB 70 : 2 Jam
71
BAB 71 : ICU
72
BAB 72 : Keputusan Yang Berat
73
BAB 73 : Ancaman
74
BAB 74 : Masalah Bertambah
75
BAB 75 : Dramatis
76
BAB 76 : Bram Kembali
77
BAB 77 : Cerita
78
BAB 78 : Belum Muncul
79
BAB 79 : Atif Dan Prita
80
BAB 80 : Ku Katakan Saja
81
BAB 81 : Kecelakaan
82
BAB 82 : Histeris
83
BAB 83 : Panik
84
BAB 84 : Cerita Dilema
85
BAB 85 : Gadis Remaja
86
BAB 86 : Laura
87
BAB 87 : Penjualan Baja
88
BAB 88 : Keterangan
89
BAB 89 : Good Night
90
BAB 90 : Orang Tua
91
BAB 91 : Melayat
92
BAB 92 : Izin
93
BAB 93 : Nasehat Papa
94
BAB 94 : Kebun Rambutan
95
BAB 95 : Mawar Merah
96
BAB 96 : Handuk
97
BAB 97 : Perawat
98
BAB 98 : Kamar Rahasia
99
BAB 99 : Berjamaah
100
BAB 100 : Dansa
101
BAB 101 : Prita Tidak Ada
102
BAB 102 : Kak Siska
103
BAB 103 : Rumah Dinas
104
BAB 104 : Tolong
105
BAB 105 : Keajaiban
106
BAB 106 : Sacia
107
BAB 107 : Teman Lama
108
BAB 108 : Pertemuan
109
BAB 109 : Lutfa
110
BAB 110 : Koma Lagi
111
BAB 111 : Privat Jet
112
BAB 112 : Bram Sibuk
113
BAB 113 : Switzerland
114
BAB 114 : Ujang
115
BAB 115 : Ricard
116
BAB 116 : Kerumah Bram Lagi
117
BAB 117 : Biliar
118
BAB 118 : Rias
119
BAB 119 : Tamu Utama
120
BAB 120 : Gelora Asmara
121
BAB 121 : Hujan
122
BAB 122 : Restu
123
BAB 123 : Pak Boil
124
BAB 124 : Showroom
125
BAB 125 : Pemberian Damar
126
BAB 126 : Cafe Baru
127
BAB 127 : Guru Privatku Bernama Bayu
128
BAB 128 : Perintah Bram
129
BAB 129 : Bos Kecil
130
BAB 130 : Izin Bram
131
BAB 131 : Warung
132
BAB 132 : Sudah Bisa Bicara
133
BAB 133 : Mami Kos Usus Buntu
134
BAB 134 : Berita Di Televisi
135
BAB 135 : Mami and Papi
136
BAB 136 : Bintang
137
BAB 137 : Teman Vs Teman
138
BAB 138 : Semua Karyawan Meeting
139
BAB 139 : Kenapa Aku?
140
BAB 140 : Pemecatan Mandor Pabrik
141
BAB 141 : Asisten Manager
142
BAB 142 : Jangan Tinggalkan Aku
143
BAB 143 : Selamat Jalan Sayang
144
BAB 144 : Kenangan
145
BAB 145 : Penantian
146
BAB 146 : Keponakan Mami Adalah..
147
BAB 147 : Mengingat Kenangan
148
BAB 148 : Hampa
149
BAB 149 : Curhat Zuri
150
BAB 150 : Mesjid
151
BAB 151 : Ke Dermaga
152
BAB 152 : Diskusi
153
BAB 153 : Lampu Merah
154
BAB 154 : Bodyguard Bram Muncul
155
BAB 155 : Misi
156
BAB 156 : Surat
157
BAB 157 : Keceplosan
158
BAB 158 : Pesan Pak Tio
159
BAB 159 : Terus Terang
160
BAB 160 : Nur Ibzan
161
BAB 161 : Thelma
162
BAB 162 : Surat Vincent
163
BAB 163 : Ruang Kerjaku
164
BAB 164 : Gratis
165
BAB 165 : Meeting
166
BAB 166 : Aku Pengganti Bram

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!