" Isshhh, percuma bertanya kalau tidak ingin mengajak pulang bersama," oceh Cherry dengan bibirnya yang kerucut melihat Verro yang mengacuhkannya.
" Kenapa heran, memang dia seperti itu, dasar batu," Cherry terus mengumpat kesal pada Verro.
" Ayo! Aku akan mengantarmu," sahut Verro tanpa menghentikan langkahnya.
Cherry membalikkan badannya. Melihat Verro yang terus berjalan.
" Apa dia yang bicara tadi?" tanyanya bingung terus melihat punggung Verro.
" Kau masih mau tetap di situ? teriak Verro membalikkan tubuhnya melihat Cherry yang masih mematung.
" Jadi memang benar dia mengajakku," gumamnya tersenyum berlari mengejar Verro. Cherry mensejajarkan langkahnya dengan Verro.
" Kau serius mau mengantarku pulang?" tanya Cherry melihat ke arah Verro. Masih tidak percaya Verro mengantarnya.
" Aku hanya tidak ingin mengambil resiko atas dirimu," jawab Verro dengan dingin.
" Resiko apa?" tanya Cherry mengkerutkan dahinya.
" Sudah jangan banyak tanya. Kalau kau tidak mau di antar, ya sudah," sahut Verro dengan suara beratnya.
" Iya aku akan menutup mulutku," sahut Cherry mengkunci mulutnya dengan jarinya.
**********
Pulang sekolah mungkin enak untuk yang lainya. Tidak Nadya yang hari ini akan di habisi geng Raquel. Ketika Nadya ingin keluar dari kelas. Geng Raquel langsung menariknya ke belakang sekolah.
" Syukurin lo, terima akibatnya," ucap Selina dengan kejam membuang semua sampah yang ada di tong sampah tersebut.
" Ha-ha-ha-ha," Raquel dan Mitha tertawa lebar melihat Nadya yang yang berlutut dengan menundukkan kepalanya. Nadya hanya bisa menangis dengan apa yang terjadi kepadanya.
" Lo itu pantasnya di dekat sampah. Karena lo itu kayak sampah sama-sama hina," desis Raquel tersenyum miring dengan ke-2 tangan di silangkan di dadanya.
" Sudah tau miskin, masih sok berani sekolah di sini. Alasan beasiswa taunya jual diri," desis Mitha membuat hati Nadya semakin sakit.
" Kenapa menuduhku seperti itu?" tanya Nadya dengan linangan air mata di wajahnya.
" Kenapa apa yang kita katakan salah, kalau lo itu suka caper sama guru-guru laki-laki di sekolah. Biar apa biar nilai lo bagus. Supaya bisa bertahan di sekolah ini iya," kecam Raquel tanpa ampun.
" Dan lo kasih imbalan tubuh lo buat para guru," sambung Selina tidak kalah pedas berbicara. Nadya yang mendengarnya hanya geram. Tetapi tidak bisa melawan sama sekali.
" Jaga mulutmu," sahut Nadya yang sudah tidak tahan berbicara dengan menantang.
" Oh My good," kalian dengar nggak sih apa yang keluar dari mulutnya. Sahut Mitha tertawa mengejek melihat Nadya yang menantang.
Raquel yang geram langsung berjongkok dan mencengkram pipi Nadya dengan kuat.
" Apa lo bilang tadi?" tanya Raquel menatap sinis. Nadya juga menatapnya sangat tajam.
" Lepaskan aku, kau sungguh wanita jahat," sahut Nadya dengan geram.
" Guiss kalian dengar dia ngomong apa lagi," sahut Raquel melihat ke arah Mitha dan Selina.
" Kau sungguh wanita jahat," sahut Mitha dan Selina dengan serentak tersenyum miring.
" Sepertinya kita harus berikan service untuk mulutnya agar mengontrol kata-katanya," desis Raquel dengan beribu rencana.
Selina melihat di sekitarnya. Tidak sengaja Selina melihat botol yang berisi minuman sedikit. Selina tersenyum penuh rencana dan mengambil botol tersebut.
" Raquel, aku rasa ini cocok untuk mulutnya yang kotor itu," sahut Selina memegang botol itu.
Raquel dan Mitha melihat apa yang di genggam Selina. Mereka tersenyum miring seakan setuju.
" Ide bagus," sahut Mitha meraih botol itu dari tangan Selina, " tapi sebelum itu harus di tambah ini, Cih!!!!," Mitha meludahi air yang ada di botol plastik itu.
Hal itu juga di lakukan oleh Selina. Lalu Selina memberikan kepada Raquel. Dengan tersenyum kemenangan Raquel juga melakukan hal yang sama sambil melihat sinis Nadya.
" Apa yang akan kalian lakukan?" tanya Nadya panik.
Raquel, Mitha dan Selina tersenyum puas. Raquel mulai mencoba meminumkan air sisa tersebut kepada Nadya.
" Aku mohon jangan lakukan itu," Nadya berusaha memberontak. Selina dan Mitha mengambil alih memegang ke-2 tangan Nadya. Nadya terus menutup mulutnya. Menggeleng-gelengkan kepalanya. Agar minuman itu tidak sampai ke mulutnya.
" Ayo sayang minumlah, agar mulutmu bisa berbicara dengan benar," geram Raquel terus mencengkram pipi Nadya agar mulut Nadya terbuka.
Nadya pun pasrah akan apa yang terjadi. Dia benar-benar tidak bisa memberontak. Karena Mitha dan Selina terus memegang tangannya. Dengan linangan air mata Nadya pasrah saat botol itu sudah menyentuh mulutnya.
" Raquel," suara teriakan lantang terdengar sehingga membuat Raquel, Mitha, dan Selina kaget. Dengan serentak mereka melihat ke arah suara tersebut.
" Varell ," gumam ke-3 nya serentak.
Varrel berdiri tegak dari kejauhan melihat perbuatan keji Raquel dan teman-temannya. Verro mengepal ke-2 tangannya berjalan dengan langkah kaki yang panjang menghampiri Raquel.
Nadya yang di penuhi air mata sedikit merasa lega dengan kedatangan Varell. Tapi dia tidak bisa senang dulu. Karena belum tentu Varell membantunya.
" Ngapain dia di sini?" desis Raquel kesal.
Mitha dan Selina saling melihat. Ketika melihat Varrel yang semakin dekat dengan wajah yang merah seakan ingin menerkam mereka.
Ketika Varrel sampai. Varrel langsung menarik tangan Raquel menjauh dari Nadya dan menghempaskan Raquel sampai Raquel terhuyung jatuh ketanah.
" Raquel," teriak Mitha dan Selina menghampiri Raquel berjongkok dan membantu Raquel.
" Apa yang kalian lakukan?" bentak Varell dengan suara menggelegar nya.
" Sejak kapan lo ikut campur," sahut Raquel.
" Pergi kalian dari sini!" usir Varrel.
" Apa-apaan sih Varrel," sahut Selina.
" Aku bilang pergi!" bentak Varell.
" Kalian ber-3 dengar. Jika gue ngeliat sekali lagi. Kejadian seperti ini, awas kalian," ancam Varrel.
" Lo ngancam kita," sahut Raquel kesal.
" Kalian masih tetap di sini, gue bilang pergi!" tekan Varell
" Ayo," ajak Raquel. Dengan geram ke-3 manusia yang tidak memiliki hati itu pun pergi.
Sebelum pergi pasti mereka menatap sinis Nadya. Nadya hanya menunduk kembali dengan air matanya yang jatuh.
Setelah kepergian Raquel dan teman-temannya. Varell berbalik badan. Varell melihat Nadya masih menunduk.
" Ayo," Varrel menjulurkan tangannya pada Nadya. Nadya melihat juluran tangan itu.
" Apa kau akan tetap di situ?" tanya Varell yang tidak mendapat juluran tangan.
Nadya pun meraih juluran tangan itu dan berdiri.
***********
Cherry dan Verro sekarang sudah berada di dalam mobil. Seperti biasa. Jika di dalam mobil ke-2 nya akan tetap bungkam tanpa ada yang memulai berbicara.
Verro fokus menyetir kedepan. Sementara Cherry masih gelisah. Apa lagi jika bukan masalah Pria asing yang di temuinya.
Pria yang bersama papanya Verro. Pria yang sering mengikutinya dan Verro. Hal itu membuatnya terus kepikiran.
" Apa Verro mengenal orang itu?" batin Cherry menoleh ke arah Verro.
Cherry sungguh penasaran hubungan Pria asing itu dan Hariyanto papa dari Verro.
" Verro," tegur Cherry.
" Hmmmm," sahut Verro dengan deheman tanpa menoleh ke arah Cherry tetap memandang lurus kedepan.
" Aa--- A--,"
" Apa?" tanya Verro.
" Aku ikut kerumahmu," ucap Cherry tiba-tiba membuat Verro langsung menoleh kearah Cherry.
" Untuk apa?" tanya Verro heran.
" Hhhhhh, itu, untuk...." Cherry mengigit ujung jarinya mencari alasan apa yang tepat agar Verro mengijinkannya.
" Aku bosan di rumah. Apa lagi di rumah tidak ada orang. Papa pasti belum pulang. Jadi aku bosan," ucap Cherry berusaha membujuk Verro.
Tetapi Verro mengacuhkannya dan kembali fokus menyetir kedepan.
Hhhhhh Cherry membuang napasnya perlahan.
Cherry pasrah melihat tanggapan Verro yang mengacuhkannya. Percuma mengatakan itu. Verro tidak akan mengijinkannya.
Wajah Cherry berubah menjadi lesu. Padahal dia ingin ke rumah Verro agar bisa mencari tau orang yang mengganggu pikirannya. Tetapi apalah dayanya Verro tidak mempedulikannya.
💝💝💝Bersambung
Hay para readers yang baru bergabung. Bantu support ya novel aku yang baru.
Tinggalkan jejak. Komentar, like, dan jangan lupa vote sebanyak-banyaknya. Agar aku semakin semangat melanjutkan ceritanya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 401 Episodes
Comments