Fio benar-benar tak dapat mengalihkan padangnya pada beberapa toko penjual makanan di kantin kampus kakaknya. Dia benar-benar bingung harus memilih makanan yang mana karena semua tampak lezat dimatanya.
" Nasi goreng, nasi uduk, mie instant, batagor, bakso! " Gumamnya sambil berjalan melewati beberapa kedai tersebut.
" Salad buah? Nggak dulu deh udah bosen! " Katanya lagi sambil menggelengkan kepalanya. Bagaimana tidak bosan, di sekolah lamanya salad buah adalah makanan penutup sehari-hari yang disediakan oleh sekolah untuk para siswa.
" Kayaknya nasi uduk sama nasi kuning enak deh! Eh itu apa ya? Seblak? " Ucapnya lagi dengan nada khas bulenya.
Tak mau berpikir panjang, Fio pun memesan semua makanan yang menurut penglihatannya menggoda seleranya. Dia memesan nasi uduk, nasi kuning dan beberapa jajanan lainnya hingga memenuhi meja tempatnya duduk. Dia memilih tempat duduk dipojokan agar tak terlalu banyak orang yang melihat. Fio bahagia bukan kepalang membeli makanan di kantin sudah seperti di street food saja.
Andaikan dulu tempat sekolahnya memiliki kantin yang seperti ini alangkah bahagianya hatinya. Dulu di tempat sekolah lamanya lebih tepatnya di Italia, makanan untuk kebutuhan siswa sudah disiapkan oleh pihak sekolah jadi saat jam istirahat siswa hanya perlu mengantri tanpa membayar lagi. Dan yang paling membosankan adalah menunya hanya itu-itu saja. Sebenarnya menunya cukup bagus dan dapat memenuhi nutrisi serta gizi para siswa tapi terkadang rasa bosan pasti saja ada.
Saat sedang menikmati makan siang yang belum jamnya itu, tiba-tiba saja pandangan terkunci pada satu sosok mahasiswa yang tengah berbincang dan melewati kantin tempatnya duduk. Laki-laki putih, tinggi dan memiliki wajah khas oriental itu menyita perhatiannya. Sosok yang tetap sama meskipun sudah lama tak berjumpa.
Sejenak Fio berdiri, tatapan matanya tak lepas dari sosok laki-laki yang meskipun hanya terlihat punggungnya itu. Kemudian dia kembali duduk di kursinya, sudah lama tak bertemu jika dia menghampiri pemuda itu akan bagaimana jadinya? Jika pemuda itu mengenalinya semuanya akan berjalan dengan lancar tetapi bagaimana jika sebaliknya? Ahh memikirkannya saja dia sudah tidak tahan.
Selang beberapa lama akhirnya Ale pun selesai melakukan rapat dengan teman-temannya. Sementara Fio sejak tadi menunggu di gazebo yang letaknya tidak jauh dari tempat parkir.
" Lah lu pada kenapa masih ngikutin gua sih? " Tanya Ale heran saat kedua sahabatnya Andree dan Miko yang mengikutinya berjalan ke arah parkir motor padahal Ale bisa menebak jika sekarang mungkin mereka mengendarai mobil.
" Sekali-kali ajak lah kita Ram, ke rumah lu ketemu nyokap lu gitu! " Jawab Miko yang kemudian diikuti anggukan setuju oleh Andree.
" Kagak deh, di apartemen aja lu berdua bikin rusuh nggak pernah dibersihin dan sampai sekarang gue juga belum sempet beresin! "
" Nah kan waktu itu kita buru-buru cabut karena ada urusan mendadak Ram! "
" Lah alesan aja lu berdua, gue bakal bawa ke rumah kalo bokap gue udah pulang jadi kalo mau kenalan sekalian sama bokap juga! "
"Ya elah Ram, pelit banget lu! "
"Dih biarin, rumah-rumah gue mau ape lu pada! " Jawab Ale sambil menjulurkan lidahnya mengejek kedua temannya yang dia tahu pasti takut untuk bertemu dengan papanya. Mereka sendiri sebenarnya bukan takut hanya saja segan karena papa Ale yang sangat disiplin itu sedangkan mereka berdua adalah mahasiswa begajulan yang terkadang melanggar peraturan meskipun masih pada jalannya.
Sementara Fio hanya bisa mendengarkan percakapan mereka terkadang ikut tersenyum saat mereka juga tersenyum. Apalagi teman-teman Ale yang sering memanggilnya dengan Rama.
" Ya udah dek kita pulang dulu, udah sore bentar lagi hujan! Nanti kalau kamu kehujanan terus sakit bisa-bisa telingaku habis dijewer papa! "
" Hahaha... ya gimana lagi aku kan tuan putri di rumah! " Jawab Fio dengan percaya diri. Memang benar adanya Fio sudah seperti tuan putri saat di rumah apalagi papa Mark yang sangat menyayanginya dan menjaganya layaknya porselen yang mudah tergores. Padahal asal kalian tahu, sifat Fio saat di rumah dengan diluar rumah sangat lah berbeda. Jika diluar rumah gadis itu akan menjadi anak pendiam tetapi jika di rumah ada saja tingkah jahil dan rusuhnya yang terkadang malah membuatnya nampak menggemaskan.
Berbeda dengan Ale, jika Ale akan menjadi liar saat berada diluar rumah tetapi akan menjadi anak penurut saat di dalam rumah. Seperti yang diajarkan oleh papanya, jika laki-laki harus terlihat tangguh dan kuat saat berada jauh dari rumahnya. Layaknya singa yang harus mampu mengintimidasi lawannya hanya dengan caranya berjalan.
" Kak nanti mampir ke restoran yang di deket perempatan itu ya? "
" Restoran mana sih dek? " Tanya Ale heran sebab di sekitaran tempat yang Fio sebutkan hanya ada warung kaki lima saja.
" Restoran minang kak, tadi kita lewat situ rame kan! Nah biasanya yang rame itu pasti enak! "
" Duh dek itu namanya kalau disini warung nasi padang, ya entar mampir tapi dimakan di rumah aja keburu hujan soalnya! "
Setelah melakukan perjalanan cukup jauh akhirnya mereka pun sampai di rumah, untung saja hujan turun tepat saat mereka sudah sampai. Fio pun dengan susah payah turun dari atas motor milik sang kakak. Bagaimana tidak bersusah payah, selain motor yang lebih tinggi darinya dengan kedua tangan yang memegang kantung makanan.
" Kenapa baru pulang hmm? " Tanya mama Nita khawatir melihat dua buah hatinya baru pulang setelah sejak pagi pergi.
" Nih adek ma, minta beli makan jadinya lama sampai rumahnya! " Jawab sambil melirik adiknya yang malah cengengesan.
" Lain kali kalau pulangnya agak sorean lagi bilang dulu mama biar nggak khawatir! Sekalian mandi sana, mana jajan adek biar mama siapin dulu! " Mereka berdua pun kompak menganggukkan kepalanya. Setelah itu mereka pergi ke lantai dua dimana kamar tidur mereka berada.
Setelah membuka pintu kamarnya dan hendak masuk tiba-tiba saja kerah belakang lehernya ditarik oleh sang kakak.
" Aduh kenapa sih kak? "
" Mana janji kamu, sini...! " Ucap Ale sembari menengadahkan tangannya.
"Oh iya, hehe sorry lupa kak! " Sebentar kemudian Fio memasuki kamarnya tak lama setelah itu perempuan berambut coklat setengah pirang itu keluar dengan membawa dua buah papper bag yang ada ditangannya.
" Wah banyak banget kado buat kakaknya dek? " Kata Ale dengan mata berbinar, tidak sia-sia hari ini dia membawa adiknya jalan-jalan.
" Iya ini satu dari aku satunya lagi titipan dari Ken! "
" Kendrick maksud kamu? "
" Iya lah Ken mana lagi kalau bukan bocah nakal itu! " Jawabnya kemudian Fio menyerahkan papper bag dari Kendrick terlebih dahulu. Tanpa basa-basi Ale segera membuka papper bag tersebut, ternyata yang isinya adalah sebuah action figure aanime kesukaannya yang lumayan langka.
" Wah... nih anak hebat banget bisa dapet yang ini! " Ungkapnya dengan mata berbinar kemudian mencium benda tersebut layaknya sebagai pacarnya.
" Emang apa bagusnya sih! " Gumamnya kemudian menyerahkan papper bag miliknya sendiri.
" Eitss tapi sebelum terima hadiah dari aku, aku mau kasih kakak satu pertanyaan aja! "
" Apalagi sih dek? " Tanyanya karena sudah tidak sabar untuk menerima kado dari sang adik.
" Kak Rion kuliah dikampus yang sama kayak kak Ale? "
" Iya dia ambil jurusan bisnis manajemen, kenapa? "
" Nggak ada apa-apa! " Jawabnya kemudian mendorong sang kakak untuk segera menjauh dari area kamarnya.
Dari balik pintu yang tertutup, Fio tidak dapat menyembunyikan kebahagiaannya. Ternyata matanya tidak pernah salah, atau jangan-jangan mereka berjodoh makanya dipertemukan kembali meskipun hanya dirinya yang melihat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 6 Episodes
Comments
Dwi Pujansih
lanjut
2022-02-06
0