Hari ini Paman dan Bibi akan kembali ke Jakarta, aku sangat semangat karena hari ini aku akan ikut mereka ke Jakarta.
Aku sangat senang sekaligus sedih, senang karena impianku untuk kuliah di kota metropolitan itu akan terwujud dan sedih karena harus meninggalkan orang tuaku di kampung.
Ibu membantuku memasukkan pakaianku ke dalam koper.
"Sinta ! kamu di sana jangan lupa shalat ya nak, jangan telat makan, jangan bergadang dan jangan nakal ya ," ucap ibuku mulai menasehatiku
"Iya mak" jawabku
"Kamu jangan tergoda sama pergaulan di sana ya, kamu harus mematuhi apa yang di katakan oleh paman dan bibimu," tambah ibu dengan suaranya yang sudah serak.
Aku melihat ke arah ibuku, ku lihat dia meneteskan air mata,,segera aku memeluknya dan mencium pipinya.
"Bu ! aku kesana untuk mewujudkan mimpiku bu,,aku berjanji kalau aku akan selalu membanggakan ibu dan ayah dan aku gak akan mengecewakan kalian," ujarku sambil menangis di pelukan ibuku.
Sesudah memasukkan semua barang-barang yang akan dibawa Sinta ke Jakarta, merekapun segera menuju ruang tamu,,disana sudah menunggu ayah,paman dan bibiku.
"Kamu sudah Siap Sinta,,ayo kita pergi, taksi sudah menunggu di depan," ucap paman bangkit dari tempat duduknya yang diikuti oleh bibiku
Aku mengikuti langkah mereka dan kedua orang tuaku mengantar kami keluar rumah
"Bang !! kami pamit dulu ya,,nanti kalau ada waktu kami akan mengunjungi kalian lagi," ucap paman sambil memeluk ayahku dan menyalami ibuku,,begitu juga dengan bibi. Mereka lalu masuk kedalam taksi.
Aku segera berhambur kepelukan ibu dan ayah,
"Ayah..Ibu.. Sinta pergi dulu ya, doàin Sinta ya biar apa yang Sinta impikan terwujud," ucapku tak kuasa menahan tangisku
"Iya nak,, kami akan selalu mendoàkan mu dan ingat nak jangan pernah tinggalkan sholat ya," ucap ayah sambil mencium keningku.
Ibuku sudah tak kuasa berkata apapun lagi,
Air mata sudah mengalir deras di pipinya. Aku mencium pipi ayah dan ibuku lalu aku segera masuk kedalam taksi.
"Zainal !! saya titip Sinta padamu ya,, jaga dia baik-baik layaknya anakmu sendiri," ucap ayahku kepada paman Zainal
"Baik bang, aku akan menjaga dan menyayangi Sinta seperti anakku sendiri," ucap pamanku
"Baiklah bang, kami pergi dulu," taksi mulai melaju,,kulihat ayah dan ibuku melambaikan tangannya,,tangis ibu pecah dalam pelukan ayah.
🌹🌹🌹
Sudah dua hari aku di Jakarta, aku sangat takjub melihat pemandangan kota metropolitan itu. Gedung-gedung bertingkat seakan-akan menembus awan berjejeran di mana- mana. Jalanan macet seakan-akan sudah menjadi hal yang biasa bagi warga di sana.
Hari ini adalah hari pertama aku masuk kampus dan aku sudah siap dengan pakaianku. Aku memakai kaos lengan panjang warna coklat dengan rok panjang warna hitam serta tak lupa hijab yang warnanya senada dengan bajuku
"Waah,,cantik sekali ponakan paman hari ini," puji pamanku
"Biasa aja paman," jawabku tersipu
"Udah jangan di godain Sintanya, ayo sarapan dulu," ujar bibi yang baru datang dari dapur membawa nasi goreng di tangannya.
"Wiih,,kayaknya lezat nih bun, eh..bibi bolehkan kalau Sinta manggil bibi dengan sebutan Bunda," ucapku
"Boleh sayang, bibi senang banget kamu panggil bunda," jawab bibi
"Oh ya hari ini kamu di antar paman ya sayang, kan kamu blom tau jalan," ucap bunda lagi
Aku mengangguk sambil terus memakan nasi goreng di piringku, setelah selesai sarapan kami pun segera berangkat.
Paman mengantarkanku ke kampus terlebih dahulu, baru dia berangkat ke tempat kerjanya.
Sampai dikampus aku berjalan menuju tempat di laksanakan kegiatan ospek, disana terlihat semua Mahasiswa baru duduk berjejer di lapangan sedang menerima arahan dari panitia kegiatan tersebut.
Akupun bergegas ke sana dan bergabung dengan mereka,, aku mendengarkan arahan denga seksama.
Sesudah selesai pengarahannya, kami di berikan waktu istirahat selama sepuluh menit oleh kakak-kakak Senior yang menjadi panitia ospek tersebut.
Aku kebelet dan hendak ke toilet,,saat aku berbalik aku menabrak seseorang.
"Aaawww..."pekikku saat keningku berbenturan dengan kepalanya
"Maaf,,kamu gak apa-apa," tanya seorang pemuda padaku
"Aku gak apa-apa kok,,aku cuma sedikit pusing," ucapku
Pandanganku mulai buram dan aku tidak sadarkan diri.
Uuhhhg,, aku mengerjap-ngerjapkan mataku.
"Ini di mana ?" tanyaku
"Ini di UKS,, tadi kamu pingsan dan aku membawanya ke sini," jawab pemuda itu
"Membawa aku ke sini ? gimana caranya ?" tanyaku
"Aku menggendong kamu ke sini," ucapnya santai
"Apaa...! aku terkejut dan tak percaya melihat dia santai dengan apa yang dia perbuatnya. Wajahku merona menahan malu, aku tidak pernah bersentuhan dengan seorang pria, tapi ini malah di gendong sama pemuda itu
"Kamu kenapa ?" tanyanya khawatir melihat wajahku memerah.
"Apa gak ada cara lain untuk membawaku ke sini ?" aku memberanikan diri untuk bertanya
Mendengar pertanyaanku pemuda itu tersentak,,dia tak menyangka aku bertanya seperti itu, di Jakarta hal itu sudah biasa akan tetapi bagi Sinta hal itu sangatlah memalukan buatnya.
"Ada sih, tapi tadi aku sangat khawatir padamu, jadi aku tidak bisa mikir dan langsung saja menggendongmu ke mari," jawabnya
Deggg...
Jantungku berdebar kencang,
Apa ! dia khawatir, dan kenapa ini,, jantungku kok berdetak gak seperti biasanya ya, malah dadaku sesak sekarang,, batinku reflek memegang dadaku.
"Kamu gak apa-apa ?" tanyanya
"Gak kok,, aku udah enakan, tapi makasih ya..."
"Bian," ucapnya sambil menyodorkan tangannya
"Sinta," ucapku sambil menyambut tangannya
seketika darahku berdesir tat kala tanganku menyentuh tanganya.
Semenjak itu kami berteman dan dimana ada aku pasti ada Bian.
Suatu hari Bian mengajakku ke suatu tempat dan aku pun mengiyakannya, setelah menempuh jarak yang lumayan jauh, mobil Bian berhenti di tepi pantai. Aku yang bingung segera bertanya padanya.
"Bian ! mau kemana kita ?" tanyaku
Dia tidak menjawab dan langsung menutup mataku dengan sehelai kain
"Bian ! jangan bercanda,, gak lucu tau gak," ucapku mau membuka penutup mataku
"Please jangan dibuka," ucap Bian
Tak tau kenapa aku pun menuruti ucapannya. Bian menuntun aku ke suatu tempat dan seketika Bian melepaskan tangannya.
"Sudah boleh dibuka," ucap Bian
Akupun membuka penutup mata itu dan aku terpana melihat pemandangan didepanku. Ada bunga mawar membentuk hati di pasir tepi pantai itu dan aku tepat berada di tengah-tengahnya bersama Bian.
"Sinta,,aku sudah lama memendam rasa ini. Semakin ku pendam semakin besar rasa ini kepadamu, aku tidak bisa menahannya lagi," ucapnya gugup
"Aku mencintaimu Sinta,,maukah kamu jadi pacarku ?" ucapnya sambil memberikan setangkai bunga mawar merah ke padaku
Aku terdiam tak menyangka Bian melakukan semua ini untukku. Aku terlalu takut untuk melangkah lebih jauh, tapi hatiku tidak menampikkan bahwa aku juga menyukai Bian semenjak pertama aku bertemu denganya.
"Sinta ! apa kamu bersedia ?" tanyanya lagi
Aku mengangguk
"Yess,,makasih Sinta," ucapnya mau memelukku
aku menghindar
"Kenapa ?" tanya Bian
"Bian, jangan seperti ini," ucapku
Bian yang mengerti dengan maksudku segera mengurungkan niatnya buat memelukku.
"Maaf,,aku terlalu bersemangat," ucapnya
"Jadi sekarang kita pacaran,, yeay,, akhirnya aku punya pacar," teriak Bian berlari kearah lautan luas dan melompat-lompat seperti anak kecil.
Aku tertawa melihat tingkahnya,
kami pun berjalan-jalan di tepi pantai dan kakiku tiba-tiba basah.
" Kenapa kakiku basah ya ? kan tadi aku cuma berjalan di atas pasir," gumannya
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ*...
Kenapa ...hayooo...🤔🤔🤔
Penasaran...
jangan lupa tinggalkan jejak ya readers...🙏🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
teti kurniawati
kecipratan kali.. 😅
2022-09-26
0