BAB 2 : Mantan Pacar

Kringgg.. Kringgg..

Suara alarm berdering nyaring ditelingaku. Dengan cepat tanganku meraih jam weker yang ada di atas meja kecil dekat tempat tidur. Kutekan tombol off untuk mematikan alarm.

~Aduh, udah jam lima subuh. Aku sholat dulu ah..~

Eh, baru ingat adikku Zuri masih terlelap di samping. Kutarik selimut dan menepuk tangannya.

"Zuri, bangun.., ini sudah jam lima lho, sholat yuk," ajakku sambil menarik-narik kakinya.

"Hmmm.., masih ngantuk nih Kak, Kakak duluan saja," rengek Zuri masih dengan mata tertutup.

"Ayo! Nanti kita terlambat ke Sekolah," ujarku sambil menarik lagi kakinya.

Zuri diam dan melanjutkan lagi tidurnya. Aku bergegas keluar menuju ke kamar mandi untuk mencuci muka, gosok gigi dan wudhu.

Sekembalinya ke kamar, terlihat Zuri masih tidur.

Aku mengambil mukena dan sholat. Setelah selesai sholat, aku mulai mengecek buku satu persatu buat belajar hari ini di Sekolah.

Hampir saja lupa memasukkan baju olah raga ke dalam tas. Dan baru ingat, hari ini adalah hari terakhir olah raga karena akan menghadapi ujian akhir Sekolah.

"Zuri! Bangun dong, nanti aku telat ke Sekolah gara-gara nungguin kamu," ujarku sedikit marah.

"Hhmm.., iya kak," jawab Zuri dengan gontai, ia duduk sebentar dan berdiri menuju kamar mandi dengan jalan agak terseok-seok sambil menguap.

Aku turun ke bawah dan mendapati Mama sedang menyiapkan sarapan.

"Nak, adikmu belum bangun?" tanya Mama sambil jalan bolak balik dari dapur ke meja makan.

"Sudah Ma, lagi sholat," jawabku sambil membawa roti dan selai dari lemari dapur.

Aku melangkah menuju meja makan, terlihat di atas meja sudah tersedia susu dan teh hangat.

"Kamu mandi dulu sana, Mama mau bersiap-siap," perintah Mama.

"Baik Ma,"

Sudah menjadi kebiasaan Mamaku menyiapkan sarapan terlebih dahulu sebelum mandi.

Oiya, Papa Mamaku bekerja di salah satu instansi Pemerintah kota, di tempat kita tinggal saat ini. Jadi, rumahku kosong di saat semuanya berangkat kerja dan Sekolah. Hanya hari minggu saja kita bisa berkumpul bersama dengan waktu seharian penuh.

Aku menuju ke kamar dan terlihat Zuri sudah memakai baju seragam Sekolahnya.

"Kak, aku pinjam gelangnya ya," ujar Zuri sambil bergegas menuruni anak tangga.

Aku hanya diam saja dan beranjak ke kamar mandi.

Setelah selesai mandi dan berpakaian rapi, aku menarik tas dan turun ke bawah bergabung bersama Papa, Mama, Zuri di meja makan untuk sarapan.

Selesai sarapan, Mama mengantarkan kita berdua ke Sekolah, kebetulan aku dan Zuri Sekolah di tempat yang sama. Zuri kelas satu SMA dan aku kelas tiga.

Sesampainya di Sekolah, kita salam tangan Mama terlebih dahulu, lalu turun dari mobil. Aku dan Zuri langsung berjalan menuju ke kelas masing-masing.

~Untung saja belum telat.~

Jam pertama adalah pelajaran olah raga. Aku dan teman-teman sekelas berada di lapangan basket yang terletak di tengah gedung Sekolah.

Dengan perawakan tubuhku yang sedang, tidak semua bola basket bisa kumasukan ke dalam ring. Atau mungkin memang aku bukan ahli dalam bermain basket. Aku hanya bisa bermain badminton.

"Bagi yang sudah ikut memasukkan bola, boleh istirahat dulu sambil menunggu jam pelajaran selanjutnya," ujar Guru olah ragaku.

Aku beranjak ke kelas dan sedikit gugup saat melihat seseorang yang pernah menjadi pacarku dulu alias mantan.

Dia adalah Vincent, ia sedang mengobrol dengan salah satu temanku.

Kulihat sekeliling, mengapa teman-teman kelas lain ngumpul di sini? Padahal ini kelasku.

Kulihat Vincent beranjak pergi keluar kelas dan teman yang tadi mengobrol dengannya menghampiriku.

"Lagi bicara apa?" tanyaku sedikit kepo.

"Tidak ada. Cuma membahas PR yang diberikan Guru kemaren," jawab temanku.

"Ooo...,"

Di dalam hatiku masih ada rasa penasaran. Ingin rasanya bertanya banyak hal tentang Vincent ketemanku ini, tapi ada perasaan malu dan takut.

"Eh, kamu tau tidak. Dulu setelah kamu putusin Vincent, hampir setiap hari aku diantar pulang sama dia," ujar temanku.

"Iya, aku tau. Pernah sekali-kali lihat, memangnya kenapa?" rasa penasaranku bertambah.

"Dia cerita kepadaku, kalau itu sengaja, supaya kamu cemburu. Biar teman-teman menganggap kita pacaran tapi sebenarnya tidak. Sepertinya dia benar-benar suka sama kamu," jawab temanku.

Aku kaget! Sudah dua tahun berlalu semenjak aku memutuskan hubungan dengannya, tidak ada lagi berita setelah itu. Ternyata dia masih menyimpan rasa. Aku merasa bersalah, tapi ya sudahlah..

Sebenarnya aku suka Vincent. Tapi karena aku merasa kuper dengan cara pacarannya yang modern, aku mundur.

Aku merasa malu dan takut jika berjalan berduaan saja dengannya saat pulang Sekolah. Atau hanya sekedar untuk mengobrol. Tidak seperti lainnya yang enjoy dan luwes dengan pasangan masing-masing.

Vincent adalah cowok pertamaku. Hubungan kita hanya berjalan satu bulan. Kita juga jarang bertemu dan ngobrol berdua. Walau hubunganku bersama Vincent singkat, tapi perasaan itu masih ada.

"Zanu, kenapa kamu bengong?" tanya temanku.

"Ah, tidak..," aku kaget dan berusaha menghilangkan kegugupanku.

"Aku ke kantin sebentar, lapar..,"

Temanku berlalu berjalan keluar kelas.

"Oke,"

********

#flashback

Aku kembali mengingat masa-masa itu saat pertama kali bertemu Vincent.

Di mulai saat hari akhir ujian kelas satu SMA, Sekolah kita dikejutkan adanya tumbuhan bunga Raflesia. Lokasinya tidak terlalu jauh dari Sekolah.

Siang itu aku di ajak teman-teman untuk melihat bunga Raflesia, jalan kaki setelah pulang Sekolah. Aku mengiyakan ajakan tersebut, karena selain penasaran, hari itu ujian telah berakhir dan besoknya kita libur.

Aku berjalan bersama teman-teman sekelas, kita mengobrol dan tertawa bersama. Karena merasa lelah, aku berjalan pelan dan ketinggalan di belakang bersama temanku Ratna.

"Duh.., bagaimana nih, kakiku pegal Ratna. teman-teman bilang jaraknya dekat, gak taunya naik turun begini jalannya, jauh pula," gerutuku sambil memijit betis.

"Gak tau nih Zanu. Tinggal kita saja di sini, apa kita balik saja ya?" tanya Ratna sambil melihat sekeliling yang terlihat sepi.

Belum aku jawab pertanyaan Ratna, terdengar bunyi deru mesin motor menuju perempatan jalan tempat kita berhenti.

Terlihat ada tiga motor melaju pelan dan dua orang lainnya sedang berjalan kaki. Salah satu dari mereka, ternyata teman kelasku.

"Zanu!!" teriak temanku dari jauh.

"Iya Dice,"

"Ngapain kamu sama Ratna di sini? Apa mau melihat Raflesia juga? Kenapa kalian tidak jalan?" tanya Dice.

"Kita pikir tadi dekat, ternyata jauh. Ya istirahat sebentar. Bingung, mau lanjut jalan atau balik pulang," jawabku, sambil melirik ke salah satu cowok, yang sedari tadi melihatku terus dari atas motornya.

"Sstt.., eh, Dice. Kenalin dong temannya," ujar cowok itu ke arah Dice tanpa basa basi.

"Lho, masa kamu tidak kenal? Ini kan teman-teman dikelasku," ujar Dice dengan expresi kagetnya.

Aku lihat cowok itu tersipu-sipu malu.

"Aku tidak tau Ce, rasanya belum pernah lihat temanmu ini di Sekolah kita," jawabnya dengan nada penasaran.

"Ya iyalah, kamu sama genknya gak pernah mau masuk ke kelas kita. Malah aku terus yang ke kelas kalian, ya mana tau,"

"Zanu! Kenalin nih teman-teman aku dari kelas satu satu," Dice memperkenalkan kita.

Aku dan Ratna gugup, kita melihat ke arah Dice. Kita berkenalan. Dia menjulurkan tangannya terlebih dahulu kepadaku.

"Vincent," ucapnya sambil melihatku.

Aku menunduk sebentar dan sedikit malu. Kurasakan sesuatu yang ajaib saat ia melihatku. Tanpa ia sadari, tangannya mengenggam cukup lama.

~Ada apa dengan Vincent ?~

"Hei Vincent! Lama kali tanganmu itu, yang lain juga mau kenalan," ujar Dice sambil tertawa.

"Eh.., eh maaf," jawab Vincent gugup sambil menarik tangannya.

Semuanya tertawa melihat tingkah Vincent. Setelah semuanya berkenalan, kulihat Vincent menghampiri temannya yang bernama Bambang.

"Bang, kamu pakai motor aku. Aku jalan kaki ke sana sama Dice dan temannya, nanti kalian tunggu saja di lokasi," ujar Vincent.

"Oke.. Ayo Oki, Ferdo kita duluan," ujar Bambang sambil mengajak kedua temannya untuk bergegas dari sana sambil mengendarai motor Vincent.

"Lho, kamu mau jalan kaki ke sana Vincent ?" tanya Dice.

"Iya, biar bisa lebih dekat mengobrol sama Zanu," jawab Vincent sambil melirikku.

********

Selama dalam perjalanan, aku lebih banyak diam. Vincent berjalan tepat di sampingku, dia lebih banyak mengobrol dengan Dice dan sekali-kali dengan Ratna.

Sesampainya di lokasi, terlihat teman-teman Vincent sudah menunggu di sana. Ada banyak orang selain teman-teman Sekolahku di tempat itu, mereka antusias melihat bunga yang langka bisa tumbuh di daerah tersebut yaitu Raflesia.

Setelah puas melihat-lihat, aku dan Ratna pulang duluan. Saat pamit ke Dice, terlihat raut wajah Vincent yang kecewa, dia terus melihatku sampai sosokku hilang di perepatan jalan.

*******

#waktu sekarang

"Zanu!!" teriak Ratna.

Aku kaget dan hampir oleng mendengar teriakan Ratna. Seketika lamunanku buyar.

"Ada apa Rat, bikin kaget saja! Tidak usah teriak gitu," ujarku sedikit kesal.

"Itu.., adik kamu Zuri lagi sakit gigi, dia menangis di ruang UKS. Kamu ke sana gih," jawab Ratna dengan nada tak bersalah.

"Ooo.., thanks ya, aku ke sana dulu," ujarku sambil bergegas keluar dan berjalan menghampiri ruang UKS.

"Okey,"

*********

Setibanya di ruang UKS, aku baca salam dan masuk. Di sana sudah ada Guru yang mendampingi Zuri sedang merintih kesakitan.

"Kak, gigiku sakit, gusiku mulai bengkak. Aku mau pulang saja Kak," rengek Zuri sambil memegang pipinya.

"Iya Zanu, bawa saja Adikmu pulang. Dia segera di beri obat penghilang nyeri atau langsung periksa ke dokter gigi saja," ujar Guru menimpali sebelum aku menjawab ucapan Zuri.

"Oke Bu. Tapi izin aku bagaimana Bu, ini masih jam pelajaran olah raga," jawabku.

"Biar Ibu yang urus nanti, kamu ambil saja tas Zuri dikelas dan kamu tetap di sini sampai Kakakmu datang. Ibu mau ke ruang Guru, kalian langsung saja pulang," ujar Bu Guru.

"Baik Bu, saya ke kelas dulu,"

"Oke. Lekas sembuh ya Zuri,"

Zuri mengangguk.

Bu Guru berjalan keluar dari ruang UKS. Sedangkan aku pergi menuju ke kelas Zuri.

Saat sudah berada di kelas Zuri, aku mencari tasnya kesana kemari, karena aku tidak tau Zuri duduk di mana.

Kulihat tas berwarna ungu muda bertengger di kursi bagian sudut belakang. Aku langsung mengambil tas Zuri dan sempat menoleh keluar jendela sebentar mencari ketua kelasnya, sosok itu tidak aku temukan.

Ternyata saat yang bersamaan, kelas Zuri juga ada jam olah raga. Semua teman-temannya berada di luar kelas.

Aku keluar dan mau menuju kekelasku dengan tergesa-gesa. Tanpa sengaja aku menabrak Vincent.

Aku kaget! Dengan reflek Vincent memegang dan menarik tanganku. Seketika aku diam dan termangu melihat wajahnya yang tepat berada di depanku.

Deg...! Entah mengapa terasa jantungku berdegup kencang.

"Hati-hati, untung kamu tidak jatuh," ujar Vincent pelan dan lirih. Terlihat di dalam manik matanya, ada bias kerinduan di sana. Ya, dia masih memiliki perasaan itu kepadaku.

Tiba-tiba Vincent melepaskan tanganku dan berjalan menjauh. Tanpa menunggu dulu reaksiku atau sekedar ucapan terima kasih.

Aku hanya terdiam melihatnya pergi menjauh. Kutepis segera kejadian barusan, teringat Zuri sedang menunggu di ruang UKS. Aku tidak mau dia menunggu lama menahan sakit di sana.

Aku bergegas menuju ke kelas dan mengambil tas.

"Kamu mau kemana Zanu?" ujar Ratna.

"Mau mengantarkan Zuri pulang, izinku di urus Bu Yossi. Aku duluan ya," jawabku sambil berjalan menuju pintu keluar.

"Sip.., cepat sembuh Adikmu Zuri," teriak Ratna.

"Ya,"

Aku dan Zuri akhirnya pulang. Sepanjang perjalanan, aku memikirkan Vincent.

...****************...

Terpopuler

Comments

Isfha Hariyani Isfha Hariyani

Isfha Hariyani Isfha Hariyani

bagus

2022-05-29

1

Liena Villasparty

Liena Villasparty

Siap..

2022-05-29

0

Isfha Hariyani Isfha Hariyani

Isfha Hariyani Isfha Hariyani

lanjut

2022-05-29

1

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 : Tamu
2 BAB 2 : Mantan Pacar
3 BAB 3 : Apa Ini Dinamakan Cemburu?
4 BAB 4 : Curhat
5 BAB 5 : Ujian Akhir
6 BAB 6 : Tito, Secepat Itukah ?
7 BAB 7 : Mulai Santai
8 BAB 8 : Perpisahan Sekolah
9 BAB 9 : Diantara Dua
10 BAB 10 : Argument
11 BAB 11 : Dia Pergi
12 BAB 12 : UMPTN
13 BAB 13 : Tak Terduga
14 BAB 14 : Ospek
15 BAB 15 : Kos-kosan
16 BAB 16 : Bram
17 BAB 17 : Ospek 2
18 BAB 18 : Perempuan Cantik
19 BAB 19 : Heboh
20 BAB 20 : Ospek 3
21 BAB 21 : Mampir
22 BAB 22 : Gosip
23 BAB 23 : Ospek Terakhir
24 BAB 24 : Berkemah
25 BAB 25 : Tenda
26 BAB 26 : Mandi Di Sungai
27 BAB 27 : Siapakah Bram?
28 BAB 28 : Urusan Bram
29 BAB 29 : Hiking
30 BAB 30 : Foto Itu
31 BAB 31 : Bertengkar
32 BAB 32 : Hadiah
33 BAB 33 : Si Pelaku
34 BAB 34 : Perkemahan Berakhir
35 BAB 35 : Korban
36 BAB 36 : Kepo Again
37 BAB 37 : Pulang
38 BAB 38 : Vincent Terluka
39 BAB 39 : Date Pertamaku
40 BAB 40 : Ungkapan
41 BAB 41 : Pengakuan Bram
42 BAB 42 : Hadiah Lagi
43 BAB 43 : Kangen Kosan
44 BAB 44 : Kasus Selesai
45 BAB 45 : Kantin
46 BAB 46 : Cinta
47 BAB 47 : Pabrik
48 BAB 48 : Amarah Bram
49 BAB 49 : Balik
50 BAB 50 : Novel
51 BAB 51 : Penghuni Baru
52 BAB 52 : Bram dan Gilang
53 BAB 53 : Jadi Perkara
54 BAB 54 : Sunset
55 BAB 55 : Ternyata Anak Rektor?
56 BAB 56 : Ada Apa Prita?
57 BAB 57 : Pria Asing
58 BAB 58 : Berenang
59 BAB 59 : Sayang
60 BAB 60 : Ciuman Pertama
61 BAB 61 : Target Gilang
62 BAB 62 : Cargalla dan Ox
63 BAb 63 : Bantuan Bram
64 BAB 64 : Papa Marah
65 BAB 65 : Damar
66 BAB 66 : Singgah Dulu
67 BAB 67 : Hotel
68 BAB 68 : Gedung Tua
69 BAB 69 : Rumah Sakit
70 BAB 70 : 2 Jam
71 BAB 71 : ICU
72 BAB 72 : Keputusan Yang Berat
73 BAB 73 : Ancaman
74 BAB 74 : Masalah Bertambah
75 BAB 75 : Dramatis
76 BAB 76 : Bram Kembali
77 BAB 77 : Cerita
78 BAB 78 : Belum Muncul
79 BAB 79 : Atif Dan Prita
80 BAB 80 : Ku Katakan Saja
81 BAB 81 : Kecelakaan
82 BAB 82 : Histeris
83 BAB 83 : Panik
84 BAB 84 : Cerita Dilema
85 BAB 85 : Gadis Remaja
86 BAB 86 : Laura
87 BAB 87 : Penjualan Baja
88 BAB 88 : Keterangan
89 BAB 89 : Good Night
90 BAB 90 : Orang Tua
91 BAB 91 : Melayat
92 BAB 92 : Izin
93 BAB 93 : Nasehat Papa
94 BAB 94 : Kebun Rambutan
95 BAB 95 : Mawar Merah
96 BAB 96 : Handuk
97 BAB 97 : Perawat
98 BAB 98 : Kamar Rahasia
99 BAB 99 : Berjamaah
100 BAB 100 : Dansa
101 BAB 101 : Prita Tidak Ada
102 BAB 102 : Kak Siska
103 BAB 103 : Rumah Dinas
104 BAB 104 : Tolong
105 BAB 105 : Keajaiban
106 BAB 106 : Sacia
107 BAB 107 : Teman Lama
108 BAB 108 : Pertemuan
109 BAB 109 : Lutfa
110 BAB 110 : Koma Lagi
111 BAB 111 : Privat Jet
112 BAB 112 : Bram Sibuk
113 BAB 113 : Switzerland
114 BAB 114 : Ujang
115 BAB 115 : Ricard
116 BAB 116 : Kerumah Bram Lagi
117 BAB 117 : Biliar
118 BAB 118 : Rias
119 BAB 119 : Tamu Utama
120 BAB 120 : Gelora Asmara
121 BAB 121 : Hujan
122 BAB 122 : Restu
123 BAB 123 : Pak Boil
124 BAB 124 : Showroom
125 BAB 125 : Pemberian Damar
126 BAB 126 : Cafe Baru
127 BAB 127 : Guru Privatku Bernama Bayu
128 BAB 128 : Perintah Bram
129 BAB 129 : Bos Kecil
130 BAB 130 : Izin Bram
131 BAB 131 : Warung
132 BAB 132 : Sudah Bisa Bicara
133 BAB 133 : Mami Kos Usus Buntu
134 BAB 134 : Berita Di Televisi
135 BAB 135 : Mami and Papi
136 BAB 136 : Bintang
137 BAB 137 : Teman Vs Teman
138 BAB 138 : Semua Karyawan Meeting
139 BAB 139 : Kenapa Aku?
140 BAB 140 : Pemecatan Mandor Pabrik
141 BAB 141 : Asisten Manager
142 BAB 142 : Jangan Tinggalkan Aku
143 BAB 143 : Selamat Jalan Sayang
144 BAB 144 : Kenangan
145 BAB 145 : Penantian
146 BAB 146 : Keponakan Mami Adalah..
147 BAB 147 : Mengingat Kenangan
148 BAB 148 : Hampa
149 BAB 149 : Curhat Zuri
150 BAB 150 : Mesjid
151 BAB 151 : Ke Dermaga
152 BAB 152 : Diskusi
153 BAB 153 : Lampu Merah
154 BAB 154 : Bodyguard Bram Muncul
155 BAB 155 : Misi
156 BAB 156 : Surat
157 BAB 157 : Keceplosan
158 BAB 158 : Pesan Pak Tio
159 BAB 159 : Terus Terang
160 BAB 160 : Nur Ibzan
161 BAB 161 : Thelma
162 BAB 162 : Surat Vincent
163 BAB 163 : Ruang Kerjaku
164 BAB 164 : Gratis
165 BAB 165 : Meeting
166 BAB 166 : Aku Pengganti Bram
Episodes

Updated 166 Episodes

1
BAB 1 : Tamu
2
BAB 2 : Mantan Pacar
3
BAB 3 : Apa Ini Dinamakan Cemburu?
4
BAB 4 : Curhat
5
BAB 5 : Ujian Akhir
6
BAB 6 : Tito, Secepat Itukah ?
7
BAB 7 : Mulai Santai
8
BAB 8 : Perpisahan Sekolah
9
BAB 9 : Diantara Dua
10
BAB 10 : Argument
11
BAB 11 : Dia Pergi
12
BAB 12 : UMPTN
13
BAB 13 : Tak Terduga
14
BAB 14 : Ospek
15
BAB 15 : Kos-kosan
16
BAB 16 : Bram
17
BAB 17 : Ospek 2
18
BAB 18 : Perempuan Cantik
19
BAB 19 : Heboh
20
BAB 20 : Ospek 3
21
BAB 21 : Mampir
22
BAB 22 : Gosip
23
BAB 23 : Ospek Terakhir
24
BAB 24 : Berkemah
25
BAB 25 : Tenda
26
BAB 26 : Mandi Di Sungai
27
BAB 27 : Siapakah Bram?
28
BAB 28 : Urusan Bram
29
BAB 29 : Hiking
30
BAB 30 : Foto Itu
31
BAB 31 : Bertengkar
32
BAB 32 : Hadiah
33
BAB 33 : Si Pelaku
34
BAB 34 : Perkemahan Berakhir
35
BAB 35 : Korban
36
BAB 36 : Kepo Again
37
BAB 37 : Pulang
38
BAB 38 : Vincent Terluka
39
BAB 39 : Date Pertamaku
40
BAB 40 : Ungkapan
41
BAB 41 : Pengakuan Bram
42
BAB 42 : Hadiah Lagi
43
BAB 43 : Kangen Kosan
44
BAB 44 : Kasus Selesai
45
BAB 45 : Kantin
46
BAB 46 : Cinta
47
BAB 47 : Pabrik
48
BAB 48 : Amarah Bram
49
BAB 49 : Balik
50
BAB 50 : Novel
51
BAB 51 : Penghuni Baru
52
BAB 52 : Bram dan Gilang
53
BAB 53 : Jadi Perkara
54
BAB 54 : Sunset
55
BAB 55 : Ternyata Anak Rektor?
56
BAB 56 : Ada Apa Prita?
57
BAB 57 : Pria Asing
58
BAB 58 : Berenang
59
BAB 59 : Sayang
60
BAB 60 : Ciuman Pertama
61
BAB 61 : Target Gilang
62
BAB 62 : Cargalla dan Ox
63
BAb 63 : Bantuan Bram
64
BAB 64 : Papa Marah
65
BAB 65 : Damar
66
BAB 66 : Singgah Dulu
67
BAB 67 : Hotel
68
BAB 68 : Gedung Tua
69
BAB 69 : Rumah Sakit
70
BAB 70 : 2 Jam
71
BAB 71 : ICU
72
BAB 72 : Keputusan Yang Berat
73
BAB 73 : Ancaman
74
BAB 74 : Masalah Bertambah
75
BAB 75 : Dramatis
76
BAB 76 : Bram Kembali
77
BAB 77 : Cerita
78
BAB 78 : Belum Muncul
79
BAB 79 : Atif Dan Prita
80
BAB 80 : Ku Katakan Saja
81
BAB 81 : Kecelakaan
82
BAB 82 : Histeris
83
BAB 83 : Panik
84
BAB 84 : Cerita Dilema
85
BAB 85 : Gadis Remaja
86
BAB 86 : Laura
87
BAB 87 : Penjualan Baja
88
BAB 88 : Keterangan
89
BAB 89 : Good Night
90
BAB 90 : Orang Tua
91
BAB 91 : Melayat
92
BAB 92 : Izin
93
BAB 93 : Nasehat Papa
94
BAB 94 : Kebun Rambutan
95
BAB 95 : Mawar Merah
96
BAB 96 : Handuk
97
BAB 97 : Perawat
98
BAB 98 : Kamar Rahasia
99
BAB 99 : Berjamaah
100
BAB 100 : Dansa
101
BAB 101 : Prita Tidak Ada
102
BAB 102 : Kak Siska
103
BAB 103 : Rumah Dinas
104
BAB 104 : Tolong
105
BAB 105 : Keajaiban
106
BAB 106 : Sacia
107
BAB 107 : Teman Lama
108
BAB 108 : Pertemuan
109
BAB 109 : Lutfa
110
BAB 110 : Koma Lagi
111
BAB 111 : Privat Jet
112
BAB 112 : Bram Sibuk
113
BAB 113 : Switzerland
114
BAB 114 : Ujang
115
BAB 115 : Ricard
116
BAB 116 : Kerumah Bram Lagi
117
BAB 117 : Biliar
118
BAB 118 : Rias
119
BAB 119 : Tamu Utama
120
BAB 120 : Gelora Asmara
121
BAB 121 : Hujan
122
BAB 122 : Restu
123
BAB 123 : Pak Boil
124
BAB 124 : Showroom
125
BAB 125 : Pemberian Damar
126
BAB 126 : Cafe Baru
127
BAB 127 : Guru Privatku Bernama Bayu
128
BAB 128 : Perintah Bram
129
BAB 129 : Bos Kecil
130
BAB 130 : Izin Bram
131
BAB 131 : Warung
132
BAB 132 : Sudah Bisa Bicara
133
BAB 133 : Mami Kos Usus Buntu
134
BAB 134 : Berita Di Televisi
135
BAB 135 : Mami and Papi
136
BAB 136 : Bintang
137
BAB 137 : Teman Vs Teman
138
BAB 138 : Semua Karyawan Meeting
139
BAB 139 : Kenapa Aku?
140
BAB 140 : Pemecatan Mandor Pabrik
141
BAB 141 : Asisten Manager
142
BAB 142 : Jangan Tinggalkan Aku
143
BAB 143 : Selamat Jalan Sayang
144
BAB 144 : Kenangan
145
BAB 145 : Penantian
146
BAB 146 : Keponakan Mami Adalah..
147
BAB 147 : Mengingat Kenangan
148
BAB 148 : Hampa
149
BAB 149 : Curhat Zuri
150
BAB 150 : Mesjid
151
BAB 151 : Ke Dermaga
152
BAB 152 : Diskusi
153
BAB 153 : Lampu Merah
154
BAB 154 : Bodyguard Bram Muncul
155
BAB 155 : Misi
156
BAB 156 : Surat
157
BAB 157 : Keceplosan
158
BAB 158 : Pesan Pak Tio
159
BAB 159 : Terus Terang
160
BAB 160 : Nur Ibzan
161
BAB 161 : Thelma
162
BAB 162 : Surat Vincent
163
BAB 163 : Ruang Kerjaku
164
BAB 164 : Gratis
165
BAB 165 : Meeting
166
BAB 166 : Aku Pengganti Bram

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!