Jam istirahatpun tiba, keempat sahabat itu pergi ke kantin sebrang, kantin bi Eem. Lebih tepatnya sebuah warung tenda yang menjajahkan makanan Favorit mereka, seblak dan cimol. Waktu untuk mengisi perut dan bertukar ghibah tentunya.
"Eh, gue sama Rila toilet dulu ya. Lu bedua pesenin kita kaya biasa. Ntar kita nyusul!" Ucap Feby dan menarik tangan Rila, tanpa persetujuan yang punya.
Ayra memesan makanan dan Agel yang mencari tempat duduk untuk mereka. Tidak sulit untuk Ayra tau makanan kesukaan masing-masing.
Persahabatan yang terjalin 6 tahun lebih itu membuat mereka tau akan kebiasaan masing-masing. Tak pernah ada yang ditutupi diantara mereka. Mereka memang bukan sahabat dari kecil, persahabatan mereka terjalin sejak Ayra pindah ke kota kecil itu.
Awalnya Ayra dan keluarga tinggal dikota besar, namun karena perusahan kecil yang didirikan sang Papih harus gulung tikar, akhirnya mereka memutuskan untuk pindah ke kota kecil itu, kampung halaman kedua orang tua sang Papih.
Saat itu Ayra masih duduk di bangku SMP, dan satu sekolah dengan Agel, Rila, dan Feby. Jadilah persahabatan mereka sampai sekarang.
kembali ke kantin. "Eh, ntar sore ikut yuk kumpul ma anak-anak!" ajak Agel.
Ayra yang baru duduk mengerenyitkan dahinya "Anak-anak mana?" tanyanya heran, pasalnya dia tak pernah ikut kumpul sama siapapun, kecuali mereka bertiga.
"Itu, sama si Jun dan yang laennya." timpalnya lagi. Ya, Jun adalah pacarnya Agel, dia memang sering diajak nongkrong pacarnya bareng teman-temannya juga.
"Gak ah, ntar gue jadi obat nyamuk lagi!" tolaknya.
"Ya kagaklah kita kan kumpulnya rame-rame. Seru tau. Yah yah!" Rayunya lagi.
"Ck. Gaklah mening gue tidur" jawab Ayra memutar bola matanya malas.
"Yakin lu gak mau ikut? Ada bang Ar loh!" tanyanya dengan nada menggoda.
Bang Ar, dia adalah teman dari Juna juga, mereka bekerja di perusahaan yang sama. Perusahan yang berdiri di kota sebelah, perusahaan pusat dari pabrik mereka bekerja.
Mereka selalu pulang diakhir pekan.
Dan Bang Ar, adalah sosok yang diam-diam dikagumi oleh Ayra, yang sayangnya sudah memiliki kekasih.
"Beneran?" tanya Ayra kegirangan dan hanya dijawab anggukan kepala oleh Agel.
"Ck. Ntar bawa ceweknya lagi." jawabanya dengan wajah sendu.
Ayra memang mengaguminya, tapi untuk jadi pelakor dia belum mampu.
"Gak bakalan, kata Jun dia lagi murung, kek nya lagi ada masalah, lagi bertengkar mungkin." jawab Agel sambil menyeruput minuman yang sudah tersedia.
"Jahat gak sih, kalo gue berharap mereka putus?" tanyanya lagi.
"Jangan gitu dong! Tapi gue setuju!" jawab Agel dengan cengirannya.
"Lu napa sih gak mu buka hati lu buat yang laen? Padahal banyak loh cowok yang suka sama lu?" tanya Agel yang penasaran dengan temannya ini yang kekeuh pengen bejodoh dengan Bang Ar nya.
Padahal banyak yang ngedeketin, tapi dia selalu nolak. Dengan alasan gak mau ngehianatin Bang Ar, padahal mah pacar bukan suami bukan. Tapi yaa gitu, cintanya udah mentok di Bang Ar mungkin.
Disela mereka curhat, datang dua sahabat yang baru balik dari toilet. "Napa sii, serius banget?" tanya Rila mendudukn dirinya di atas bangku, disusul Feby.
"Gue juga gak tau, gue gak ngerti. Kenapa gue gak bisa buka hati gue buat cowok laen. Gue udah berusaha lupain perasaan gue sama Bang Ar, tapi tetep gak bisa." lirih Ayra.
Kedua sahabatnya yang baru datang hanya saling tatap dan saling senggol, mereka belum ngerti dengan obrolan keduanya. Mereka memutuskan hanya jadi pendengar saja.
"Setelah gue tau Bang Ar dah punya pacar, gue mencoba buat ikhlas, ngerelain dia, gue coba buat buka hati gue. Tapi mimpi itu slalu datang dan datang lagi, bikin hati gue sesek tau gak. Antara milih percaya mimpi atau kenyataan yang ada."
Ya mereka tau, Ayra selalu dihantui dengan mimpinya, mimpi dimana dia akan pergi dan dicegah oleh Bang Ar, dan berkata "kumohon jangan pergi, tetaplah disini!" Ayra tau itu hanya mimpi bahkan mungkin khayalannnya. Tapi berulang kali mimpi itu hadir, membuat dia tak bisa menentukan hatinya.
Semua teman-temannya hanya menghela nafas berat, merasa iba mendengar curhatan sahabatnya itu.
"Ya udah lu jangan sedih. Gue yakin kalo jodoh gakan kemana." ucap Agel meyakinkan sahabatnya itu dengan merangkul bahunya, begitupun dengan kedua sahabatnya yang ikut pindah duduk dan ikut merangkul mereka. Jadilah aksi peluk-pelukan ala teletabies.
"Pokoknya ntar sore kita musti ngumpul. Kita seneng-seneng. Gada acara sedih-sedih mewek-mewek lagi. Okeh!" Ajak Agel lagi.
"Lah kita mao kemana?" tanya Feby yang dari tadi dah gatal pen nyaut.
"Kita nongkrong di kafe depan, cuci mata bareng Jun dan temen-temennya." jawab Agel.
"Njirr... Gue diajak nih?" tanya Feby kegirangan.
"Iya, pokoknya kita semua kudu ngikut. Okeh!" sahut Agel sambil melerai pelukan mereka.
"Oke!" jawab mereka serempak. Dan segera memakan makanan mereka masing-masing karena waktu isrirahat hampir habis.
**************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 166 Episodes
Comments
Clarissa
Coba mampir kak
2022-08-17
1
Ssttttt!!
bisa pertanda mimpi itu adalah sebuah isyarat.
2022-07-29
1
Markoneng
lah lah kok ada kejadian mimpi2 juga tor, sama kek siska 😅
2022-04-09
2