#4

Hotel Steward..

Ting tong.. ting tong..

"Iya iya tunggu sebentar ! Siapa sih sudah malam begini" Ujar Ara, sambil melangkah untuk membukakan pintu.

"Hai !" Sapa Ade.

"Loh kak Ade kak Meisie??? Ada apa kesini?" Tanya Ara.

"Kita bawain ayam panggang nih 2 ekor buat di makan sama-sama, kamu kan suka banget" Ujar Meisie sambil berjalan dan mengangkat kantong makanan nya yang di tunjukkan nya ke Ara, dan sambil berjalan menuju meja di ruang tengah.

"Ya ampun kakak kalian sampai repot-repot kesini sampe bawain makanan segala" Ujar Ara sambil berjalan menghampiri Meisie.

Ade menutup pintu dan berjalan menghampiri Ara dan Meisie, mereka bertiga duduk di bawah dan menikmati ayam bakar.

"Gimana? hari ini? Prewedding nya?" Tanya Meisie.

"Iya Gavin ganteng banget. Cowok keren idamanku dari jaman dulu kala" Ujar Ara sambil mengayunkan tangannya yang sedang memegang ayam dan tanpa sengaja hampir menyentuh wajah Ade.

"Ara, ayam nya nanti kena muka ku, kamu tuh. Lagian Gavin apa nya yang bisa di banggain, setelah satu tahun pernikahan aku nggak akan peduli sama bocah tengil itu" Ujar Ade kesal.

"Ade" Tegur Meisie.

"Jangan gitu kak, setelah satu tahun aku nggak akan menceraikan dia dan dia tetap adik ipar kakak, anggap dia sebagai pengganti Ara, lagi pula kalau dua perusahaan ternama di negara ini bersatu, semua nya bisa jadi lebih mudah dan lebih mungkin untuk dua keluarga" Ujar Ara.

"Dek, kamu jangan bilang gitu dong, selama ini kita tetap berusaha mencari dokter terbaik buat Ara, kak Alva juga lagi ke luar negeri buat mencari dokter yang bisa nyembuhin kamu" Ujar Meisie.

"Iya ! Kamu itu jangan-jangan menikah sama dia karena memikirkan bisnis keluarga juga? Ra, kita nggak butuh itu, yang penting kamu bahagia dan bisa hidup lama" Ujar Ade sambil memegang pundak Ara.

Ara melihat ke arah Ade dan Meisie lalu tersenyum pahit.

"Kalian juga tau kan? Hidup lama itu sesuatu yang aku inginkan namun nggak mungkin. Lagipula bukan karena bisnis juga kok, aku memang mencintai dia, cuman karena seperti ini jadi kan bisa sambil menyelam minum air" Ujar Ara lalu ia tertawa keras di depan Ade dan Meisie.

Ade dan Meisie hanya memandangi Ara yang tertawa. Sampai Ara sadar dia hanya di lihat oleh kedua kakak nya itu dan dia pun berhenti tertawa dan mengalihkan pandangannya dari kedua kakak nya itu.

"Ara, pokoknya kamu yang harus mengurus Gavin. Aku nggak mau ngurusin bocah tengil itu, dia suamimu jadi kamu yang harus ngurusin dia, dan kalau dia jatuh cinta sama kamu, kamu boleh menghapuskan kontrak satu tahun itu dan hidup sama dia, tapi kalau kamu menderita dan dia benar-benar nggak menerima kamu, kamu boleh ceraikan dia. Yang penting pokoknya kamu yang harus mengurus masalah itu, jadi kamu harus sembuh." Ujar Ade sambil berjalan ke arah meja makan dan hendak mengambil minum, ia bicara sambil menahan tangis yang tidak ingin di tunjukkannya kepada adik satu-satu nya yang ia sayangi.

"Doain Ara ya, supaya Ara bisa hidup lebih dari satu tahun, seenggaknya dua tahun aja deh nggak masalah" Ujar Ara.

"Jangan gitu sayang, kita pasti lakuin yang terbaik buat kamu dek" Ujar Meisie sambil memeluk Ara.

Dari awal sebelum menikah Meisie adalah senior Ara di kampus, mereka hanya berbeda dua tahun.

Awalnya mereka bahkan tidak saling kenal sama sekali.

Pertemuan Ade dan Meisie.

Saat itu, Ade yang sudah mengambil alih perusahaan ini, pergi ke kampus untuk menjemput Ara. Setengah ia menunggu di parkiran mobil, namun Ara tak kunjung datang, karena sikap Ade yang nggak bisa diam dan panikan, ia keluar mobil mencari Ara.

Saat berjalan meninggalkan mobil, tanpa sengaja ia di senggol mobil kecil berwarna putih hingga terjatuh. Saat itu pengemudi sedang menerima telepon dan mencari parkiran, dan kebetulan mobil melaju pelan.

Meisie yang mengemudikan mobil terkejut dan berlari menghampiri Ade.

"Kak maaf ya maaf ya aku nggak sengaja, benar-benar nggak sengaja, maaf banget" Ujar Meisie yang langsung duduk memegang tangan Ade.

"Bawa mobil yang bener dong ! Gimana sih !" Bentak Ade.

"Maaf kak, benar-benar maaf, saya antar ke UKS ya." Ucap Meisie.

"Nggak perlu !" Ujar Ade sambil menepis tangan Meisie dan beranjak berdiri.

"Ini punya kakak kan?" Tanya Meisie sambil menunjukkan dompet yang ia ambil yang terjatuh di lantai.

Ade melihat dompet itu dan mengecek kantong nya. Dan benar itu dompet nya.

"Kembaliin !" Teriak Ade.

"Nggak, aku mau antar kakak ke UKS, jadi tunggu sebentar ya, aku parkir mobil dulu, dompet ini ku bawa dulu supaya kakak nggak kemana-mana." Ujar Meisie sambil berjalan ke arah mobilnya.

"Udah nyetir nggak becus masih mau maling lagi lu ya !" Teriak Ade.

"Tunggu sebentar, okey? Aku nggak akan kabur." Ujar Meisie dan langsung masuk ke mobil dan memarkirkan mobil nya di sebelah mobil Ade yang kebetulan kosong.

Usai Meisie memarkirkan mobil nya, ia mengembalikan dompet Ade.

"Ayo kak ku antar ke UKS." Ujar Meisie.

Tanpa menjawab apapun Ade langsung berjalan sendiri, dan Meisie mengikuti dari belakang.

"Kak ! Kak ! UKS nya di sebelah sini !" Teriak Meisie sambil mengejar Ade yang terus berjalan.

"Bodo amat ! Aku nggak mau ke UKS !" Ujar Ade.

Namun Meisie menarik tangan Ade dan masuk ke ruang UKS, disitulah pertama kali Meisie dan Ara bertemu.

Saat membuka ruang UKS, Meisie melihat Ara tengah menahan sakit dan sudah berkeringat dingin.

"Loh dek, kamu kenapa? Kamu kok sendirian? Kamu nggak apa-apa?" Ujar Meisie yang langsung menghampiri Ara yang sudah lemas di tempat tidur UKS.

"Loh Ara ! Ara kamu kenapa???" Sontak Ade yang melihat adiknya terkapar lemas di ruang UKS.

"Ya ampun mas Ade, saya tadi cari mas Ade keparkiran buat kasih tau keadaan Ara syukurlah sudah disini, cepat bawa Ara ke rumah sakit." Ujar dokter UKS yang sudah cukup akrab dengan Ade, karena Ade merupakan alumni kampus tersebut juga.

"Ayo kak, jangan lama-lama, aku ikut bantu, aku akan ikut" Ujar Meisie yang langsung memapah Ara bangun.

Ade yang kebingungan melihat tingkah Meisie dan panik karena keadaan Ara pun langsung menggendong Ara.

"Kamu bawa tas dia !" Perintah Ade.

Meisie langsung membawa tas Ara, dan mereka langsung menuju parkiran dan Ade memasukkan Ara ke dalam mobil di bagian belakang perlahan.

Meisie ikut masuk dari sisi satu nya.

Mereka pun pergi ke rumah sakit. Sepanjang perjalanan Meisie terus memeluk Ara tanpa sekalipun di lepas.

Bersambung..

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!