Cinta Belum Selesai
Siang yang panas.
~Uh..! Jerawat ini selalu muncul diwajahku. Gerutuku sambil memencet jerawat di hidung.~
Tiba-tiba Papaku muncul.
"Hei gadis, jangan di pencet-pencet jerawatnya, bisa bolong kulit wajahmu nanti!" ujar Papa sambil berlalu melewati pintu.
Papa pasti sudah hafal dengan kebiasaanku.
Aku terdiam sambil mengamati cermin. Disana kulihat sosok diriku yang mulai jerawatan, tomboy dan mengenakan kaos plus celana pendek.
Kupikir wajar diusia remaja ini, saat usia menginjak tujuh belas tahun, jerawat mulai bermunculan karena hormon. Belum lagi mens datang yang selalu membuatku gerah bolak balik ke toilet untuk ganti pembalut.
"Gadis.., turun sebentar, ada yang datang," Mamaku memanggil dari bawah tangga.
"Iya sebentar Ma," jawabku.
Aku turun ke bawah dengan santai dan menghampiri Mama di dapur.
"Ada apa Ma?" tanyaku sambil melihat kompor yang sedang menyala.
"Itu ada tamu, kamu ajak ngobrol sana. Mama mau goreng donat dulu," jawab Mama.
"Siapa sih Ma?"
"Itu lho, yang pernah mampir ke rumah kita. Anak perantauan yang lagi dinas di kota ini," jawab Mama sambil mengambil toping donat di rak piring.
"Ayo sana, nanti kelamaan dia menunggu," perintah Mama.
Aku menuruti perkataan Mama dan langsung berjalan ke ruang tamu.
~Siapakah dia ?~
Saat berjalan keruang tamu, tiba-tiba tamu itu melihat dan menatap mataku.
Deg! Entah mengapa, kurasakan seperti ada yang bergejolak didalam hati.
"Hai..," dia menyapaku terlebih dahulu.
Aku bergegas duduk di kursi yang berhadapan langsung dengannya.
"Hai juga," jawabku sambil tersenyum. Terasa kikuk saat ia terus memperhatikanku.
"Kamu kelas berapa?"
"Masih kelas tiga SMA," aku berusaha rileks menanggapi pertanyaannya.
"Oiya, namamu siapa?" tanyanya lagi.
"Zanu," jawabku singkat, sambil melihat ada satu benda yang tergeletak di atas meja.
Oiya, entah mengapa aku tidak berani menatap matanya. Berlahan kurasakan keringat mulai mengalir, ini menandakan ada rasa cemas di dalam diriku. Entah kecemasan seperti apa yang dirasakan, aku belum tau.
"Aku Angga," dia memperkenalkan diri.
Sejenak suasana hening. Aku mulai gelisah dan sedikit grogi, bingung mau menanyakan apa lagi kepadanya.
"Itu pistol ya?" tanyaku sambil menunjuk benda yang berada di atas meja sedari tadi. Aku berusaha mencairkan suasana walau tidak tertarik dengan benda tersebut. Semua orang juga tau kalau itu adalah sebuah pistol.
"Iya,"
"Ada pelurunya?" tanyaku.
"Kosong,"
Dia membuka katup pada sarung pistol dan mengambil peluru. Lalu ia menunjukkannya kepadaku.
"Pelurunya tidak aku pasang,"
"Boleh aku lihat?" tanyaku sambil mengambil salah satu peluru ditangannya. Ku amati peluru itu dan berpikir, sepertinya peluru ini bagus untuk dijadikan liontin.
"Boleh aku minta satu?" tanyaku.
"Waduh, tidak boleh. Ini harus lengkap, panjang urusannya kalau nanti sampai hilang atau kurang," Ia mengambil peluru yang ada ditanganku.
Aku mengelak. Kulihat raut wajahnya berubah berharap, supaya aku mau mengembalikan peluru tersebut.
Aku beranjak dari kursi, peluru masih ada di dalam genggamanku. Entah mengapa aku ingin sekali melihat reaksinya. Belum lagi aku menjauh dari kursi, tiba-tiba Mama datang membawa nampan berisikan donat.
"Ada apa nih, Zanu mau kemana?" tanya Mama.
Aku diam.
"Kalian berdua abis membicarakan tentang apa?" tanya Mama lagi.
"Ini Ma, pelurunya aku ambil satu,"
"Jangan diambil Zanu. Kembalikan ya..," Mama terlihat sedikit panik.
"Nih, aku kembalikan. Maaf," ujarku sambil menyodorkan peluru dihadapannya.
Dia mengambil peluru ditanganku dan tersenyum.
"Ma, Zanu ke atas dulu ya," aku mau beranjak hendak menaiki tangga.
"Eitss.., nanti dulu, tolong ambilkan minum dan kita makan donat bersama-sama," perintah Mama.
~Waduh, bagaimana ini? Aku lagi malas mengobrol dengannya. Tapi kasihan Mama, sudah membuat donat dan rasanya tidak mungkin aku membiarkan Mama mengobrol berdua dengan tamu ini. Papa sedang sibuk dengan alat pancing di lantai atas. Kalau bukan aku yang menemani, siapa lagi ? ~
Aku beranjak ke dapur, mengambil teko kaca dan gelas yang ada di dalam lemari. Setelah mengisi teko dengan air, aku langsung membawanya dengan nampan menuju ke ruang tamu.
Kudengar Mama asik mengobrol, bercerita tentang kampung halaman Mama yang kebetulan sama dengannya. Kuletakkan nampan di atas meja dan menyusun gelas. Sambil mendengar Mama bicara, aku makan donat. Sekali-sekali dia melihat kearahku.
*********
Tidak terasa waktu berjalan sudah satu jam. Aku tidak mengobrol dan lebih memilih diam.
"Angga pulang dulu Bibi," tiba-tiba dia pamit.
"Cepat sekali pulangnya. Kapan-kapan mampir lagi ke sini Angga. Anggap saja rumahmu sendiri," jawab Mama.
"InsyaAllah Bibi," dia menyalami Mama. Aku masih saja diam, tapi tetap mengamati gerak geriknya.
Dia keluar menuju pintu depan dan langsung memakai sepatu.
"Senang berkenalan denganmu Zanu. Kapan-kapan kita mengobrol lagi," dia tersenyum kepadaku.
"Iya Bang," jawabku singkat.
Kemudian dia masuk ke dalam mobil dan aku bersembunyi di balik pundak Mama. Setelah mesinnya hidup, ia langsung pergi diiringi suara mobil yang sedikit berisik itu.
"Zanu, kenapa dari tadi kamu diam saja?" tanya Mama.
"Kan baru kenal Ma, Zanu juga gak tau mau bicara tentang apa. Zanu ke atas dulu ya Ma," jawabku sambil berlari kecil menuju tangga.
"Eitss.., tolong Mama bereskan gelas-gelas ini dulu. Sekalian bawa donat ini ke atas, mana tau Papamu mau," perintah Mama sambil berlalu menuju ke kamarnya.
"Baik Ma,"
Aku membereskan gelas, teko beserta nampan, lalu membawanya ke dapur. Setelah itu aku mengambil donat dan membawanya ke lantai atas.
Kulihat Papa sibuk menarik tali pancing di teras atas yang kebetulan bersebelahan dengan kamarku.
"Pa, ini ada donat buat Papa," ujarku sambil menyodorkan piring.
"Terima kasih nak gadis,"
"Zanu ke kamar dulu ya Pa," aku hendak beranjak dari teras menuju pintu kamar.
"Bagaimana tadi tamunya?" tiba-tiba Papa nyeletuk sambil mengambil donat.
"Tidak banyak yang kita bicarakan Pa, orangnya terlalu cuek," jawabku sekenanya.
"Yaa.., mungkin karena kalian baru kenal, jaga image dong," ujar Papa tersenyum lebar.
"Mungkin. Zanu takut lihat matanya Pa," aku teringat tatapannya tadi.
"Takut kenapa? Nanti kamu malah jatuh cinta, ha ha ha..," Papa menggodaku sambil tertawa.
"Ah Papa..," aku berjalan menuju kamar.
Aku menutup pintu kamar dan duduk sejenak di depan cermin. Kutatap lagi jerawat yang masih nangkring di hidung. Lalu teringat ucapan Papa barusan, tentang jatuh cinta.
~Apa perasaan tadi dinamakan jatuh cinta ya? Tapi apa bisa secepat itu ?~
Aku belum pernah merasakan apa itu jatuh cinta dalam hidupku. Dan aku juga belum mengerti apa artinya jatuh cinta?
~Ah entahlah, biarkan waktu yang menjawabnya.~
Aku naik ke atas kasur dan mulai memejamkan mata untuk tidur.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 166 Episodes
Comments
Srihandayani
aku tinggalin jejak dulu
2022-10-03
1
R_Ela Syakira
harusnya berteman saat pertemuan awal sangat singkat tidak ada pembicaraan yang sapisial tapi mungkin pertemuan kedua lebih berkesan ya
" ini pertama kalinya aku mampir jika berkenan mampir juga ya nanti di tempat ku, aku juga buat novel cerita baru di baca ya nanti pasti akan rilis setiap bulan sabit dan bulan purnama Wakakkak wk ok" 😁
2022-08-09
1
Gadis23
mampir Thor semangat 😊
2022-04-01
1