BAB 8 : Perpisahan Sekolah

Dua minggu sudah berlalu.

Ijazah sudah dapat dan rata-rata nilaiku tidak mengecewakan. Wali kelas sempat menanyakan kembali perihal jalur PMDK yang ditawarkan pihak Universitas Negeri yang ternama di kota Bandung kepadaku.

Aku menolak kembali tawaran tersebut dengan alasan yang sama yaitu Papaku tidak mengizinkan kuliah di luar dari wilayah tempat kita tinggal sekarang.

Sedih memang. Tapi kupikir memang berat juga berpisah jauh dari orang tua. Apalagi di Bandung tidak ada sanak saudara.

Mungkin alasan ini juga menjadi pikiran Papa. Toh, di kota ini juga ada Universitas Negeri yang kualitasnya tidak kalah bagus dari yang lainnya.

"Zuri, ayo bersiap-siap. Sarapan sana, Kakak sudah selesai, tinggal pakai handbody," ujarku kepada Zuri.

"Iya Kak, sebentar. Nanti Zuri nyusul ke bawah," jawabnya sambil memasukkan dompet ke dalam tas kecil.

Sejak kejadian dua minggu yang lalu, Zuri tidak pernah lagi membahas tentang cowok manapun. Dan dia sudah meminta maaf tentang kejadian kemaren.

~Tentang Abang! Eh, sudah dua minggu dia tidak muncul lagi ke rumah. Dia kemana ya? Apa dia pulang kampung? Ah..! Tolong lenyap dulu ya Bang dari pikiranku.~

"Ayo Kak kita ke Sekolah," ucap Zuri mengagetkan lamunanku.

"Oke,"

Sekolahku dan Zuri mengadakan acara perpisahan. Acara dimeriahkan dengan adanya orgen dan tambahan acara lainnya dari semua adik kelas.

Zuri juga ikut andil dalam acara tersebut sebagai pembawa acara perwakilan pihak Sekolah.

Mama mengantarkan kita sampai depan pintu gerbang.

"Nanti Mama jemput sekitar jam satu siang ya..," ujar Mama sebelum pergi.

"Baik Ma," jawabku dan Zuri serempak.

Aku menuju ke tempat acara, sedangkan Zuri menuju ruang Kepala Sekolah untuk mempersiapkan bahan yang akan digunakan saat acara.

Aku berjalan menemui Ratna dan Dice yang sedang mengobrol. Teman-temanku sudah banyak yang hadir dengan memakai pakaian bebas.

"Sudah dari tadi?" sapaku ke Ratna dan Dice.

"Adalah sekitar lima belas menit yang lalu," jawab Ratna.

"Acara mau di mulai, kamu sudah ambil kupon belum? Kupon buat makan siang. Tuh di sana ada meja dekat pohon, keliatan gak?" ujar Dice sambil menunjukkan arahnya.

"Oke, aku ke sana dulu,"

Aku bergegas menuju meja kecil yang di tunjuk Dice tadi. Dan ternyata di sana sudah ada Vincent bersama pacarnya!

Vincent menoleh dan tersenyum padaku. Sedangkan pacarnya menatapku sinis.

Aku berdiri tepat di sebelah Vincent dan tiba-tiba dia menggenggam erat jemariku.

Deg! Perasaanku jadi tidak karuan. Anehnya aku malah diam, membiarkan tangan itu menyentuh jemariku.

Vincent mulai beranjak pergi, dia dan pacarnya sudah mendapatkan kupon. Tinggal giliranku.

~Tapi kenapa tangan Vincent belum lepas ?~

Pacarnya tau kalau Vincent berusaha menarik tanganku.

Aku reflek berusaha melepaskan tangan. Pacarnya juga berusaha menarik tangan Vincent untuk segera pergi.

"Zanu," ucap Vincent lirih.

Tatapan itu sangat lembut kulihat, seperti mengisyaratkan sesuatu kalau Vincent merindukan kehadiranku.

Akhirnya Vincent melepaskan tangannya dan langsung berbalik arah, berjalan meninggalkan aku bersama pacarnya yang sedang melongo.

Aku langsung mengambil kupon dan pergi dari tempat tersebut menuju ke arah Dice dan Ratna.

"Hei Zanu! Kalian kenapa tadi? Vincent menarik-narik tanganmu? Dia kenapa?" tanya Dice keheranan.

"Lho, kalian lihat juga kejadian tadi? Mungkin dia merindukan aku, pacarnya cemburu," jawabku sekenanya.

"Ya lihat dong, semua juga pada lihat. Wajar ceweknya cemburu kalau Vincentnya begitu. Depan umum lagi," ucap Ratna.

"Udahlah, kita lupakan saja. Biarkan itu jadi urusan Vincent. Sekarang aku memikirkan perpisahan kita ini. Belum tentu kedepannya bisa ngumpul lagi kan?" jawabku santai.

"Eh, aku dengar dari temannya Vincent, kalau dia gak bisa kuliah. Karena Bapak Vincent ingin anaknya kerja di toko," ujar Dice.

~Kenapa dia tidak kuliah? Padahal orang tuanya~ termasuk orang mampu.

"Mungkin, dia merasa gak akan pernah bertemu kamu lagi Zanu. Karena dia tau kamu mau kuliah, otomatis kalian jadi berjauhan," Ratna menimpali.

Bisa jadi.

********

Acara di mulai. Terlihat Zuri berdiri di depan, membaca salam dan menyampaikan isi dari acara.

Riuh suara murid-murid mulai terdengar, acara silih berganti diisi dengan kesenangan, kemeriahan dan kesedihan.

Kulihat disekelilingku, Sekolah ini suatu saat nanti pasti akan membuatku rindu. Banyak kenangan manis sudah terlewati di sini.

Tak sengaja aku melihat dari jauh, sosok Vincent yang sedang berdiri di sana. Aku tidak tau, sudah berapa lama dia melihatku. Dia sedang bersama teman genknya.

~Aku tidak melihat pacarnya, apa mereka bertengkar ?~

Acara terakhir adalah acara yang ditunggu-tunggu. Semua yang hadir bebas bernyanyi dan berjoget mengiri musik yang didendangkan. Teman-temanku bersorai riang gembira dan satu persatu menaiki panggung.

Saat aku mau naik ke panggung, tiba-tiba ada yang menarik tanganku. Ternyata itu Vincent!

"Zanu, ikut aku," ajak Vincent.

"Ada apa Vincent? Aku mau di bawa kemana?" tanyaku dengan nada sedikit menolak.

"Kita ke kantin depan,"

Aku menurutinya dan genggaman tangan itu belum juga lepas. Banyak teman-teman yang memperhatikan.

Sesampainya di kantin, aku dan Vincent duduk berdampingan. Tidak banyak orang di kantin, tapi juga tidak terlalu sepi.

"Zanu. Apa kamu jadi kuliah? Kamu kuliah di mana? Jauhkah?" tanya Vincent.

"Jangan lupakan aku Zanu. Aku gak mau kehilangan kamu lagi," ujarnya lagi.

"Iya, aku kuliah. Di kota P. Tidak terlalu jauh bukan dari sini?" jawabku.

"Aku gak kuliah Zanu. Karena Papa ingin aku meneruskan usahanya," ucap Vincent dengan raut wajah sedih.

"Gak ada salahnya membantu orang tua sendiri?" tanyaku.

"Aku tau itu Zanu. Tapi, sebenarnya aku ingin kuliah di tempat yang sama denganmu. Supaya kita bisa selalu bersama," harap Vincent.

"Zanu, aku gak tau perasaanku ini dinamakan apa, tapi yang pasti aku gak mau kehilanganmu,"

"Sudahlah Vincent, kamu ingat saja perkataanku dua minggu yang lalu dan kita sudah berkomitmen. Kita hanya bisa berdo'a semoga bisa bertemu kembali,"

"Entahlah Zanu, aku merasa kita gak akan bertemu lagi,"

"Huss...! Kamu gak boleh bicara sembarangan, gak baik,"

Sejenak suasana menjadi hening.

"Di mana pacarmu, kok gak keliatan?" aku mengalihkan pembicaraan.

"Dia sudah pulang, tadi kita bertengkar. Dan aku sempat katakan bahwa aku menyukaimu Zanu. Dia juga kaget, ternyata kamu dan aku pernah pacaran," jawab Vincent santai.

"Wah, bisa-bisa aku dimusuhin nih sama pacar kamu," ledekku.

"Gak akan, apa hak dia musuhin kamu. Tenang, ada aku," Vincent membelaku.

"Aku antar pulang ya Zanu,"

"Maaf Vincent, aku dan Zuri mau di jemput Mama jam satu siang,"

"Bearti sebentar lagi dong. Kita pesan es saja ya sambil menunggu Mamamu datang,"

"Oke,"

Aku dan Vincent mengobrol sambil makan kwaci. Terlihat suasana saat ini begitu menyenangkan buat kita berdua.

Tapi ada perasaan bersalahku terhadap pacarnya Vincent.

Tidak berapa lama kemudian, dari kejauhan aku melihat mobil Mama menghampiri gerbang Sekolah. Dan kebetulan Zuri sudah berada di luar gerbang.

Berat hati rasanya meninggalkan Sekolah, teman, Guru dan terutama Vincent.

"Vincent, aku pulang dulu. Maaf kali ini aku menolak tawaranmu," ujarku lirih.

"Iya Zanu. Kalau sempat besok-besok aku main kerumahmu ya," jawabnya.

"Oke, aku tunggu. Bye,"

"Bye,"

Aku berjalan menuju mobil Mama dan memanggil Zuri. Saat mobil mulai melaju, aku lihat Vincent termangu melihatku dari jauh.

~Vincent, kenapa cerita kita jadi seperti ini.~

Terasa hatiku bersedih. Entah itu pertanda apa, aku tidak tau.

...****************...

Terpopuler

Comments

Isfha Hariyani Isfha Hariyani

Isfha Hariyani Isfha Hariyani

duh sedih banget. lanjut

2022-05-30

1

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 : Tamu
2 BAB 2 : Mantan Pacar
3 BAB 3 : Apa Ini Dinamakan Cemburu?
4 BAB 4 : Curhat
5 BAB 5 : Ujian Akhir
6 BAB 6 : Tito, Secepat Itukah ?
7 BAB 7 : Mulai Santai
8 BAB 8 : Perpisahan Sekolah
9 BAB 9 : Diantara Dua
10 BAB 10 : Argument
11 BAB 11 : Dia Pergi
12 BAB 12 : UMPTN
13 BAB 13 : Tak Terduga
14 BAB 14 : Ospek
15 BAB 15 : Kos-kosan
16 BAB 16 : Bram
17 BAB 17 : Ospek 2
18 BAB 18 : Perempuan Cantik
19 BAB 19 : Heboh
20 BAB 20 : Ospek 3
21 BAB 21 : Mampir
22 BAB 22 : Gosip
23 BAB 23 : Ospek Terakhir
24 BAB 24 : Berkemah
25 BAB 25 : Tenda
26 BAB 26 : Mandi Di Sungai
27 BAB 27 : Siapakah Bram?
28 BAB 28 : Urusan Bram
29 BAB 29 : Hiking
30 BAB 30 : Foto Itu
31 BAB 31 : Bertengkar
32 BAB 32 : Hadiah
33 BAB 33 : Si Pelaku
34 BAB 34 : Perkemahan Berakhir
35 BAB 35 : Korban
36 BAB 36 : Kepo Again
37 BAB 37 : Pulang
38 BAB 38 : Vincent Terluka
39 BAB 39 : Date Pertamaku
40 BAB 40 : Ungkapan
41 BAB 41 : Pengakuan Bram
42 BAB 42 : Hadiah Lagi
43 BAB 43 : Kangen Kosan
44 BAB 44 : Kasus Selesai
45 BAB 45 : Kantin
46 BAB 46 : Cinta
47 BAB 47 : Pabrik
48 BAB 48 : Amarah Bram
49 BAB 49 : Balik
50 BAB 50 : Novel
51 BAB 51 : Penghuni Baru
52 BAB 52 : Bram dan Gilang
53 BAB 53 : Jadi Perkara
54 BAB 54 : Sunset
55 BAB 55 : Ternyata Anak Rektor?
56 BAB 56 : Ada Apa Prita?
57 BAB 57 : Pria Asing
58 BAB 58 : Berenang
59 BAB 59 : Sayang
60 BAB 60 : Ciuman Pertama
61 BAB 61 : Target Gilang
62 BAB 62 : Cargalla dan Ox
63 BAb 63 : Bantuan Bram
64 BAB 64 : Papa Marah
65 BAB 65 : Damar
66 BAB 66 : Singgah Dulu
67 BAB 67 : Hotel
68 BAB 68 : Gedung Tua
69 BAB 69 : Rumah Sakit
70 BAB 70 : 2 Jam
71 BAB 71 : ICU
72 BAB 72 : Keputusan Yang Berat
73 BAB 73 : Ancaman
74 BAB 74 : Masalah Bertambah
75 BAB 75 : Dramatis
76 BAB 76 : Bram Kembali
77 BAB 77 : Cerita
78 BAB 78 : Belum Muncul
79 BAB 79 : Atif Dan Prita
80 BAB 80 : Ku Katakan Saja
81 BAB 81 : Kecelakaan
82 BAB 82 : Histeris
83 BAB 83 : Panik
84 BAB 84 : Cerita Dilema
85 BAB 85 : Gadis Remaja
86 BAB 86 : Laura
87 BAB 87 : Penjualan Baja
88 BAB 88 : Keterangan
89 BAB 89 : Good Night
90 BAB 90 : Orang Tua
91 BAB 91 : Melayat
92 BAB 92 : Izin
93 BAB 93 : Nasehat Papa
94 BAB 94 : Kebun Rambutan
95 BAB 95 : Mawar Merah
96 BAB 96 : Handuk
97 BAB 97 : Perawat
98 BAB 98 : Kamar Rahasia
99 BAB 99 : Berjamaah
100 BAB 100 : Dansa
101 BAB 101 : Prita Tidak Ada
102 BAB 102 : Kak Siska
103 BAB 103 : Rumah Dinas
104 BAB 104 : Tolong
105 BAB 105 : Keajaiban
106 BAB 106 : Sacia
107 BAB 107 : Teman Lama
108 BAB 108 : Pertemuan
109 BAB 109 : Lutfa
110 BAB 110 : Koma Lagi
111 BAB 111 : Privat Jet
112 BAB 112 : Bram Sibuk
113 BAB 113 : Switzerland
114 BAB 114 : Ujang
115 BAB 115 : Ricard
116 BAB 116 : Kerumah Bram Lagi
117 BAB 117 : Biliar
118 BAB 118 : Rias
119 BAB 119 : Tamu Utama
120 BAB 120 : Gelora Asmara
121 BAB 121 : Hujan
122 BAB 122 : Restu
123 BAB 123 : Pak Boil
124 BAB 124 : Showroom
125 BAB 125 : Pemberian Damar
126 BAB 126 : Cafe Baru
127 BAB 127 : Guru Privatku Bernama Bayu
128 BAB 128 : Perintah Bram
129 BAB 129 : Bos Kecil
130 BAB 130 : Izin Bram
131 BAB 131 : Warung
132 BAB 132 : Sudah Bisa Bicara
133 BAB 133 : Mami Kos Usus Buntu
134 BAB 134 : Berita Di Televisi
135 BAB 135 : Mami and Papi
136 BAB 136 : Bintang
137 BAB 137 : Teman Vs Teman
138 BAB 138 : Semua Karyawan Meeting
139 BAB 139 : Kenapa Aku?
140 BAB 140 : Pemecatan Mandor Pabrik
141 BAB 141 : Asisten Manager
142 BAB 142 : Jangan Tinggalkan Aku
143 BAB 143 : Selamat Jalan Sayang
144 BAB 144 : Kenangan
145 BAB 145 : Penantian
146 BAB 146 : Keponakan Mami Adalah..
147 BAB 147 : Mengingat Kenangan
148 BAB 148 : Hampa
149 BAB 149 : Curhat Zuri
150 BAB 150 : Mesjid
151 BAB 151 : Ke Dermaga
152 BAB 152 : Diskusi
153 BAB 153 : Lampu Merah
154 BAB 154 : Bodyguard Bram Muncul
155 BAB 155 : Misi
156 BAB 156 : Surat
157 BAB 157 : Keceplosan
158 BAB 158 : Pesan Pak Tio
159 BAB 159 : Terus Terang
160 BAB 160 : Nur Ibzan
161 BAB 161 : Thelma
162 BAB 162 : Surat Vincent
163 BAB 163 : Ruang Kerjaku
164 BAB 164 : Gratis
165 BAB 165 : Meeting
166 BAB 166 : Aku Pengganti Bram
Episodes

Updated 166 Episodes

1
BAB 1 : Tamu
2
BAB 2 : Mantan Pacar
3
BAB 3 : Apa Ini Dinamakan Cemburu?
4
BAB 4 : Curhat
5
BAB 5 : Ujian Akhir
6
BAB 6 : Tito, Secepat Itukah ?
7
BAB 7 : Mulai Santai
8
BAB 8 : Perpisahan Sekolah
9
BAB 9 : Diantara Dua
10
BAB 10 : Argument
11
BAB 11 : Dia Pergi
12
BAB 12 : UMPTN
13
BAB 13 : Tak Terduga
14
BAB 14 : Ospek
15
BAB 15 : Kos-kosan
16
BAB 16 : Bram
17
BAB 17 : Ospek 2
18
BAB 18 : Perempuan Cantik
19
BAB 19 : Heboh
20
BAB 20 : Ospek 3
21
BAB 21 : Mampir
22
BAB 22 : Gosip
23
BAB 23 : Ospek Terakhir
24
BAB 24 : Berkemah
25
BAB 25 : Tenda
26
BAB 26 : Mandi Di Sungai
27
BAB 27 : Siapakah Bram?
28
BAB 28 : Urusan Bram
29
BAB 29 : Hiking
30
BAB 30 : Foto Itu
31
BAB 31 : Bertengkar
32
BAB 32 : Hadiah
33
BAB 33 : Si Pelaku
34
BAB 34 : Perkemahan Berakhir
35
BAB 35 : Korban
36
BAB 36 : Kepo Again
37
BAB 37 : Pulang
38
BAB 38 : Vincent Terluka
39
BAB 39 : Date Pertamaku
40
BAB 40 : Ungkapan
41
BAB 41 : Pengakuan Bram
42
BAB 42 : Hadiah Lagi
43
BAB 43 : Kangen Kosan
44
BAB 44 : Kasus Selesai
45
BAB 45 : Kantin
46
BAB 46 : Cinta
47
BAB 47 : Pabrik
48
BAB 48 : Amarah Bram
49
BAB 49 : Balik
50
BAB 50 : Novel
51
BAB 51 : Penghuni Baru
52
BAB 52 : Bram dan Gilang
53
BAB 53 : Jadi Perkara
54
BAB 54 : Sunset
55
BAB 55 : Ternyata Anak Rektor?
56
BAB 56 : Ada Apa Prita?
57
BAB 57 : Pria Asing
58
BAB 58 : Berenang
59
BAB 59 : Sayang
60
BAB 60 : Ciuman Pertama
61
BAB 61 : Target Gilang
62
BAB 62 : Cargalla dan Ox
63
BAb 63 : Bantuan Bram
64
BAB 64 : Papa Marah
65
BAB 65 : Damar
66
BAB 66 : Singgah Dulu
67
BAB 67 : Hotel
68
BAB 68 : Gedung Tua
69
BAB 69 : Rumah Sakit
70
BAB 70 : 2 Jam
71
BAB 71 : ICU
72
BAB 72 : Keputusan Yang Berat
73
BAB 73 : Ancaman
74
BAB 74 : Masalah Bertambah
75
BAB 75 : Dramatis
76
BAB 76 : Bram Kembali
77
BAB 77 : Cerita
78
BAB 78 : Belum Muncul
79
BAB 79 : Atif Dan Prita
80
BAB 80 : Ku Katakan Saja
81
BAB 81 : Kecelakaan
82
BAB 82 : Histeris
83
BAB 83 : Panik
84
BAB 84 : Cerita Dilema
85
BAB 85 : Gadis Remaja
86
BAB 86 : Laura
87
BAB 87 : Penjualan Baja
88
BAB 88 : Keterangan
89
BAB 89 : Good Night
90
BAB 90 : Orang Tua
91
BAB 91 : Melayat
92
BAB 92 : Izin
93
BAB 93 : Nasehat Papa
94
BAB 94 : Kebun Rambutan
95
BAB 95 : Mawar Merah
96
BAB 96 : Handuk
97
BAB 97 : Perawat
98
BAB 98 : Kamar Rahasia
99
BAB 99 : Berjamaah
100
BAB 100 : Dansa
101
BAB 101 : Prita Tidak Ada
102
BAB 102 : Kak Siska
103
BAB 103 : Rumah Dinas
104
BAB 104 : Tolong
105
BAB 105 : Keajaiban
106
BAB 106 : Sacia
107
BAB 107 : Teman Lama
108
BAB 108 : Pertemuan
109
BAB 109 : Lutfa
110
BAB 110 : Koma Lagi
111
BAB 111 : Privat Jet
112
BAB 112 : Bram Sibuk
113
BAB 113 : Switzerland
114
BAB 114 : Ujang
115
BAB 115 : Ricard
116
BAB 116 : Kerumah Bram Lagi
117
BAB 117 : Biliar
118
BAB 118 : Rias
119
BAB 119 : Tamu Utama
120
BAB 120 : Gelora Asmara
121
BAB 121 : Hujan
122
BAB 122 : Restu
123
BAB 123 : Pak Boil
124
BAB 124 : Showroom
125
BAB 125 : Pemberian Damar
126
BAB 126 : Cafe Baru
127
BAB 127 : Guru Privatku Bernama Bayu
128
BAB 128 : Perintah Bram
129
BAB 129 : Bos Kecil
130
BAB 130 : Izin Bram
131
BAB 131 : Warung
132
BAB 132 : Sudah Bisa Bicara
133
BAB 133 : Mami Kos Usus Buntu
134
BAB 134 : Berita Di Televisi
135
BAB 135 : Mami and Papi
136
BAB 136 : Bintang
137
BAB 137 : Teman Vs Teman
138
BAB 138 : Semua Karyawan Meeting
139
BAB 139 : Kenapa Aku?
140
BAB 140 : Pemecatan Mandor Pabrik
141
BAB 141 : Asisten Manager
142
BAB 142 : Jangan Tinggalkan Aku
143
BAB 143 : Selamat Jalan Sayang
144
BAB 144 : Kenangan
145
BAB 145 : Penantian
146
BAB 146 : Keponakan Mami Adalah..
147
BAB 147 : Mengingat Kenangan
148
BAB 148 : Hampa
149
BAB 149 : Curhat Zuri
150
BAB 150 : Mesjid
151
BAB 151 : Ke Dermaga
152
BAB 152 : Diskusi
153
BAB 153 : Lampu Merah
154
BAB 154 : Bodyguard Bram Muncul
155
BAB 155 : Misi
156
BAB 156 : Surat
157
BAB 157 : Keceplosan
158
BAB 158 : Pesan Pak Tio
159
BAB 159 : Terus Terang
160
BAB 160 : Nur Ibzan
161
BAB 161 : Thelma
162
BAB 162 : Surat Vincent
163
BAB 163 : Ruang Kerjaku
164
BAB 164 : Gratis
165
BAB 165 : Meeting
166
BAB 166 : Aku Pengganti Bram

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!