BAB 5 : Ujian Akhir

Senin, Mei 2000.

Seperti biasa, setiap pagi Mama menyiapkan sarapan sebelum mandi dan setelah itu bersiap-siap ke kantor.

Urusan mengantar ke Sekolah itu tugasnya Mama, karena kantornya Mama searah dengan Sekolahku dan Zuri. Sedangkan kantor Papa berada tidak terlalu jauh dari rumah kita.

Hari ini aku ujian pertama Ebtanas, tahun 2022 yang sekarang lebih dikenal dengan istilah UNBK.

Sesampai di kelas, aku langsung menuju tempat duduk berdasarkan nomor ujian yang sudah dibagikan wali kelas masing-masing sebelum ujian.

*********

Ujian di mulai.

"Baik anak-anak, hari ini ujian pertama kita laksanakan. Semua buku dan tas kumpulkan ke depan di atas meja Guru, siapkan alat tulis dan jangan lupa berdo'a sebelum ujian," ujar pengawas ujian.

"Bapak harap kalian tidak ada kerjasama dan jangan terburu-buru menjawab soal. Baik, ujian kita mulai dengan Bismillah," ujarnya lagi.

Pengawas ujian membuka kertas soal yang masih tersegel rapi dan membagikannya satu-persatu di atas meja murid.

Saat ujian berlangsung, aku melihat teman-teman izin gantian keluar. Aku penasaran dong.

Aku ikutan izin dengan alasan ke toilet.

Saat mau masuk ke sana, terlihat di dekat pintu toilet, banyak yang antri dan bahkan ada yang terang-terangan diskusi mengenai soal jawaban.

"Hei Zanu, kamu di sini juga?" ujar Ratna yang tiba-tiba menepuk bahuku.

"Eh, iya.. Aku penasaran kenapa teman-teman gantian izin keluar," jawabku tersenyum kecil.

"Lho, kamu gak tau ya? Kita sudah diskusi tentang ini, mungkin waktu itu kamu gak hadir, jadi gak tau deh," ujar Ratna.

"Diskusi tentang apa?"

"Bagi siapa yang tau jawabannya dan bersedia memberikan jawaban, bisa ke toilet dan tulis di dinding,"

"Hah!!

Di dalam toilet, terlihat ada yang sedang menulis jawaban di dinding dan yang lainnya menulis di telapak tangan atau kertas kecil.

Aku kaget dan merasa lucu karena toilet menjadi ramai seperti di pasar atau tempat diskusi politik yang epik.

"Kamu gak ikut lihat Zanu?" ujar Ratna.

"Gak, kita kan gak tau itu jawabannya betul apa salah. Tadinya sekalian mau buang air kecil, tapi lihat begini, gak jadilah," jawabku.

"Iya sih, aku ke kelas dulu ya,"

"Sekalian saja, aku juga mau ke kelas,"

"Yok.."

Aku dan Ratna berjalan ke lokasi ujian masing-masing.

Aku masuk ke kelas dan baru saja duduk, Tito menoleh ke arahku.

"Ssttt.., ssttt.. Zanu, kamu sudah dapat jawabannya belum, bantuin dong," ujar Tito dengan suara berbisik.

"Aku gak tau Tito, kalau mau di toilet sudah ada jawabannya," jawabku singkat.

"Trus kamu ke toilet ngapain?" tanyanya lagi.

"Mau buang air kecil, tapi toiletnya rame, ya gak jadi,"

"Ya sudah, aku izin dulu,"

"Sukses ya,"

Aku melanjutkan kembali menjawab soal-soal ujian. Aku berfikir keras untuk bisa menjawab soal dari termudah hingga yang tersulit.

"Oke anak-anak, waktu kita tinggal sepuluh menit lagi. Silahkan kumpulkan kertas jawabannya bagi yang sudah selesai. Dan cek ulang bagi yang hampir selesai," ujar pengawas.

Aku sedikit kewalahan saat sesi terakhir. Berharap ada keajaiban jawabannya bisa betul semua.

********

Kriiingg....!

"Anak-anak, silahkan kumpulkan kertasnya. Waktu ujian sudah selesai. Bapak hitung mundur dari hitungan ke sepuluh. Sepuluh, sembilan...," ucap pengawas sambil menyusun kertas-kertas yang sedikit berserakan di atas mejanya.

"Ini Pak kertasnya," ujarku nelangsa, sambil menyerahkan kertas jawaban dan kemudian berlalu dari meja pengawas.

~Huh.., kenapa jadi khawatir begini ya, padahal aku sudah belajar siang dan malam.~

Aku bergegas mengambil tas dan keluar kelas. Terlihat teman-temanku sibuk membahas soal-soal tadi di lorong kelas.

Ada yang terdiam, ada yang kegirangan dapat jawaban dan ada juga yang krasak kerusuk membaca ulang buku untuk mencari jawaban yang benar.

"Zanu...!"

Aku berpaling dan melihat Ratna menghampiriku.

"Yap, ada apa Ratna?" ujarku sambil tetap berjalan.

"Pulang bareng kita ya. Eh, bagaimana tadi, kamu bisa jawab semuanya?" tanya Ratna.

"Gak tau, aku cuma pusing saja. Pertanyaannya banyak keluar dari yang aku baca selama di rumah. Banyak pertanyaan yang menjebak. Mumet aku," jawabku.

"Iya sih, aku dengar banyak teman yang kurang paham dengan pertanyaan ujian tadi. Tapi, sebagian banyak yang betul karena mereka dapat jawaban yang ada di toilet,"

"Wah, itu termasuk curang..,"

"Udahlah, kamu gak usah pikirkan itu. Yang penting kita belajar terus di rumah. Yok kita ke warung dulu sambil menunggu jemputan,"

"Okelah..,"

********

Kita jalan ke warung yang ada di luar gerbang Sekolah. Aku langsung menuju tempat buah. Dari kejauhan sudah terlihat warna merah merona yaitu semangka.

Yup, aku suka sekali semangka, setiap ke warung ini pasti makan semangka dulu. Apalagi di saat siang cuaca panas begini, lega rasanya tenggorokanku kalau sudah di lewati semangka.

"Zanu, dari tadi lihat Dice gak? Apa dia sudah pulang duluan ya?" tanya Ratna sambil mengunyah kacang goreng.

"Mungkin," jawabku sekenanya sambil lahap makan semangka.

"Oiya, aku dapat pesan dari Dice. Kalau Vincent mau menemuimu pas ujian terakhir," ujar Ratna sambil menoleh serius ke arahku.

"Hah!! Beneran?" jawabku tersentak kaget. Untung semangka ditanganku tidak jatuh.

"Iyaaa..., sepertinya ada sesuatu yang ingin dia utarakan sama kamu. Bentar lagi kita kan selesai Sekolah dan masing-masing dari kita pasti mencar ke mana-mana. Mungkin Vincent mau balik sama kamu, sebelum kamu kuliah, hi..hi..hi..," jawab Ratna cekikikan sambil mengambil es dan kacang goreng lagi.

"Waduh, kalau bertemu dengannya, rada takut dan salah, karena pernah putusin dia. Gak enak perasaan hatiku," ujarku mengeluh sambil menghela nafas.

*********

#flashback

Teringat waktu itu, dia menjemputku ke rumah dengan motor balapnya.

Aku kaget dong, karena tiba-tiba dia muncul di depan rumah dan mengatakan mau membawa aku ke suatu tempat.

"Zanu, ikut aku yuk sebentar. Aku mau menunjukkan sesuatu ke kamu, sebuah kejutan. Aku gak pernah membawa cewek lain ke tempat itu, kecuali kamu Zanu" ucap Vincent penuh harap.

"Hhmm.., mau ke mana ya?" jawabku penasaran.

"Kalau aku beritahu sekarang, bukan kejutan lagi namanya," jawab Vincent sambil terus melihatku.

"Hhmm.., oke. Dijamin aman kan tempatnya, aku gak diapa-apain kan?"

"Iya gak lah, memangnya aku apaan,"

"Ya sudah, mari kita go. Aku izin Mama dulu,"

Aku berlari kecil ke dalam rumah. Aku diizinkan Mama tapi dengan syarat hanya satu jam saja dan jangan keluyuran kemana-mana setelahnya. Harus bisa jaga diri, kalau ada apa-apa harus lari dan teriak.

~Duh Mama, nasehatnya bisa panjang kali lebar kalau aku tidak aku hentikan segera.~

Aku udah hafal semua nasehat Mama, karena hampir setiap hari isinya selalu sama.

Akhirnya aku dan Vincent jalan. Sepanjang jalan kita hanya diam dan sekali-sekali Vincent menoleh ke belakang untuk melihatku.

Motor Vincent kemudian berhenti di halaman satu rumah, yang menurutku rumahnya sangat bagus dan besar. Aku pikir ini rumah temannya Vincent.

"Yuk turun, kita langsung saja masuk," ujar Vincent sambil menarik tanganku.

"Ini rumah siapa dan mau ngapain kita ke sini?" tanyaku heran.

"Nanti kamu juga akan tau Zanu, yuk," jawab Vincent dan kemudian membuka pintu depan rumah tersebut.

Aku masuk dan dipersilahkan duduk. Aku lihat Vincent langsung masuk ke dalam ruangan lain dan tiba-tiba muncul bersama perempuan. Kemudian di susul anak perempuan yang masih kecil.

"Zanu, perkenalkan Kakak dan Adikku," ucap Vincent dengan senyum sumringah.

Aku kaget! Jantungku langsung berdegup kencang. Aku dan Vincent baru beberapa hari jadian, tapi terlalu cepat dia membawaku ke rumah dan memperkenalkan keluarganya.

"Eh.., Kakak, aku Zanu," ucapku sambil menyodorkan tanganku ke kakaknya Vincent.

"Ohhh, ini yang namanya Zanu ya.., pantesan Vincent bawa ke sini. Belum pernah tuh Vincent bawa ceweknya ke sini, baru Zanu," ujar kakaknya tersenyum sumringah.

Aku tersipu-sipu mendengar penjelasan kakak Vincent. Kulihat adik perempuannya tersenyum senang dan seketika duduk disebelahku.

"Hai Kak Zanu, Kakak cantik ya.., Abang Vincent ngomongin Kakak terus lho di rumah. Kita semua jadi penasaran dan akhirnya Abang mau bawa Kakak ke sini," ucap adiknya sambil melihatku terus.

"Kakak ke dalam dulu ya, Zanu mau minum air dingin apa panas?" tanya kakak Vincent.

"Dingin saja Kak," jawabku.

"Oke,"

Tanpa kusadari Vincent hilang, tidak ada di ruangan ini lagi.

~Vincent ke mana? Kok menghilang ?~

"Kak, Kakak punya Adik gak?" tanya adiknya Vincent yang sedari tadi masih memperhatikanku.

"Ada, namanya Zuri. Sekarang sudah kelas satu SMA," jawabku gemas melihat adik Vincent yang lucu dan cantik.

"Oo.., pasti cantik juga sama seperti Kakak yah," ucapnya lagi.

Aku cuma mengangguk kecil dan tersenyum sambil mencubit pipi adik Vincent dengan lembut.

Seketika muncul kakak Vincent dari ruang belakang membawa baki berisi minuman berwarna merah bercampur es, sepertinya sirup.

"Nah, ini Kakak bawakan sirup dingin. Di makan juga kue-kuenya Zanu," ujar kakak Vincent sambil meletakkan gelas di atas meja satu persatu.

Kulihat di meja memang ada beberapa toples berisi kue-kue kering, sedari tadi aku tidak menyadarinya.

Dan tiba-tiba keluar seseorang separuh baya dari balik ruangan lain. Aku sudah menduga kalau itu adalah ibunya Vincent.

~Aduh! Aku mulai deg-degan.~

"Mama.., ini temannya Vincent, Zanu," ujar kakak Vincent menoleh ke belakang saat melihat ibunya muncul.

"Oiya nak Zanu. Apa kabarnya?" tanya ibu Vincent dengan ramah.

"Baik Bu,"

Aku berdiri dan menghampiri ibu Vincent, menjabat tangan dan menciumnya. Aku kembali tersipu-sipu malu sambil menundukkan kepala.

Aku masih mencari-cari keberadaan Vincent, kenapa dia meninggalkanku sendirian menghadapi semua ini. Ini baru terjadi dalam hidupku.

"Ayo silahkan di minum airnya, kuenya juga. Ini buatan Ibu sendiri, mari di coba," ucap Ibu Vincent lagi.

"Iya Bu," jawabku sambil membuka toples yang berisikan kue salju.

"Zanu, Ibu tinggal dulu ya, soalnya Ibu lagi masak di dapur. Takutnya masakan Ibu gosong," ujar ibu Vincent sambil tersenyum.

"Iya, tidak apa-apa Bu," jawabku sambil menarik kue yang akan kumasukkan ke dalam mulut.

Ibu Vincent bergegas ke dalam dan tinggallah aku bersama kakak, adik Vincent di ruang tamu.

Tiba-tiba Vincent masuk melewati pintu depan dan langsung duduk disampingku.

"Bagaimana, kamu sudah kenal sama keluargaku kan?" tanya Vincent.

Kulihat Vincent tersenyum kemenangan karena sudah membiarkan aku sendirian di sini.

"Sudah. Tadi kamu dari mana sih? Kenapa aku di tinggal sendirian?" tanyaku sedikit kesal.

"Oo.., tadi ke rumah teman, tuh rumahnya di seberang jalan. Oiya, ini mau satu jam, aku antar kamu pulang ya,"

"Oke, tapi izin dulu sama Ibu kalau aku mau pulang,"

Vincent melangkahkan kaki menuju ke dapur.

~Semoga saja tidak telat pas sampai rumah, harapku.~

"Kak Zanu, besok-besok main ke sini lagi, kita belum sempat main lho," celetuk adiknya Vincent.

"Iya, InsyaAllah Kakak ke sini lagi. Nanti siapkan saja maunya main apa,"

"Baik Kak,"

Kulihat Vincent keluar dari dapur bersama ibunya. Lalu aku pamit sama ibu, kakak dan adik Vincent.

Sampai teras depan, Ibu Vincent berpesan, supaya aku mampir lagi kerumahnya. Aku hanya mengucapkan InsyaAllah.

Saat dalam perjalanan pulang, terlihat raut wajah Vincent begitu bahagia.

"Zanu, terima kasih untuk hari ini," ucap Vincent kemudian.

Aku mengangguk dan tersenyum.

*********

#waktu sekarang

"Zanu, Zanu. Hei! Zanuuuu...!"

Tiba-tiba terdengar suara sayup-sayup ditelingaku. Dan ternyata itu Ratna yang sedari tadi memanggil namaku.

"Zanu! Kenapa kamu diam, ada apa?" ujar Ratna keheranan melihat sikapku kali ini.

"Eh, maaf Ratna, aku sedang memikirkan Vincent," jawabku agak pelan.

"Owalah.., kirain kamu kesambet apa, bengongnya kok lama. Tuh, Mamamu sudah datang. Abis ujian saja kita cerita tentang Vincentmu itu,"

"Baiklah Ratna, aku pulang duluan,"

"Yoi, hati-hati di jalan,"

Aku bergegas berjalan menuju mobil Mama yang sedang berhenti di pinggir jalan. Zuri sudah duluan berada di dalam mobil.

Rumahku dan Ratna berlawanan arah, jadi tidak bisa pulang bareng.

Mobil melaju menuju rumah.

Selama perjalanan pulang aku lebih banyak diam. Aku masih mengingat Vincent dan penasaran apa yang akan terjadi di saat nanti kita bertemu.

...****************...

Episodes
1 BAB 1 : Tamu
2 BAB 2 : Mantan Pacar
3 BAB 3 : Apa Ini Dinamakan Cemburu?
4 BAB 4 : Curhat
5 BAB 5 : Ujian Akhir
6 BAB 6 : Tito, Secepat Itukah ?
7 BAB 7 : Mulai Santai
8 BAB 8 : Perpisahan Sekolah
9 BAB 9 : Diantara Dua
10 BAB 10 : Argument
11 BAB 11 : Dia Pergi
12 BAB 12 : UMPTN
13 BAB 13 : Tak Terduga
14 BAB 14 : Ospek
15 BAB 15 : Kos-kosan
16 BAB 16 : Bram
17 BAB 17 : Ospek 2
18 BAB 18 : Perempuan Cantik
19 BAB 19 : Heboh
20 BAB 20 : Ospek 3
21 BAB 21 : Mampir
22 BAB 22 : Gosip
23 BAB 23 : Ospek Terakhir
24 BAB 24 : Berkemah
25 BAB 25 : Tenda
26 BAB 26 : Mandi Di Sungai
27 BAB 27 : Siapakah Bram?
28 BAB 28 : Urusan Bram
29 BAB 29 : Hiking
30 BAB 30 : Foto Itu
31 BAB 31 : Bertengkar
32 BAB 32 : Hadiah
33 BAB 33 : Si Pelaku
34 BAB 34 : Perkemahan Berakhir
35 BAB 35 : Korban
36 BAB 36 : Kepo Again
37 BAB 37 : Pulang
38 BAB 38 : Vincent Terluka
39 BAB 39 : Date Pertamaku
40 BAB 40 : Ungkapan
41 BAB 41 : Pengakuan Bram
42 BAB 42 : Hadiah Lagi
43 BAB 43 : Kangen Kosan
44 BAB 44 : Kasus Selesai
45 BAB 45 : Kantin
46 BAB 46 : Cinta
47 BAB 47 : Pabrik
48 BAB 48 : Amarah Bram
49 BAB 49 : Balik
50 BAB 50 : Novel
51 BAB 51 : Penghuni Baru
52 BAB 52 : Bram dan Gilang
53 BAB 53 : Jadi Perkara
54 BAB 54 : Sunset
55 BAB 55 : Ternyata Anak Rektor?
56 BAB 56 : Ada Apa Prita?
57 BAB 57 : Pria Asing
58 BAB 58 : Berenang
59 BAB 59 : Sayang
60 BAB 60 : Ciuman Pertama
61 BAB 61 : Target Gilang
62 BAB 62 : Cargalla dan Ox
63 BAb 63 : Bantuan Bram
64 BAB 64 : Papa Marah
65 BAB 65 : Damar
66 BAB 66 : Singgah Dulu
67 BAB 67 : Hotel
68 BAB 68 : Gedung Tua
69 BAB 69 : Rumah Sakit
70 BAB 70 : 2 Jam
71 BAB 71 : ICU
72 BAB 72 : Keputusan Yang Berat
73 BAB 73 : Ancaman
74 BAB 74 : Masalah Bertambah
75 BAB 75 : Dramatis
76 BAB 76 : Bram Kembali
77 BAB 77 : Cerita
78 BAB 78 : Belum Muncul
79 BAB 79 : Atif Dan Prita
80 BAB 80 : Ku Katakan Saja
81 BAB 81 : Kecelakaan
82 BAB 82 : Histeris
83 BAB 83 : Panik
84 BAB 84 : Cerita Dilema
85 BAB 85 : Gadis Remaja
86 BAB 86 : Laura
87 BAB 87 : Penjualan Baja
88 BAB 88 : Keterangan
89 BAB 89 : Good Night
90 BAB 90 : Orang Tua
91 BAB 91 : Melayat
92 BAB 92 : Izin
93 BAB 93 : Nasehat Papa
94 BAB 94 : Kebun Rambutan
95 BAB 95 : Mawar Merah
96 BAB 96 : Handuk
97 BAB 97 : Perawat
98 BAB 98 : Kamar Rahasia
99 BAB 99 : Berjamaah
100 BAB 100 : Dansa
101 BAB 101 : Prita Tidak Ada
102 BAB 102 : Kak Siska
103 BAB 103 : Rumah Dinas
104 BAB 104 : Tolong
105 BAB 105 : Keajaiban
106 BAB 106 : Sacia
107 BAB 107 : Teman Lama
108 BAB 108 : Pertemuan
109 BAB 109 : Lutfa
110 BAB 110 : Koma Lagi
111 BAB 111 : Privat Jet
112 BAB 112 : Bram Sibuk
113 BAB 113 : Switzerland
114 BAB 114 : Ujang
115 BAB 115 : Ricard
116 BAB 116 : Kerumah Bram Lagi
117 BAB 117 : Biliar
118 BAB 118 : Rias
119 BAB 119 : Tamu Utama
120 BAB 120 : Gelora Asmara
121 BAB 121 : Hujan
122 BAB 122 : Restu
123 BAB 123 : Pak Boil
124 BAB 124 : Showroom
125 BAB 125 : Pemberian Damar
126 BAB 126 : Cafe Baru
127 BAB 127 : Guru Privatku Bernama Bayu
128 BAB 128 : Perintah Bram
129 BAB 129 : Bos Kecil
130 BAB 130 : Izin Bram
131 BAB 131 : Warung
132 BAB 132 : Sudah Bisa Bicara
133 BAB 133 : Mami Kos Usus Buntu
134 BAB 134 : Berita Di Televisi
135 BAB 135 : Mami and Papi
136 BAB 136 : Bintang
137 BAB 137 : Teman Vs Teman
138 BAB 138 : Semua Karyawan Meeting
139 BAB 139 : Kenapa Aku?
140 BAB 140 : Pemecatan Mandor Pabrik
141 BAB 141 : Asisten Manager
142 BAB 142 : Jangan Tinggalkan Aku
143 BAB 143 : Selamat Jalan Sayang
144 BAB 144 : Kenangan
145 BAB 145 : Penantian
146 BAB 146 : Keponakan Mami Adalah..
147 BAB 147 : Mengingat Kenangan
148 BAB 148 : Hampa
149 BAB 149 : Curhat Zuri
150 BAB 150 : Mesjid
151 BAB 151 : Ke Dermaga
152 BAB 152 : Diskusi
153 BAB 153 : Lampu Merah
154 BAB 154 : Bodyguard Bram Muncul
155 BAB 155 : Misi
156 BAB 156 : Surat
157 BAB 157 : Keceplosan
158 BAB 158 : Pesan Pak Tio
159 BAB 159 : Terus Terang
160 BAB 160 : Nur Ibzan
161 BAB 161 : Thelma
162 BAB 162 : Surat Vincent
163 BAB 163 : Ruang Kerjaku
164 BAB 164 : Gratis
165 BAB 165 : Meeting
166 BAB 166 : Aku Pengganti Bram
Episodes

Updated 166 Episodes

1
BAB 1 : Tamu
2
BAB 2 : Mantan Pacar
3
BAB 3 : Apa Ini Dinamakan Cemburu?
4
BAB 4 : Curhat
5
BAB 5 : Ujian Akhir
6
BAB 6 : Tito, Secepat Itukah ?
7
BAB 7 : Mulai Santai
8
BAB 8 : Perpisahan Sekolah
9
BAB 9 : Diantara Dua
10
BAB 10 : Argument
11
BAB 11 : Dia Pergi
12
BAB 12 : UMPTN
13
BAB 13 : Tak Terduga
14
BAB 14 : Ospek
15
BAB 15 : Kos-kosan
16
BAB 16 : Bram
17
BAB 17 : Ospek 2
18
BAB 18 : Perempuan Cantik
19
BAB 19 : Heboh
20
BAB 20 : Ospek 3
21
BAB 21 : Mampir
22
BAB 22 : Gosip
23
BAB 23 : Ospek Terakhir
24
BAB 24 : Berkemah
25
BAB 25 : Tenda
26
BAB 26 : Mandi Di Sungai
27
BAB 27 : Siapakah Bram?
28
BAB 28 : Urusan Bram
29
BAB 29 : Hiking
30
BAB 30 : Foto Itu
31
BAB 31 : Bertengkar
32
BAB 32 : Hadiah
33
BAB 33 : Si Pelaku
34
BAB 34 : Perkemahan Berakhir
35
BAB 35 : Korban
36
BAB 36 : Kepo Again
37
BAB 37 : Pulang
38
BAB 38 : Vincent Terluka
39
BAB 39 : Date Pertamaku
40
BAB 40 : Ungkapan
41
BAB 41 : Pengakuan Bram
42
BAB 42 : Hadiah Lagi
43
BAB 43 : Kangen Kosan
44
BAB 44 : Kasus Selesai
45
BAB 45 : Kantin
46
BAB 46 : Cinta
47
BAB 47 : Pabrik
48
BAB 48 : Amarah Bram
49
BAB 49 : Balik
50
BAB 50 : Novel
51
BAB 51 : Penghuni Baru
52
BAB 52 : Bram dan Gilang
53
BAB 53 : Jadi Perkara
54
BAB 54 : Sunset
55
BAB 55 : Ternyata Anak Rektor?
56
BAB 56 : Ada Apa Prita?
57
BAB 57 : Pria Asing
58
BAB 58 : Berenang
59
BAB 59 : Sayang
60
BAB 60 : Ciuman Pertama
61
BAB 61 : Target Gilang
62
BAB 62 : Cargalla dan Ox
63
BAb 63 : Bantuan Bram
64
BAB 64 : Papa Marah
65
BAB 65 : Damar
66
BAB 66 : Singgah Dulu
67
BAB 67 : Hotel
68
BAB 68 : Gedung Tua
69
BAB 69 : Rumah Sakit
70
BAB 70 : 2 Jam
71
BAB 71 : ICU
72
BAB 72 : Keputusan Yang Berat
73
BAB 73 : Ancaman
74
BAB 74 : Masalah Bertambah
75
BAB 75 : Dramatis
76
BAB 76 : Bram Kembali
77
BAB 77 : Cerita
78
BAB 78 : Belum Muncul
79
BAB 79 : Atif Dan Prita
80
BAB 80 : Ku Katakan Saja
81
BAB 81 : Kecelakaan
82
BAB 82 : Histeris
83
BAB 83 : Panik
84
BAB 84 : Cerita Dilema
85
BAB 85 : Gadis Remaja
86
BAB 86 : Laura
87
BAB 87 : Penjualan Baja
88
BAB 88 : Keterangan
89
BAB 89 : Good Night
90
BAB 90 : Orang Tua
91
BAB 91 : Melayat
92
BAB 92 : Izin
93
BAB 93 : Nasehat Papa
94
BAB 94 : Kebun Rambutan
95
BAB 95 : Mawar Merah
96
BAB 96 : Handuk
97
BAB 97 : Perawat
98
BAB 98 : Kamar Rahasia
99
BAB 99 : Berjamaah
100
BAB 100 : Dansa
101
BAB 101 : Prita Tidak Ada
102
BAB 102 : Kak Siska
103
BAB 103 : Rumah Dinas
104
BAB 104 : Tolong
105
BAB 105 : Keajaiban
106
BAB 106 : Sacia
107
BAB 107 : Teman Lama
108
BAB 108 : Pertemuan
109
BAB 109 : Lutfa
110
BAB 110 : Koma Lagi
111
BAB 111 : Privat Jet
112
BAB 112 : Bram Sibuk
113
BAB 113 : Switzerland
114
BAB 114 : Ujang
115
BAB 115 : Ricard
116
BAB 116 : Kerumah Bram Lagi
117
BAB 117 : Biliar
118
BAB 118 : Rias
119
BAB 119 : Tamu Utama
120
BAB 120 : Gelora Asmara
121
BAB 121 : Hujan
122
BAB 122 : Restu
123
BAB 123 : Pak Boil
124
BAB 124 : Showroom
125
BAB 125 : Pemberian Damar
126
BAB 126 : Cafe Baru
127
BAB 127 : Guru Privatku Bernama Bayu
128
BAB 128 : Perintah Bram
129
BAB 129 : Bos Kecil
130
BAB 130 : Izin Bram
131
BAB 131 : Warung
132
BAB 132 : Sudah Bisa Bicara
133
BAB 133 : Mami Kos Usus Buntu
134
BAB 134 : Berita Di Televisi
135
BAB 135 : Mami and Papi
136
BAB 136 : Bintang
137
BAB 137 : Teman Vs Teman
138
BAB 138 : Semua Karyawan Meeting
139
BAB 139 : Kenapa Aku?
140
BAB 140 : Pemecatan Mandor Pabrik
141
BAB 141 : Asisten Manager
142
BAB 142 : Jangan Tinggalkan Aku
143
BAB 143 : Selamat Jalan Sayang
144
BAB 144 : Kenangan
145
BAB 145 : Penantian
146
BAB 146 : Keponakan Mami Adalah..
147
BAB 147 : Mengingat Kenangan
148
BAB 148 : Hampa
149
BAB 149 : Curhat Zuri
150
BAB 150 : Mesjid
151
BAB 151 : Ke Dermaga
152
BAB 152 : Diskusi
153
BAB 153 : Lampu Merah
154
BAB 154 : Bodyguard Bram Muncul
155
BAB 155 : Misi
156
BAB 156 : Surat
157
BAB 157 : Keceplosan
158
BAB 158 : Pesan Pak Tio
159
BAB 159 : Terus Terang
160
BAB 160 : Nur Ibzan
161
BAB 161 : Thelma
162
BAB 162 : Surat Vincent
163
BAB 163 : Ruang Kerjaku
164
BAB 164 : Gratis
165
BAB 165 : Meeting
166
BAB 166 : Aku Pengganti Bram

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!