BAB 4 : Curhat

Klik..

Kubuka jendela kamar, terasa sejuknya angin pagi berhembus menerpa wajahku.

"Zuri, bangun!" ujarku sambil menarik selimutnya.

"Hhmm.. Ini kan hari minggu Kak, aku masih ngantuk nih," jawab Zuri masih dengan mata tertutup sambil menggeliatkan tubuhnya.

"Kita cari sarapan yuk di luar, jalan kaki saja sambil olah raga,"

"Oke, sekalian aku mau cuci mata, mana tau ada cogan lewat,"

"Yaelah, kalau urusan cowok cepat ya,"

"Iya dong, tidak seperti Kakak, serba takut sama cowok. Itu yang dulu, si Vincent, kurang apa coba? Cakep, tajir, idola cewek-cewek di Sekolah dan suka banget sama Kakak. Dia putusin ceweknya cuma karena ingin mendekati Kakak,"

Dahiku berkerut sekaligus kaget, mendengar ucapan Zuri yang aku sendiri tidak tau sama sekali tentang hal itu.

"Dari mana kamu tau Zuri, Kakak saja gak tau lho ceritanya?" tanyaku penasaran.

"Tuh makanya, Kakak jangan kuper. Berita seheboh itu Kakak tidak tau. Ada apa sih Kak, kenapa Kakak dulu putusin dia?" adikku malah balik tanya.

Aku hanya diam mendengar ucapan Zuri. Memang aku orangnya pendiam, serba takut sama yang namanya cowok.

Dan aku tidak bisa pacaran berduaan ke sana kemari sekalipun itu teman cowok. Aku suka keramaian, biar gugupku bisa hilang.

"Kak! Ditanyain kok malah bengong," ujar Zuri mengagetkan lamunanku.

"Temanku yang cerita Kak, Kakaknya temanan sama mantan si Vincent, namanya Leni. Cewek itu diputusin begitu saja, karena Vincent lagi mendekati Kakak. Cewek-cewek di Sekolah pada nyingkir semua karena saingannya Kakakku sendiri," lanjut Zuri menjelaskan.

Aku tidak tau sama sekali kalau ternyata dia idola di Sekolah. Disukai banyak perempuan dan pilihannya ternyata adalah aku.

Tiba-tiba aku ingat sesuatu, dulu teman genknya pernah mengolok-olokku. Mengenai perumahan yang di beli orang tuaku.

Mereka mungkin marah karena Vincent aku putuskan begitu saja. Entahlah, aku belum siap untuk pacaran saat ini.

"Kak! Kalau bengongnya masih lama, aku tidur lagi nih," ucap Zuri, membuatku kaget untuk yang kesekian kalinya.

"Yok, kita jalan! Kakak tunggu di bawah ya," jawabku sambil mengambil dompet dan menuruni anak tangga.

"Oke,"

********

Aku dan Zuri berjalan keluar menuju warung makan yang tidak terlalu jauh dari rumah.

Pagi itu ternyata banyak orang yang seliweran. Ada yang jalan santai, bersepeda, anak-anak main sepatu roda dan nangkring di warung buat sarapan.

"Kak, aku mau makan ketupat gulai pakis sama bubur hitam," ujar Zuri.

"Kita bungkus saja, sekalian pesan buat Papa dan Mama," jawabku.

"Oke Kak, sekalian gorengan juga, Papa suka,"

"Ya..,"

Aku menghampiri penjualnya dan pesan. Sambil menunggu pesanan, terdengar dari kejauhan suara mobil yang bising.

~Sepertinya bunyi mobil itu sama dengan mobilnya si Angga.~

Mobil itu lewat dan ternyata benar kalau itu memang mobilnya Angga.

~Ngapain dia pagi-pagi lewat sini? Apa mau mencari sarapan juga?~

"Nak, ini pesanannya. Bapak bikin dua plastik biar tidak lepas saat di bawa," ujar Bapak yang jualan.

"Oiya Pak, terima kasih. Ini uangnya," jawabku sambil menyodorkan uang yang sudah aku siapkan.

Aku ambil plastiknya dan berjalan ke arah Zuri.

"Yok, pesanan kita udah nih, hayu pulang..," ujarku sambil menarik tangan Zuri.

Saat keluar warung, aku celingak celinguk melihat ke sekeliling. Mencari-cari sosok Bang Angga.

~Eh, keceplosan panggil Abang !~

Aku tersenyum. Sepertinya dia tidak ada di sekitar sini.

"Kak, lagi cari apa sih? Serius amat," ujar Zuri mengagetkanku.

Ternyata Zuri memperhatikanku dari tadi. Aku pura-pura tidak mendengar, panjang bahasnya kalau dijelaskan. Kulangkahkan kakiku dengan cepat, supaya Zuri melupakan pertanyaannya tadi.

"Kak.., Kak.. Tunggu aku dong, cepat bener jalannya,"

Aku tetap jalan dan diam tanpa menoleh ke Zuri yang sedang berlari kecil mengejarku.

Tak terasa akhirnya sampai rumah.

Aku lihat pintu rumah kok terbuka ya? Apa ada yang masuk atau ada tamu? Kulihat ada sendal lain yang tergeletak di teras dan sayup-sayup terdengar suara orang dari dalam rumah.

"Assalammu'alaikum..," ujarku bersamaan ucapan salam dari mulut Zuri.

"Wa'alaikum salam..," jawab seseorang dari dalam ruang tengah.

~Sepertinya aku kenal suara itu. Tapi kenapa dia ada di sini? Aku tidak melihat mobilnya nangkring depan rumah? Aneh.~

Saat melihat sosoknya dari dekat, lagi dan lagi aku rasakan detak jantung berirama cepat.

Tiba-tiba Mama muncul dari dapur dan langsung mengambil plastik makanan yang aku bawa dari tadi.

"Yuk, Angganya di salam dulu, Zanu dan Zuri," ujar Mama sambil melangkah menuju dapur.

~Sejak kapan pakai salam-salaman segala? Duh, Mama ini..~

~Lihat dia aja jantungku udah tidak karuan, apalagi salam cium tangan, ogah...!~

Eh, Zuri malah salam duluan. Terpaksa aku menyambut tangannya dan langsung mencium punggung telapak tangan itu. Degup jantungku makin terasa kencang.

"Kak, aku bantuin Mama ya siapkan sarapan," ujar Zuri sambil melangkah cepat ke dapur untuk menyelamatkan diri.

Baru saja badanku berbalik, Zuri memanggilku.

"Ssttt.., sstt.. Kak, sini Kak," ujar Zuri berbisik dari balik tembok dapur.

"Ada apa?" jawabku sambil menghampiri Zuri.

"Mama bilang, Bang Angga belum sarapan. Yang kita beli tadi kurang satu porsi, Kakak di minta Mama ke warung tadi,"

"Waduh.., trus dia ngobrol sama siapa, dibiarkan saja sendiri?"

"Yup! Mama bilangnya begitu,"

~Huh..! Ada-ada saja. Kenapa ngeribetin gini sih. Ini bagaimana cara lewat didepannya? Nanti kalau dia bertanya mau kemana, aku harus jawab apa coba?~

Aku mengendap-ngendap pelan melewatinya. Sesaat mataku tertuju ke pintu luar.

Hap! Tiba-tiba dia nongol menghadang didepanku. Aku kaget!

"Kamu mau kemana, jalan pelan-pelan begitu?" tanyanya sambil menatap manik mataku dari dekat.

Aku terpaku diam, seketika tubuhku mematung.

"Hei! Kamu kenapa diam?" ujarnya sambil menjentikkan jemari di depan mataku. Aku terkesiap dan sadar.

"Eh, iya.., iya.. Aku mau ke warung sebentar," jawabku kelabakan.

"Abang temanin ya, sambil beli rokok,"

"Eh iya..,"

Aku tidak bisa menolak, dia sudah berjalan duluan menuju pintu dan memasang sendal yang ada di teras depan. Ya, terpaksa aku ajak dan malah ikut berjalan dibelakangnya.

"Kamu kapan ujian?" tiba-tiba dia bertanya saat keheningan mulai menyergapi perjalanan ini.

"Besok senin," jawabku singkat.

"Rencananya mau kuliah di mana?" tanyanya lagi.

"Di salah satu Universitas Negeri kota P. Mama menyuruhku masuk kedokteran. Padahal aku merasa tidak akan bisa lolos," jawabku lancar.

"Emangnya kamu minat masuk jurusan apa?" ujarnya sambil berjalan pelan mengiringi langkahku.

"Maunya Hukum. Aku sempat ditawarkan Unpad, jurusan Biologi melalui Sekolah. Tapi Papa tidak mengizinkan, takut anaknya kejauhan dan tidak ada keluarga juga di sana," jawabku lagi.

"Ooo..,"

~Ini kenapa aku jadi curhat ke dia ya? Kenapa juga jantungku selalu dag dig dug, walau bicaraku lancar panjang lebar. Sejak awal bertemu dengannya, aku jadi merasa aneh !~

Akhirnya langkah kita berhenti di depan warung. Selanjutnya aku dan Bang Angga langsung masuk ke dalam. Aku memesan ketupat gulai pakis sebungkus dan dia pesan rokok. Dia bayar semua belanjaan di warung itu.

"Bang, mobilnya ke mana, kenapa gak ada di depan rumah?" tanyaku penasaran.

"Di pinjam sama teman, tadi Abang di antar," jawabnya.

"Oh..,"

Sepanjang perjalanan pulang, aku dan dia hanya diam saja. Tetap dong, dengan ritme hati yang bergetar. Walau perasaanku takut, tapi ada perasaan nyaman didekatnya.

********

Sesampainya di rumah, aku lihat Zuri, Mama dan Papa sudah berada di meja makan. Mama mempersilahkan Angga, eh Abang untuk bergabung bersama kita.

Kulihat Zuri tersenyum dan mengedipkan matanya kearahku. Ada-ada saja adikku ini, pasti dia menggodaku dan akan membahas ini terus tanpa jeda.

~Huufff...! Si bocil mulai berulah, gerutuku dalam hati.~

Suasana di meja makan tidak terlalu seru buatku. Terlihat Mama dan Papa antusias mengobrol dengan Abang. Sekali-kali dia mencuri pandang melihatku walau mulutnya sedang mengunyah makanan.

~Dia kenapa ya? Selalu saja melihatku di saat ada kesempatan. Apa dia menyukaiku? Kan udah punya pacar.~

Entahlah..

...****************...

Episodes
1 BAB 1 : Tamu
2 BAB 2 : Mantan Pacar
3 BAB 3 : Apa Ini Dinamakan Cemburu?
4 BAB 4 : Curhat
5 BAB 5 : Ujian Akhir
6 BAB 6 : Tito, Secepat Itukah ?
7 BAB 7 : Mulai Santai
8 BAB 8 : Perpisahan Sekolah
9 BAB 9 : Diantara Dua
10 BAB 10 : Argument
11 BAB 11 : Dia Pergi
12 BAB 12 : UMPTN
13 BAB 13 : Tak Terduga
14 BAB 14 : Ospek
15 BAB 15 : Kos-kosan
16 BAB 16 : Bram
17 BAB 17 : Ospek 2
18 BAB 18 : Perempuan Cantik
19 BAB 19 : Heboh
20 BAB 20 : Ospek 3
21 BAB 21 : Mampir
22 BAB 22 : Gosip
23 BAB 23 : Ospek Terakhir
24 BAB 24 : Berkemah
25 BAB 25 : Tenda
26 BAB 26 : Mandi Di Sungai
27 BAB 27 : Siapakah Bram?
28 BAB 28 : Urusan Bram
29 BAB 29 : Hiking
30 BAB 30 : Foto Itu
31 BAB 31 : Bertengkar
32 BAB 32 : Hadiah
33 BAB 33 : Si Pelaku
34 BAB 34 : Perkemahan Berakhir
35 BAB 35 : Korban
36 BAB 36 : Kepo Again
37 BAB 37 : Pulang
38 BAB 38 : Vincent Terluka
39 BAB 39 : Date Pertamaku
40 BAB 40 : Ungkapan
41 BAB 41 : Pengakuan Bram
42 BAB 42 : Hadiah Lagi
43 BAB 43 : Kangen Kosan
44 BAB 44 : Kasus Selesai
45 BAB 45 : Kantin
46 BAB 46 : Cinta
47 BAB 47 : Pabrik
48 BAB 48 : Amarah Bram
49 BAB 49 : Balik
50 BAB 50 : Novel
51 BAB 51 : Penghuni Baru
52 BAB 52 : Bram dan Gilang
53 BAB 53 : Jadi Perkara
54 BAB 54 : Sunset
55 BAB 55 : Ternyata Anak Rektor?
56 BAB 56 : Ada Apa Prita?
57 BAB 57 : Pria Asing
58 BAB 58 : Berenang
59 BAB 59 : Sayang
60 BAB 60 : Ciuman Pertama
61 BAB 61 : Target Gilang
62 BAB 62 : Cargalla dan Ox
63 BAb 63 : Bantuan Bram
64 BAB 64 : Papa Marah
65 BAB 65 : Damar
66 BAB 66 : Singgah Dulu
67 BAB 67 : Hotel
68 BAB 68 : Gedung Tua
69 BAB 69 : Rumah Sakit
70 BAB 70 : 2 Jam
71 BAB 71 : ICU
72 BAB 72 : Keputusan Yang Berat
73 BAB 73 : Ancaman
74 BAB 74 : Masalah Bertambah
75 BAB 75 : Dramatis
76 BAB 76 : Bram Kembali
77 BAB 77 : Cerita
78 BAB 78 : Belum Muncul
79 BAB 79 : Atif Dan Prita
80 BAB 80 : Ku Katakan Saja
81 BAB 81 : Kecelakaan
82 BAB 82 : Histeris
83 BAB 83 : Panik
84 BAB 84 : Cerita Dilema
85 BAB 85 : Gadis Remaja
86 BAB 86 : Laura
87 BAB 87 : Penjualan Baja
88 BAB 88 : Keterangan
89 BAB 89 : Good Night
90 BAB 90 : Orang Tua
91 BAB 91 : Melayat
92 BAB 92 : Izin
93 BAB 93 : Nasehat Papa
94 BAB 94 : Kebun Rambutan
95 BAB 95 : Mawar Merah
96 BAB 96 : Handuk
97 BAB 97 : Perawat
98 BAB 98 : Kamar Rahasia
99 BAB 99 : Berjamaah
100 BAB 100 : Dansa
101 BAB 101 : Prita Tidak Ada
102 BAB 102 : Kak Siska
103 BAB 103 : Rumah Dinas
104 BAB 104 : Tolong
105 BAB 105 : Keajaiban
106 BAB 106 : Sacia
107 BAB 107 : Teman Lama
108 BAB 108 : Pertemuan
109 BAB 109 : Lutfa
110 BAB 110 : Koma Lagi
111 BAB 111 : Privat Jet
112 BAB 112 : Bram Sibuk
113 BAB 113 : Switzerland
114 BAB 114 : Ujang
115 BAB 115 : Ricard
116 BAB 116 : Kerumah Bram Lagi
117 BAB 117 : Biliar
118 BAB 118 : Rias
119 BAB 119 : Tamu Utama
120 BAB 120 : Gelora Asmara
121 BAB 121 : Hujan
122 BAB 122 : Restu
123 BAB 123 : Pak Boil
124 BAB 124 : Showroom
125 BAB 125 : Pemberian Damar
126 BAB 126 : Cafe Baru
127 BAB 127 : Guru Privatku Bernama Bayu
128 BAB 128 : Perintah Bram
129 BAB 129 : Bos Kecil
130 BAB 130 : Izin Bram
131 BAB 131 : Warung
132 BAB 132 : Sudah Bisa Bicara
133 BAB 133 : Mami Kos Usus Buntu
134 BAB 134 : Berita Di Televisi
135 BAB 135 : Mami and Papi
136 BAB 136 : Bintang
137 BAB 137 : Teman Vs Teman
138 BAB 138 : Semua Karyawan Meeting
139 BAB 139 : Kenapa Aku?
140 BAB 140 : Pemecatan Mandor Pabrik
141 BAB 141 : Asisten Manager
142 BAB 142 : Jangan Tinggalkan Aku
143 BAB 143 : Selamat Jalan Sayang
144 BAB 144 : Kenangan
145 BAB 145 : Penantian
146 BAB 146 : Keponakan Mami Adalah..
147 BAB 147 : Mengingat Kenangan
148 BAB 148 : Hampa
149 BAB 149 : Curhat Zuri
150 BAB 150 : Mesjid
151 BAB 151 : Ke Dermaga
152 BAB 152 : Diskusi
153 BAB 153 : Lampu Merah
154 BAB 154 : Bodyguard Bram Muncul
155 BAB 155 : Misi
156 BAB 156 : Surat
157 BAB 157 : Keceplosan
158 BAB 158 : Pesan Pak Tio
159 BAB 159 : Terus Terang
160 BAB 160 : Nur Ibzan
161 BAB 161 : Thelma
162 BAB 162 : Surat Vincent
163 BAB 163 : Ruang Kerjaku
164 BAB 164 : Gratis
165 BAB 165 : Meeting
166 BAB 166 : Aku Pengganti Bram
Episodes

Updated 166 Episodes

1
BAB 1 : Tamu
2
BAB 2 : Mantan Pacar
3
BAB 3 : Apa Ini Dinamakan Cemburu?
4
BAB 4 : Curhat
5
BAB 5 : Ujian Akhir
6
BAB 6 : Tito, Secepat Itukah ?
7
BAB 7 : Mulai Santai
8
BAB 8 : Perpisahan Sekolah
9
BAB 9 : Diantara Dua
10
BAB 10 : Argument
11
BAB 11 : Dia Pergi
12
BAB 12 : UMPTN
13
BAB 13 : Tak Terduga
14
BAB 14 : Ospek
15
BAB 15 : Kos-kosan
16
BAB 16 : Bram
17
BAB 17 : Ospek 2
18
BAB 18 : Perempuan Cantik
19
BAB 19 : Heboh
20
BAB 20 : Ospek 3
21
BAB 21 : Mampir
22
BAB 22 : Gosip
23
BAB 23 : Ospek Terakhir
24
BAB 24 : Berkemah
25
BAB 25 : Tenda
26
BAB 26 : Mandi Di Sungai
27
BAB 27 : Siapakah Bram?
28
BAB 28 : Urusan Bram
29
BAB 29 : Hiking
30
BAB 30 : Foto Itu
31
BAB 31 : Bertengkar
32
BAB 32 : Hadiah
33
BAB 33 : Si Pelaku
34
BAB 34 : Perkemahan Berakhir
35
BAB 35 : Korban
36
BAB 36 : Kepo Again
37
BAB 37 : Pulang
38
BAB 38 : Vincent Terluka
39
BAB 39 : Date Pertamaku
40
BAB 40 : Ungkapan
41
BAB 41 : Pengakuan Bram
42
BAB 42 : Hadiah Lagi
43
BAB 43 : Kangen Kosan
44
BAB 44 : Kasus Selesai
45
BAB 45 : Kantin
46
BAB 46 : Cinta
47
BAB 47 : Pabrik
48
BAB 48 : Amarah Bram
49
BAB 49 : Balik
50
BAB 50 : Novel
51
BAB 51 : Penghuni Baru
52
BAB 52 : Bram dan Gilang
53
BAB 53 : Jadi Perkara
54
BAB 54 : Sunset
55
BAB 55 : Ternyata Anak Rektor?
56
BAB 56 : Ada Apa Prita?
57
BAB 57 : Pria Asing
58
BAB 58 : Berenang
59
BAB 59 : Sayang
60
BAB 60 : Ciuman Pertama
61
BAB 61 : Target Gilang
62
BAB 62 : Cargalla dan Ox
63
BAb 63 : Bantuan Bram
64
BAB 64 : Papa Marah
65
BAB 65 : Damar
66
BAB 66 : Singgah Dulu
67
BAB 67 : Hotel
68
BAB 68 : Gedung Tua
69
BAB 69 : Rumah Sakit
70
BAB 70 : 2 Jam
71
BAB 71 : ICU
72
BAB 72 : Keputusan Yang Berat
73
BAB 73 : Ancaman
74
BAB 74 : Masalah Bertambah
75
BAB 75 : Dramatis
76
BAB 76 : Bram Kembali
77
BAB 77 : Cerita
78
BAB 78 : Belum Muncul
79
BAB 79 : Atif Dan Prita
80
BAB 80 : Ku Katakan Saja
81
BAB 81 : Kecelakaan
82
BAB 82 : Histeris
83
BAB 83 : Panik
84
BAB 84 : Cerita Dilema
85
BAB 85 : Gadis Remaja
86
BAB 86 : Laura
87
BAB 87 : Penjualan Baja
88
BAB 88 : Keterangan
89
BAB 89 : Good Night
90
BAB 90 : Orang Tua
91
BAB 91 : Melayat
92
BAB 92 : Izin
93
BAB 93 : Nasehat Papa
94
BAB 94 : Kebun Rambutan
95
BAB 95 : Mawar Merah
96
BAB 96 : Handuk
97
BAB 97 : Perawat
98
BAB 98 : Kamar Rahasia
99
BAB 99 : Berjamaah
100
BAB 100 : Dansa
101
BAB 101 : Prita Tidak Ada
102
BAB 102 : Kak Siska
103
BAB 103 : Rumah Dinas
104
BAB 104 : Tolong
105
BAB 105 : Keajaiban
106
BAB 106 : Sacia
107
BAB 107 : Teman Lama
108
BAB 108 : Pertemuan
109
BAB 109 : Lutfa
110
BAB 110 : Koma Lagi
111
BAB 111 : Privat Jet
112
BAB 112 : Bram Sibuk
113
BAB 113 : Switzerland
114
BAB 114 : Ujang
115
BAB 115 : Ricard
116
BAB 116 : Kerumah Bram Lagi
117
BAB 117 : Biliar
118
BAB 118 : Rias
119
BAB 119 : Tamu Utama
120
BAB 120 : Gelora Asmara
121
BAB 121 : Hujan
122
BAB 122 : Restu
123
BAB 123 : Pak Boil
124
BAB 124 : Showroom
125
BAB 125 : Pemberian Damar
126
BAB 126 : Cafe Baru
127
BAB 127 : Guru Privatku Bernama Bayu
128
BAB 128 : Perintah Bram
129
BAB 129 : Bos Kecil
130
BAB 130 : Izin Bram
131
BAB 131 : Warung
132
BAB 132 : Sudah Bisa Bicara
133
BAB 133 : Mami Kos Usus Buntu
134
BAB 134 : Berita Di Televisi
135
BAB 135 : Mami and Papi
136
BAB 136 : Bintang
137
BAB 137 : Teman Vs Teman
138
BAB 138 : Semua Karyawan Meeting
139
BAB 139 : Kenapa Aku?
140
BAB 140 : Pemecatan Mandor Pabrik
141
BAB 141 : Asisten Manager
142
BAB 142 : Jangan Tinggalkan Aku
143
BAB 143 : Selamat Jalan Sayang
144
BAB 144 : Kenangan
145
BAB 145 : Penantian
146
BAB 146 : Keponakan Mami Adalah..
147
BAB 147 : Mengingat Kenangan
148
BAB 148 : Hampa
149
BAB 149 : Curhat Zuri
150
BAB 150 : Mesjid
151
BAB 151 : Ke Dermaga
152
BAB 152 : Diskusi
153
BAB 153 : Lampu Merah
154
BAB 154 : Bodyguard Bram Muncul
155
BAB 155 : Misi
156
BAB 156 : Surat
157
BAB 157 : Keceplosan
158
BAB 158 : Pesan Pak Tio
159
BAB 159 : Terus Terang
160
BAB 160 : Nur Ibzan
161
BAB 161 : Thelma
162
BAB 162 : Surat Vincent
163
BAB 163 : Ruang Kerjaku
164
BAB 164 : Gratis
165
BAB 165 : Meeting
166
BAB 166 : Aku Pengganti Bram

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!