Kringgg.. Kringgg..
Suara alarm berdering nyaring ditelingaku. Dengan cepat tanganku meraih jam weker yang ada di atas meja kecil dekat tempat tidur. Kutekan tombol off untuk mematikan alarm.
~Aduh, udah jam lima subuh. Aku sholat dulu ah..~
Eh, baru ingat adikku Zuri masih terlelap di samping. Kutarik selimut dan menepuk tangannya.
"Zuri, bangun.., ini sudah jam lima lho, sholat yuk," ajakku sambil menarik-narik kakinya.
"Hmmm.., masih ngantuk nih Kak, Kakak duluan saja," rengek Zuri masih dengan mata tertutup.
"Ayo! Nanti kita terlambat ke Sekolah," ujarku sambil menarik lagi kakinya.
Zuri diam dan melanjutkan lagi tidurnya. Aku bergegas keluar menuju ke kamar mandi untuk mencuci muka, gosok gigi dan wudhu.
Sekembalinya ke kamar, terlihat Zuri masih tidur.
Aku mengambil mukena dan sholat. Setelah selesai sholat, aku mulai mengecek buku satu persatu buat belajar hari ini di Sekolah.
Hampir saja lupa memasukkan baju olah raga ke dalam tas. Dan baru ingat, hari ini adalah hari terakhir olah raga karena akan menghadapi ujian akhir Sekolah.
"Zuri! Bangun dong, nanti aku telat ke Sekolah gara-gara nungguin kamu," ujarku sedikit marah.
"Hhmm.., iya kak," jawab Zuri dengan gontai, ia duduk sebentar dan berdiri menuju kamar mandi dengan jalan agak terseok-seok sambil menguap.
Aku turun ke bawah dan mendapati Mama sedang menyiapkan sarapan.
"Nak, adikmu belum bangun?" tanya Mama sambil jalan bolak balik dari dapur ke meja makan.
"Sudah Ma, lagi sholat," jawabku sambil membawa roti dan selai dari lemari dapur.
Aku melangkah menuju meja makan, terlihat di atas meja sudah tersedia susu dan teh hangat.
"Kamu mandi dulu sana, Mama mau bersiap-siap," perintah Mama.
"Baik Ma,"
Sudah menjadi kebiasaan Mamaku menyiapkan sarapan terlebih dahulu sebelum mandi.
Oiya, Papa Mamaku bekerja di salah satu instansi Pemerintah kota, di tempat kita tinggal saat ini. Jadi, rumahku kosong di saat semuanya berangkat kerja dan Sekolah. Hanya hari minggu saja kita bisa berkumpul bersama dengan waktu seharian penuh.
Aku menuju ke kamar dan terlihat Zuri sudah memakai baju seragam Sekolahnya.
"Kak, aku pinjam gelangnya ya," ujar Zuri sambil bergegas menuruni anak tangga.
Aku hanya diam saja dan beranjak ke kamar mandi.
Setelah selesai mandi dan berpakaian rapi, aku menarik tas dan turun ke bawah bergabung bersama Papa, Mama, Zuri di meja makan untuk sarapan.
Selesai sarapan, Mama mengantarkan kita berdua ke Sekolah, kebetulan aku dan Zuri Sekolah di tempat yang sama. Zuri kelas satu SMA dan aku kelas tiga.
Sesampainya di Sekolah, kita salam tangan Mama terlebih dahulu, lalu turun dari mobil. Aku dan Zuri langsung berjalan menuju ke kelas masing-masing.
~Untung saja belum telat.~
Jam pertama adalah pelajaran olah raga. Aku dan teman-teman sekelas berada di lapangan basket yang terletak di tengah gedung Sekolah.
Dengan perawakan tubuhku yang sedang, tidak semua bola basket bisa kumasukan ke dalam ring. Atau mungkin memang aku bukan ahli dalam bermain basket. Aku hanya bisa bermain badminton.
"Bagi yang sudah ikut memasukkan bola, boleh istirahat dulu sambil menunggu jam pelajaran selanjutnya," ujar Guru olah ragaku.
Aku beranjak ke kelas dan sedikit gugup saat melihat seseorang yang pernah menjadi pacarku dulu alias mantan.
Dia adalah Vincent, ia sedang mengobrol dengan salah satu temanku.
Kulihat sekeliling, mengapa teman-teman kelas lain ngumpul di sini? Padahal ini kelasku.
Kulihat Vincent beranjak pergi keluar kelas dan teman yang tadi mengobrol dengannya menghampiriku.
"Lagi bicara apa?" tanyaku sedikit kepo.
"Tidak ada. Cuma membahas PR yang diberikan Guru kemaren," jawab temanku.
"Ooo...,"
Di dalam hatiku masih ada rasa penasaran. Ingin rasanya bertanya banyak hal tentang Vincent ketemanku ini, tapi ada perasaan malu dan takut.
"Eh, kamu tau tidak. Dulu setelah kamu putusin Vincent, hampir setiap hari aku diantar pulang sama dia," ujar temanku.
"Iya, aku tau. Pernah sekali-kali lihat, memangnya kenapa?" rasa penasaranku bertambah.
"Dia cerita kepadaku, kalau itu sengaja, supaya kamu cemburu. Biar teman-teman menganggap kita pacaran tapi sebenarnya tidak. Sepertinya dia benar-benar suka sama kamu," jawab temanku.
Aku kaget! Sudah dua tahun berlalu semenjak aku memutuskan hubungan dengannya, tidak ada lagi berita setelah itu. Ternyata dia masih menyimpan rasa. Aku merasa bersalah, tapi ya sudahlah..
Sebenarnya aku suka Vincent. Tapi karena aku merasa kuper dengan cara pacarannya yang modern, aku mundur.
Aku merasa malu dan takut jika berjalan berduaan saja dengannya saat pulang Sekolah. Atau hanya sekedar untuk mengobrol. Tidak seperti lainnya yang enjoy dan luwes dengan pasangan masing-masing.
Vincent adalah cowok pertamaku. Hubungan kita hanya berjalan satu bulan. Kita juga jarang bertemu dan ngobrol berdua. Walau hubunganku bersama Vincent singkat, tapi perasaan itu masih ada.
"Zanu, kenapa kamu bengong?" tanya temanku.
"Ah, tidak..," aku kaget dan berusaha menghilangkan kegugupanku.
"Aku ke kantin sebentar, lapar..,"
Temanku berlalu berjalan keluar kelas.
"Oke,"
********
#flashback
Aku kembali mengingat masa-masa itu saat pertama kali bertemu Vincent.
Di mulai saat hari akhir ujian kelas satu SMA, Sekolah kita dikejutkan adanya tumbuhan bunga Raflesia. Lokasinya tidak terlalu jauh dari Sekolah.
Siang itu aku di ajak teman-teman untuk melihat bunga Raflesia, jalan kaki setelah pulang Sekolah. Aku mengiyakan ajakan tersebut, karena selain penasaran, hari itu ujian telah berakhir dan besoknya kita libur.
Aku berjalan bersama teman-teman sekelas, kita mengobrol dan tertawa bersama. Karena merasa lelah, aku berjalan pelan dan ketinggalan di belakang bersama temanku Ratna.
"Duh.., bagaimana nih, kakiku pegal Ratna. teman-teman bilang jaraknya dekat, gak taunya naik turun begini jalannya, jauh pula," gerutuku sambil memijit betis.
"Gak tau nih Zanu. Tinggal kita saja di sini, apa kita balik saja ya?" tanya Ratna sambil melihat sekeliling yang terlihat sepi.
Belum aku jawab pertanyaan Ratna, terdengar bunyi deru mesin motor menuju perempatan jalan tempat kita berhenti.
Terlihat ada tiga motor melaju pelan dan dua orang lainnya sedang berjalan kaki. Salah satu dari mereka, ternyata teman kelasku.
"Zanu!!" teriak temanku dari jauh.
"Iya Dice,"
"Ngapain kamu sama Ratna di sini? Apa mau melihat Raflesia juga? Kenapa kalian tidak jalan?" tanya Dice.
"Kita pikir tadi dekat, ternyata jauh. Ya istirahat sebentar. Bingung, mau lanjut jalan atau balik pulang," jawabku, sambil melirik ke salah satu cowok, yang sedari tadi melihatku terus dari atas motornya.
"Sstt.., eh, Dice. Kenalin dong temannya," ujar cowok itu ke arah Dice tanpa basa basi.
"Lho, masa kamu tidak kenal? Ini kan teman-teman dikelasku," ujar Dice dengan expresi kagetnya.
Aku lihat cowok itu tersipu-sipu malu.
"Aku tidak tau Ce, rasanya belum pernah lihat temanmu ini di Sekolah kita," jawabnya dengan nada penasaran.
"Ya iyalah, kamu sama genknya gak pernah mau masuk ke kelas kita. Malah aku terus yang ke kelas kalian, ya mana tau,"
"Zanu! Kenalin nih teman-teman aku dari kelas satu satu," Dice memperkenalkan kita.
Aku dan Ratna gugup, kita melihat ke arah Dice. Kita berkenalan. Dia menjulurkan tangannya terlebih dahulu kepadaku.
"Vincent," ucapnya sambil melihatku.
Aku menunduk sebentar dan sedikit malu. Kurasakan sesuatu yang ajaib saat ia melihatku. Tanpa ia sadari, tangannya mengenggam cukup lama.
~Ada apa dengan Vincent ?~
"Hei Vincent! Lama kali tanganmu itu, yang lain juga mau kenalan," ujar Dice sambil tertawa.
"Eh.., eh maaf," jawab Vincent gugup sambil menarik tangannya.
Semuanya tertawa melihat tingkah Vincent. Setelah semuanya berkenalan, kulihat Vincent menghampiri temannya yang bernama Bambang.
"Bang, kamu pakai motor aku. Aku jalan kaki ke sana sama Dice dan temannya, nanti kalian tunggu saja di lokasi," ujar Vincent.
"Oke.. Ayo Oki, Ferdo kita duluan," ujar Bambang sambil mengajak kedua temannya untuk bergegas dari sana sambil mengendarai motor Vincent.
"Lho, kamu mau jalan kaki ke sana Vincent ?" tanya Dice.
"Iya, biar bisa lebih dekat mengobrol sama Zanu," jawab Vincent sambil melirikku.
********
Selama dalam perjalanan, aku lebih banyak diam. Vincent berjalan tepat di sampingku, dia lebih banyak mengobrol dengan Dice dan sekali-kali dengan Ratna.
Sesampainya di lokasi, terlihat teman-teman Vincent sudah menunggu di sana. Ada banyak orang selain teman-teman Sekolahku di tempat itu, mereka antusias melihat bunga yang langka bisa tumbuh di daerah tersebut yaitu Raflesia.
Setelah puas melihat-lihat, aku dan Ratna pulang duluan. Saat pamit ke Dice, terlihat raut wajah Vincent yang kecewa, dia terus melihatku sampai sosokku hilang di perepatan jalan.
*******
#waktu sekarang
"Zanu!!" teriak Ratna.
Aku kaget dan hampir oleng mendengar teriakan Ratna. Seketika lamunanku buyar.
"Ada apa Rat, bikin kaget saja! Tidak usah teriak gitu," ujarku sedikit kesal.
"Itu.., adik kamu Zuri lagi sakit gigi, dia menangis di ruang UKS. Kamu ke sana gih," jawab Ratna dengan nada tak bersalah.
"Ooo.., thanks ya, aku ke sana dulu," ujarku sambil bergegas keluar dan berjalan menghampiri ruang UKS.
"Okey,"
*********
Setibanya di ruang UKS, aku baca salam dan masuk. Di sana sudah ada Guru yang mendampingi Zuri sedang merintih kesakitan.
"Kak, gigiku sakit, gusiku mulai bengkak. Aku mau pulang saja Kak," rengek Zuri sambil memegang pipinya.
"Iya Zanu, bawa saja Adikmu pulang. Dia segera di beri obat penghilang nyeri atau langsung periksa ke dokter gigi saja," ujar Guru menimpali sebelum aku menjawab ucapan Zuri.
"Oke Bu. Tapi izin aku bagaimana Bu, ini masih jam pelajaran olah raga," jawabku.
"Biar Ibu yang urus nanti, kamu ambil saja tas Zuri dikelas dan kamu tetap di sini sampai Kakakmu datang. Ibu mau ke ruang Guru, kalian langsung saja pulang," ujar Bu Guru.
"Baik Bu, saya ke kelas dulu,"
"Oke. Lekas sembuh ya Zuri,"
Zuri mengangguk.
Bu Guru berjalan keluar dari ruang UKS. Sedangkan aku pergi menuju ke kelas Zuri.
Saat sudah berada di kelas Zuri, aku mencari tasnya kesana kemari, karena aku tidak tau Zuri duduk di mana.
Kulihat tas berwarna ungu muda bertengger di kursi bagian sudut belakang. Aku langsung mengambil tas Zuri dan sempat menoleh keluar jendela sebentar mencari ketua kelasnya, sosok itu tidak aku temukan.
Ternyata saat yang bersamaan, kelas Zuri juga ada jam olah raga. Semua teman-temannya berada di luar kelas.
Aku keluar dan mau menuju kekelasku dengan tergesa-gesa. Tanpa sengaja aku menabrak Vincent.
Aku kaget! Dengan reflek Vincent memegang dan menarik tanganku. Seketika aku diam dan termangu melihat wajahnya yang tepat berada di depanku.
Deg...! Entah mengapa terasa jantungku berdegup kencang.
"Hati-hati, untung kamu tidak jatuh," ujar Vincent pelan dan lirih. Terlihat di dalam manik matanya, ada bias kerinduan di sana. Ya, dia masih memiliki perasaan itu kepadaku.
Tiba-tiba Vincent melepaskan tanganku dan berjalan menjauh. Tanpa menunggu dulu reaksiku atau sekedar ucapan terima kasih.
Aku hanya terdiam melihatnya pergi menjauh. Kutepis segera kejadian barusan, teringat Zuri sedang menunggu di ruang UKS. Aku tidak mau dia menunggu lama menahan sakit di sana.
Aku bergegas menuju ke kelas dan mengambil tas.
"Kamu mau kemana Zanu?" ujar Ratna.
"Mau mengantarkan Zuri pulang, izinku di urus Bu Yossi. Aku duluan ya," jawabku sambil berjalan menuju pintu keluar.
"Sip.., cepat sembuh Adikmu Zuri," teriak Ratna.
"Ya,"
Aku dan Zuri akhirnya pulang. Sepanjang perjalanan, aku memikirkan Vincent.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 166 Episodes
Comments
Isfha Hariyani Isfha Hariyani
bagus
2022-05-29
1
Liena Villasparty
Siap..
2022-05-29
0
Isfha Hariyani Isfha Hariyani
lanjut
2022-05-29
1