Cinta Belum Selesai

Cinta Belum Selesai

BAB 1 : Tamu

Siang yang panas.

~Uh..! Jerawat ini selalu muncul diwajahku. Gerutuku sambil memencet jerawat di hidung.~

Tiba-tiba Papaku muncul.

"Hei gadis, jangan di pencet-pencet jerawatnya, bisa bolong kulit wajahmu nanti!" ujar Papa sambil berlalu melewati pintu.

Papa pasti sudah hafal dengan kebiasaanku.

Aku terdiam sambil mengamati cermin. Disana kulihat sosok diriku yang mulai jerawatan, tomboy dan mengenakan kaos plus celana pendek.

Kupikir wajar diusia remaja ini, saat usia menginjak tujuh belas tahun, jerawat mulai bermunculan karena hormon. Belum lagi mens datang yang selalu membuatku gerah bolak balik ke toilet untuk ganti pembalut.

"Gadis.., turun sebentar, ada yang datang," Mamaku memanggil dari bawah tangga.

"Iya sebentar Ma," jawabku.

Aku turun ke bawah dengan santai dan menghampiri Mama di dapur.

"Ada apa Ma?" tanyaku sambil melihat kompor yang sedang menyala.

"Itu ada tamu, kamu ajak ngobrol sana. Mama mau goreng donat dulu," jawab Mama.

"Siapa sih Ma?"

"Itu lho, yang pernah mampir ke rumah kita. Anak perantauan yang lagi dinas di kota ini," jawab Mama sambil mengambil toping donat di rak piring.

"Ayo sana, nanti kelamaan dia menunggu," perintah Mama.

Aku menuruti perkataan Mama dan langsung berjalan ke ruang tamu.

~Siapakah dia ?~

Saat berjalan keruang tamu, tiba-tiba tamu itu melihat dan menatap mataku.

Deg! Entah mengapa, kurasakan seperti ada yang bergejolak didalam hati.

"Hai..," dia menyapaku terlebih dahulu.

Aku bergegas duduk di kursi yang berhadapan langsung dengannya.

"Hai juga," jawabku sambil tersenyum. Terasa kikuk saat ia terus memperhatikanku.

"Kamu kelas berapa?"

"Masih kelas tiga SMA," aku berusaha rileks menanggapi pertanyaannya.

"Oiya, namamu siapa?" tanyanya lagi.

"Zanu," jawabku singkat, sambil melihat ada satu benda yang tergeletak di atas meja.

Oiya, entah mengapa aku tidak berani menatap matanya. Berlahan kurasakan keringat mulai mengalir, ini menandakan ada rasa cemas di dalam diriku. Entah kecemasan seperti apa yang dirasakan, aku belum tau.

"Aku Angga," dia memperkenalkan diri.

Sejenak suasana hening. Aku mulai gelisah dan sedikit grogi, bingung mau menanyakan apa lagi kepadanya.

"Itu pistol ya?" tanyaku sambil menunjuk benda yang berada di atas meja sedari tadi. Aku berusaha mencairkan suasana walau tidak tertarik dengan benda tersebut. Semua orang juga tau kalau itu adalah sebuah pistol.

"Iya,"

"Ada pelurunya?" tanyaku.

"Kosong,"

Dia membuka katup pada sarung pistol dan mengambil peluru. Lalu ia menunjukkannya kepadaku.

"Pelurunya tidak aku pasang,"

"Boleh aku lihat?" tanyaku sambil mengambil salah satu peluru ditangannya. Ku amati peluru itu dan berpikir, sepertinya peluru ini bagus untuk dijadikan liontin.

"Boleh aku minta satu?" tanyaku.

"Waduh, tidak boleh. Ini harus lengkap, panjang urusannya kalau nanti sampai hilang atau kurang," Ia mengambil peluru yang ada ditanganku.

Aku mengelak. Kulihat raut wajahnya berubah berharap, supaya aku mau mengembalikan peluru tersebut.

Aku beranjak dari kursi, peluru masih ada di dalam genggamanku. Entah mengapa aku ingin sekali melihat reaksinya. Belum lagi aku menjauh dari kursi, tiba-tiba Mama datang membawa nampan berisikan donat.

"Ada apa nih, Zanu mau kemana?" tanya Mama.

Aku diam.

"Kalian berdua abis membicarakan tentang apa?" tanya Mama lagi.

"Ini Ma, pelurunya aku ambil satu,"

"Jangan diambil Zanu. Kembalikan ya..," Mama terlihat sedikit panik.

"Nih, aku kembalikan. Maaf," ujarku sambil menyodorkan peluru dihadapannya.

Dia mengambil peluru ditanganku dan tersenyum.

"Ma, Zanu ke atas dulu ya," aku mau beranjak hendak menaiki tangga.

"Eitss.., nanti dulu, tolong ambilkan minum dan kita makan donat bersama-sama," perintah Mama.

~Waduh, bagaimana ini? Aku lagi malas mengobrol dengannya. Tapi kasihan Mama, sudah membuat donat dan rasanya tidak mungkin aku membiarkan Mama mengobrol berdua dengan tamu ini. Papa sedang sibuk dengan alat pancing di lantai atas. Kalau bukan aku yang menemani, siapa lagi ? ~

Aku beranjak ke dapur, mengambil teko kaca dan gelas yang ada di dalam lemari. Setelah mengisi teko dengan air, aku langsung membawanya dengan nampan menuju ke ruang tamu.

Kudengar Mama asik mengobrol, bercerita tentang kampung halaman Mama yang kebetulan sama dengannya. Kuletakkan nampan di atas meja dan menyusun gelas. Sambil mendengar Mama bicara, aku makan donat. Sekali-sekali dia melihat kearahku.

*********

Tidak terasa waktu berjalan sudah satu jam. Aku tidak mengobrol dan lebih memilih diam.

"Angga pulang dulu Bibi," tiba-tiba dia pamit.

"Cepat sekali pulangnya. Kapan-kapan mampir lagi ke sini Angga. Anggap saja rumahmu sendiri," jawab Mama.

"InsyaAllah Bibi," dia menyalami Mama. Aku masih saja diam, tapi tetap mengamati gerak geriknya.

Dia keluar menuju pintu depan dan langsung memakai sepatu.

"Senang berkenalan denganmu Zanu. Kapan-kapan kita mengobrol lagi," dia tersenyum kepadaku.

"Iya Bang," jawabku singkat.

Kemudian dia masuk ke dalam mobil dan aku bersembunyi di balik pundak Mama. Setelah mesinnya hidup, ia langsung pergi diiringi suara mobil yang sedikit berisik itu.

"Zanu, kenapa dari tadi kamu diam saja?" tanya Mama.

"Kan baru kenal Ma, Zanu juga gak tau mau bicara tentang apa. Zanu ke atas dulu ya Ma," jawabku sambil berlari kecil menuju tangga.

"Eitss.., tolong Mama bereskan gelas-gelas ini dulu. Sekalian bawa donat ini ke atas, mana tau Papamu mau," perintah Mama sambil berlalu menuju ke kamarnya.

"Baik Ma,"

Aku membereskan gelas, teko beserta nampan, lalu membawanya ke dapur. Setelah itu aku mengambil donat dan membawanya ke lantai atas.

Kulihat Papa sibuk menarik tali pancing di teras atas yang kebetulan bersebelahan dengan kamarku.

"Pa, ini ada donat buat Papa," ujarku sambil menyodorkan piring.

"Terima kasih nak gadis,"

"Zanu ke kamar dulu ya Pa," aku hendak beranjak dari teras menuju pintu kamar.

"Bagaimana tadi tamunya?" tiba-tiba Papa nyeletuk sambil mengambil donat.

"Tidak banyak yang kita bicarakan Pa, orangnya terlalu cuek," jawabku sekenanya.

"Yaa.., mungkin karena kalian baru kenal, jaga image dong," ujar Papa tersenyum lebar.

"Mungkin. Zanu takut lihat matanya Pa," aku teringat tatapannya tadi.

"Takut kenapa? Nanti kamu malah jatuh cinta, ha ha ha..," Papa menggodaku sambil tertawa.

"Ah Papa..," aku berjalan menuju kamar.

Aku menutup pintu kamar dan duduk sejenak di depan cermin. Kutatap lagi jerawat yang masih nangkring di hidung. Lalu teringat ucapan Papa barusan, tentang jatuh cinta.

~Apa perasaan tadi dinamakan jatuh cinta ya? Tapi apa bisa secepat itu ?~

Aku belum pernah merasakan apa itu jatuh cinta dalam hidupku. Dan aku juga belum mengerti apa artinya jatuh cinta?

~Ah entahlah, biarkan waktu yang menjawabnya.~

Aku naik ke atas kasur dan mulai memejamkan mata untuk tidur.

...****************...

Terpopuler

Comments

Srihandayani

Srihandayani

aku tinggalin jejak dulu

2022-10-03

1

R_Ela Syakira

R_Ela Syakira

harusnya berteman saat pertemuan awal sangat singkat tidak ada pembicaraan yang sapisial tapi mungkin pertemuan kedua lebih berkesan ya
" ini pertama kalinya aku mampir jika berkenan mampir juga ya nanti di tempat ku, aku juga buat novel cerita baru di baca ya nanti pasti akan rilis setiap bulan sabit dan bulan purnama Wakakkak wk ok" 😁

2022-08-09

1

Gadis23

Gadis23

mampir Thor semangat 😊

2022-04-01

1

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 : Tamu
2 BAB 2 : Mantan Pacar
3 BAB 3 : Apa Ini Dinamakan Cemburu?
4 BAB 4 : Curhat
5 BAB 5 : Ujian Akhir
6 BAB 6 : Tito, Secepat Itukah ?
7 BAB 7 : Mulai Santai
8 BAB 8 : Perpisahan Sekolah
9 BAB 9 : Diantara Dua
10 BAB 10 : Argument
11 BAB 11 : Dia Pergi
12 BAB 12 : UMPTN
13 BAB 13 : Tak Terduga
14 BAB 14 : Ospek
15 BAB 15 : Kos-kosan
16 BAB 16 : Bram
17 BAB 17 : Ospek 2
18 BAB 18 : Perempuan Cantik
19 BAB 19 : Heboh
20 BAB 20 : Ospek 3
21 BAB 21 : Mampir
22 BAB 22 : Gosip
23 BAB 23 : Ospek Terakhir
24 BAB 24 : Berkemah
25 BAB 25 : Tenda
26 BAB 26 : Mandi Di Sungai
27 BAB 27 : Siapakah Bram?
28 BAB 28 : Urusan Bram
29 BAB 29 : Hiking
30 BAB 30 : Foto Itu
31 BAB 31 : Bertengkar
32 BAB 32 : Hadiah
33 BAB 33 : Si Pelaku
34 BAB 34 : Perkemahan Berakhir
35 BAB 35 : Korban
36 BAB 36 : Kepo Again
37 BAB 37 : Pulang
38 BAB 38 : Vincent Terluka
39 BAB 39 : Date Pertamaku
40 BAB 40 : Ungkapan
41 BAB 41 : Pengakuan Bram
42 BAB 42 : Hadiah Lagi
43 BAB 43 : Kangen Kosan
44 BAB 44 : Kasus Selesai
45 BAB 45 : Kantin
46 BAB 46 : Cinta
47 BAB 47 : Pabrik
48 BAB 48 : Amarah Bram
49 BAB 49 : Balik
50 BAB 50 : Novel
51 BAB 51 : Penghuni Baru
52 BAB 52 : Bram dan Gilang
53 BAB 53 : Jadi Perkara
54 BAB 54 : Sunset
55 BAB 55 : Ternyata Anak Rektor?
56 BAB 56 : Ada Apa Prita?
57 BAB 57 : Pria Asing
58 BAB 58 : Berenang
59 BAB 59 : Sayang
60 BAB 60 : Ciuman Pertama
61 BAB 61 : Target Gilang
62 BAB 62 : Cargalla dan Ox
63 BAb 63 : Bantuan Bram
64 BAB 64 : Papa Marah
65 BAB 65 : Damar
66 BAB 66 : Singgah Dulu
67 BAB 67 : Hotel
68 BAB 68 : Gedung Tua
69 BAB 69 : Rumah Sakit
70 BAB 70 : 2 Jam
71 BAB 71 : ICU
72 BAB 72 : Keputusan Yang Berat
73 BAB 73 : Ancaman
74 BAB 74 : Masalah Bertambah
75 BAB 75 : Dramatis
76 BAB 76 : Bram Kembali
77 BAB 77 : Cerita
78 BAB 78 : Belum Muncul
79 BAB 79 : Atif Dan Prita
80 BAB 80 : Ku Katakan Saja
81 BAB 81 : Kecelakaan
82 BAB 82 : Histeris
83 BAB 83 : Panik
84 BAB 84 : Cerita Dilema
85 BAB 85 : Gadis Remaja
86 BAB 86 : Laura
87 BAB 87 : Penjualan Baja
88 BAB 88 : Keterangan
89 BAB 89 : Good Night
90 BAB 90 : Orang Tua
91 BAB 91 : Melayat
92 BAB 92 : Izin
93 BAB 93 : Nasehat Papa
94 BAB 94 : Kebun Rambutan
95 BAB 95 : Mawar Merah
96 BAB 96 : Handuk
97 BAB 97 : Perawat
98 BAB 98 : Kamar Rahasia
99 BAB 99 : Berjamaah
100 BAB 100 : Dansa
101 BAB 101 : Prita Tidak Ada
102 BAB 102 : Kak Siska
103 BAB 103 : Rumah Dinas
104 BAB 104 : Tolong
105 BAB 105 : Keajaiban
106 BAB 106 : Sacia
107 BAB 107 : Teman Lama
108 BAB 108 : Pertemuan
109 BAB 109 : Lutfa
110 BAB 110 : Koma Lagi
111 BAB 111 : Privat Jet
112 BAB 112 : Bram Sibuk
113 BAB 113 : Switzerland
114 BAB 114 : Ujang
115 BAB 115 : Ricard
116 BAB 116 : Kerumah Bram Lagi
117 BAB 117 : Biliar
118 BAB 118 : Rias
119 BAB 119 : Tamu Utama
120 BAB 120 : Gelora Asmara
121 BAB 121 : Hujan
122 BAB 122 : Restu
123 BAB 123 : Pak Boil
124 BAB 124 : Showroom
125 BAB 125 : Pemberian Damar
126 BAB 126 : Cafe Baru
127 BAB 127 : Guru Privatku Bernama Bayu
128 BAB 128 : Perintah Bram
129 BAB 129 : Bos Kecil
130 BAB 130 : Izin Bram
131 BAB 131 : Warung
132 BAB 132 : Sudah Bisa Bicara
133 BAB 133 : Mami Kos Usus Buntu
134 BAB 134 : Berita Di Televisi
135 BAB 135 : Mami and Papi
136 BAB 136 : Bintang
137 BAB 137 : Teman Vs Teman
138 BAB 138 : Semua Karyawan Meeting
139 BAB 139 : Kenapa Aku?
140 BAB 140 : Pemecatan Mandor Pabrik
141 BAB 141 : Asisten Manager
142 BAB 142 : Jangan Tinggalkan Aku
143 BAB 143 : Selamat Jalan Sayang
144 BAB 144 : Kenangan
145 BAB 145 : Penantian
146 BAB 146 : Keponakan Mami Adalah..
147 BAB 147 : Mengingat Kenangan
148 BAB 148 : Hampa
149 BAB 149 : Curhat Zuri
150 BAB 150 : Mesjid
151 BAB 151 : Ke Dermaga
152 BAB 152 : Diskusi
153 BAB 153 : Lampu Merah
154 BAB 154 : Bodyguard Bram Muncul
155 BAB 155 : Misi
156 BAB 156 : Surat
157 BAB 157 : Keceplosan
158 BAB 158 : Pesan Pak Tio
159 BAB 159 : Terus Terang
160 BAB 160 : Nur Ibzan
161 BAB 161 : Thelma
162 BAB 162 : Surat Vincent
163 BAB 163 : Ruang Kerjaku
164 BAB 164 : Gratis
165 BAB 165 : Meeting
166 BAB 166 : Aku Pengganti Bram
Episodes

Updated 166 Episodes

1
BAB 1 : Tamu
2
BAB 2 : Mantan Pacar
3
BAB 3 : Apa Ini Dinamakan Cemburu?
4
BAB 4 : Curhat
5
BAB 5 : Ujian Akhir
6
BAB 6 : Tito, Secepat Itukah ?
7
BAB 7 : Mulai Santai
8
BAB 8 : Perpisahan Sekolah
9
BAB 9 : Diantara Dua
10
BAB 10 : Argument
11
BAB 11 : Dia Pergi
12
BAB 12 : UMPTN
13
BAB 13 : Tak Terduga
14
BAB 14 : Ospek
15
BAB 15 : Kos-kosan
16
BAB 16 : Bram
17
BAB 17 : Ospek 2
18
BAB 18 : Perempuan Cantik
19
BAB 19 : Heboh
20
BAB 20 : Ospek 3
21
BAB 21 : Mampir
22
BAB 22 : Gosip
23
BAB 23 : Ospek Terakhir
24
BAB 24 : Berkemah
25
BAB 25 : Tenda
26
BAB 26 : Mandi Di Sungai
27
BAB 27 : Siapakah Bram?
28
BAB 28 : Urusan Bram
29
BAB 29 : Hiking
30
BAB 30 : Foto Itu
31
BAB 31 : Bertengkar
32
BAB 32 : Hadiah
33
BAB 33 : Si Pelaku
34
BAB 34 : Perkemahan Berakhir
35
BAB 35 : Korban
36
BAB 36 : Kepo Again
37
BAB 37 : Pulang
38
BAB 38 : Vincent Terluka
39
BAB 39 : Date Pertamaku
40
BAB 40 : Ungkapan
41
BAB 41 : Pengakuan Bram
42
BAB 42 : Hadiah Lagi
43
BAB 43 : Kangen Kosan
44
BAB 44 : Kasus Selesai
45
BAB 45 : Kantin
46
BAB 46 : Cinta
47
BAB 47 : Pabrik
48
BAB 48 : Amarah Bram
49
BAB 49 : Balik
50
BAB 50 : Novel
51
BAB 51 : Penghuni Baru
52
BAB 52 : Bram dan Gilang
53
BAB 53 : Jadi Perkara
54
BAB 54 : Sunset
55
BAB 55 : Ternyata Anak Rektor?
56
BAB 56 : Ada Apa Prita?
57
BAB 57 : Pria Asing
58
BAB 58 : Berenang
59
BAB 59 : Sayang
60
BAB 60 : Ciuman Pertama
61
BAB 61 : Target Gilang
62
BAB 62 : Cargalla dan Ox
63
BAb 63 : Bantuan Bram
64
BAB 64 : Papa Marah
65
BAB 65 : Damar
66
BAB 66 : Singgah Dulu
67
BAB 67 : Hotel
68
BAB 68 : Gedung Tua
69
BAB 69 : Rumah Sakit
70
BAB 70 : 2 Jam
71
BAB 71 : ICU
72
BAB 72 : Keputusan Yang Berat
73
BAB 73 : Ancaman
74
BAB 74 : Masalah Bertambah
75
BAB 75 : Dramatis
76
BAB 76 : Bram Kembali
77
BAB 77 : Cerita
78
BAB 78 : Belum Muncul
79
BAB 79 : Atif Dan Prita
80
BAB 80 : Ku Katakan Saja
81
BAB 81 : Kecelakaan
82
BAB 82 : Histeris
83
BAB 83 : Panik
84
BAB 84 : Cerita Dilema
85
BAB 85 : Gadis Remaja
86
BAB 86 : Laura
87
BAB 87 : Penjualan Baja
88
BAB 88 : Keterangan
89
BAB 89 : Good Night
90
BAB 90 : Orang Tua
91
BAB 91 : Melayat
92
BAB 92 : Izin
93
BAB 93 : Nasehat Papa
94
BAB 94 : Kebun Rambutan
95
BAB 95 : Mawar Merah
96
BAB 96 : Handuk
97
BAB 97 : Perawat
98
BAB 98 : Kamar Rahasia
99
BAB 99 : Berjamaah
100
BAB 100 : Dansa
101
BAB 101 : Prita Tidak Ada
102
BAB 102 : Kak Siska
103
BAB 103 : Rumah Dinas
104
BAB 104 : Tolong
105
BAB 105 : Keajaiban
106
BAB 106 : Sacia
107
BAB 107 : Teman Lama
108
BAB 108 : Pertemuan
109
BAB 109 : Lutfa
110
BAB 110 : Koma Lagi
111
BAB 111 : Privat Jet
112
BAB 112 : Bram Sibuk
113
BAB 113 : Switzerland
114
BAB 114 : Ujang
115
BAB 115 : Ricard
116
BAB 116 : Kerumah Bram Lagi
117
BAB 117 : Biliar
118
BAB 118 : Rias
119
BAB 119 : Tamu Utama
120
BAB 120 : Gelora Asmara
121
BAB 121 : Hujan
122
BAB 122 : Restu
123
BAB 123 : Pak Boil
124
BAB 124 : Showroom
125
BAB 125 : Pemberian Damar
126
BAB 126 : Cafe Baru
127
BAB 127 : Guru Privatku Bernama Bayu
128
BAB 128 : Perintah Bram
129
BAB 129 : Bos Kecil
130
BAB 130 : Izin Bram
131
BAB 131 : Warung
132
BAB 132 : Sudah Bisa Bicara
133
BAB 133 : Mami Kos Usus Buntu
134
BAB 134 : Berita Di Televisi
135
BAB 135 : Mami and Papi
136
BAB 136 : Bintang
137
BAB 137 : Teman Vs Teman
138
BAB 138 : Semua Karyawan Meeting
139
BAB 139 : Kenapa Aku?
140
BAB 140 : Pemecatan Mandor Pabrik
141
BAB 141 : Asisten Manager
142
BAB 142 : Jangan Tinggalkan Aku
143
BAB 143 : Selamat Jalan Sayang
144
BAB 144 : Kenangan
145
BAB 145 : Penantian
146
BAB 146 : Keponakan Mami Adalah..
147
BAB 147 : Mengingat Kenangan
148
BAB 148 : Hampa
149
BAB 149 : Curhat Zuri
150
BAB 150 : Mesjid
151
BAB 151 : Ke Dermaga
152
BAB 152 : Diskusi
153
BAB 153 : Lampu Merah
154
BAB 154 : Bodyguard Bram Muncul
155
BAB 155 : Misi
156
BAB 156 : Surat
157
BAB 157 : Keceplosan
158
BAB 158 : Pesan Pak Tio
159
BAB 159 : Terus Terang
160
BAB 160 : Nur Ibzan
161
BAB 161 : Thelma
162
BAB 162 : Surat Vincent
163
BAB 163 : Ruang Kerjaku
164
BAB 164 : Gratis
165
BAB 165 : Meeting
166
BAB 166 : Aku Pengganti Bram

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!