# **BUKAN SALAHKU LAHIR DI DUNIA INI** #
Aurel dan Anyara menuju meja makan. Makanan kali ini benar-benar mewah.
"Cepat makan, ambil ini dan duduk di sana!" ucap Nurma cuek.
Anyara mengambil nasi dan juga lauk. Terlintas dipikirannya alasan sikap baik orang rumah terhadapnya.
"Ma..mama...apakah semua makanan ini dibeli atas uangku?" sedikit ragu.
Sontak saja pertanyaan Anyara mengundang tatapan sinis dari keluarganya.
Gubrakkkkk.....
Ronald memukul meja makan dengan sangat keras membuat Anyara terkejut.
"Kau ini memang tidak tahu diuntung yaa! sudah mending kami suruh makan enak!" teriak Ronald.
"B...bukan begitu yah, tapi...."
"Sudahlah, mau ini uangmu atau uang kami kan sama saja tetap kamu juga ikut makan! kalau kamu tidak mau makan ya sudah jangan makan!!!!" teriak Nurma.
"Tau nih, bikin nggak selera makan aja! bikin enek tau nggak!!!" tambah Aurel sembari pergi dari meja makan.
"Tuh liat, Aurel jadi nggak selera makan gara-gara kamu! kamu ini memang anak pembawa sialll!!!" mendorong Anyara dengan keras hingga punggung Anyara terbentur ke dinding.
"Udah sana pergi! malam ini kamu nggak dapat jatah makan!!" usir Nurma.
"Yah, ma, kalian kenapa sih selalu seperti ini kepadaku? aku ini anak kalian juga loh! aku bukan pembantu kalian! aku bukan anak pungut, kenapa kalian memperlakukanku sehina ini, kenapaaaa!!!!" tangis Anyara.
"Karena kelahiran kamu itu tidak pernah kami harapkan!!!" ucap Nurma emosi.
"Tapi itu bukan salah aku,buk!" ucap Anyara sembari menangis.
Sungguh hati Nurma dan Ronald sudah membeku. Bahkan mereka tidak goyah sedikitpun melihat air mata pilu anak gadis bungsu mereka.
"Sudah sana masuk kamar! saya jadi ingin muntah lama-lama melihat wajahmu itu!!!" Ronald mendorong tubuh Anyara menjauh dari meja makan.
Anyara dengan kecewa kembali lagi ke kamarnya. Setelah Anyara memasuki kamar, Nurma memanggil Aurel untuk meneruskan makannya. Dengan wajah penuh kemenangan Aurel berjalan menuju meja makan. Mereka semua melanjutkan makan malam tanpa Anyara.
Sementara itu, Anyara hanya bisa meratapi nasib buruknya di rumah ini. Anyara menangis pilu dibawah ranjangnya, memegangi fotonya bersama Rendy. Hanya abangnya saja pegangan Anyara untuk tetap kuat tinggal di rumah ini.
"Bang, Anya capek! Anya nggak kuat, bang! kenapa Anya disiksa terus? bukan salah Anya kalau Anya lahir di keluarga ini! kalau Anya boleh milih, Anya nggak akan mau lahir dari rahim ibu!" ucap Anyara pilu disela tangisnya.
"Anya, capek bang! capekkk!!!" memeluk bingkai foto tersebut.
Tiba-tiba perut Anyara mengeluarkan bunyi. Dia lapar karena sedari pulang sekolah tadi dia belum makan apa-apa. Anyara berdiri dari duduknya, menggeser meja belajarnya dan mengambil sebungkus roti yang dia sembunyikan dibawah lantai meja belajarnya. Dibawah lantai itu ada ruangan kosong yang cukup luas untuk menyimpan hal-hal berharga Anyara.
Di tempat itu jugalah Anyara biasanya meletakkan uang jajannya, beberapa camilan dan roti, juga mie instan. Hal itu sengaja Anyara lakukan karena saran dari Rendy. Rendy tahu jika dia tidak ada di rumah, Anyara akan jarang dikasih makan. Paling-paling dua kali sehari itupun sudah paling banyak.
Oleh sebab itu Rendy membuatkan tempat agar Anyara bisa menyimpan makanan di kamarnya sehingga ketika Anyara lapar dan tidak dikasih jatah makan, Anyara bisa mengambil makanan ditempat itu tanpa ketahuan.
Anyara memakan roti coklat dengan lahap. Setelah kenyang dia, melanjutkan pekerjaan rumahnya hingga larut malam.
********
Alarm berbunyi membangunkan Antara yang tengah terlelap di meja belajarnya. Setiap pagi Anyara akan bangun subuh lalu membereskan rumah dahulu baru berangkat sekolah. Sebagai imbalannya dia akan diberi makanan satu atau dua kali sesuai mood mereka dirumah. Menyedihkan bukan? bahkan pembantu saja digaji lebih dari ini.
Pyarrrrrr.....
"Aduhhh, itu piring mahal tau!! kamu nih bisa kerja nggak sih? dasar anak tidak berguna!! bisanya merepotkan aja!" maki Nurma ketika melihat piringnya pecah berkeping-keping dilantai.
"Maaf, buk! aku nggak sengaja!" ucap Anyara takut.
"Duhhh, apaan sih pagi-pagi udah pada ribut aja?! ganggu tauk!" ucap Aurel yang baru saja bangun tidur.
"Tuh liat anak kurang ajar ini! masa piringnya dia pecahin lagi, bisa habis piring di rumah ini kalau dipecahin terus sama dia!" sinis Nurma.
"Yaudah sih, nanti aku beliin yang baru, yang mahal! dahlah aku mau lanjut tidur dulu!" ucap Aurel sembari menguap.
Aurel pun pergi menuju kamarnya dan melanjutkan tidurnya.
"Tuh, lihat kakak kamu! jadi anak tuh yang kayak dia, cantik, punya pekerjaan bagus, bisa banggain orang tua. Nggak kayak kamu! pemalas, beban keluarga, tidak berguna lagi! huh!"
"Udah sana beresin. Jangan sampai ada yang ketinggalan, nanti bisa kena Aurel!" tambah Nurma.
Nurma berlalu dari dapur meninggalkan Anyara sendirian. Sabar, hanya itu saja yang selalu Anyara katakan kepada dirinya sebagai penguat jiwanya. SEMUA AKAN INDAH PADA WAKTUNYA. Apa benar adanya?
Selesai memungut pecahan piring, Anyara kembali melanjutkan mencuci piring. Baju-baju ayah, ibu, dan kakaknya yang sudah dia cuci kemarin juga sudah kering lalu dia setrika sampai licin. Pukul lima lebih lima belas menit, Anyara mulai menyiapkan sarapan untuk keluarganya. Hidangan sederhana pagi ini, telur orak-arik, sandwich, dan jus jeruk sebagai pelengkap.
Pukul enam tepat semua keluarga berkumpul untuk sarapan. Momen itu Anyara gunakan untuk mandi dan bersiap ke sekolah. Tidak lupa juga bekal yang tadi sudah dia siapkan sebelumnya.
"Eh, mau kemana lo?!" panggil Aurel kepada Anyara yang baru saja sampai pintu depan.
"Ke sekolah kak, kenapa?" tanya Anyara.
"Bersihin dulu tuh sepatu gue yang warna item, mau gue pakek soalnya!" ucap Aurel santai sambil mengunyah makanannya.
"Tapi kak aku ada piket hari ini!" memelas.
"Bodo amat, itu urusan lo bukan urusan gue. Jangan harap lo bisa keluar dari rumah kalau belum semirin sepatu gue!" ucap Aurel seenaknya.
"Duhh, tinggal turutin aja kenapa sih! lagian sebentar doang perhitungan amat!" bela Nurma sembari menambahkan sandwich kepiring Aurel.
"Makasih ma!" ucap Aurel.
"Sama-sama sayang!" jawab Nurma.
Anyara yang kehabisan waktu langsung menyemir sepatu Aurel. Begitu selesai dia langsung pergi menuju sekolahnya.
Didalam kelas.
"Duh, Anya mana sih? dia kan piket hari ini!" ucap Joyean ketua kelas Anyara.
"Hah...hah..hah...sorry-sorry gue telat!" ucap Anyara ngos-ngosan.
"Nya, kok tumben sih lo telat? biasanya waktu piket lo selalu on time? lo dipersulit lagi sama keluarga lo?" selidik Joy.
"Udahlah, jangan dibahas lagi! oh ya gue bagian yang mana nih?" tanya Anyara.
"Emm, lo bagian bersihin kaca ya, soalnya udah pada diberesin semua sama yang lain tinggal itu aja!" ucap Joy.
"Oh oke!" ucap Anyara.
Anyara meletakkan tasnya dan mulai membersihkan kaca jendela. Tidak sampai sepuluh menit pekerjaannya sudah beres bersamaan dengan bel masuk.
********
Disisi lain, Rendy yang memang ingin memberi kejutan kepada adik tersayangnya ini memutuskan untuk pulang lebih awal. Semua pekerjaannya dia selesaikan dengan cepat. Hari ini dia akan pulang.
"Anya, abang pulang sekarang! Anya tunggu abang yaa!" ucap Rendy sembari memandang fotonya bersama Anyara.
********
Bel istirahat berbunyi. Seperti biasa Anyara dan sahabatnya duduk menikmati makan siang mereka ditempat biasanya.
"Eh, Nya tangan lo lebam?" tanya Sisil.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments