"Amara, ayo kita pulang." ucap Nada sambil merangkulkan tangan Amara ke pundaknya. Dengan langkah pelan Nada membawa Amara keluar dari bar itu.
Setelah menghubungi salah satu supir kantor ayah Amara untuk mengamankan mobil Amara, kini Nada membawa Amara ke apartemen.
Nada mondar-mandir, kesana-kesini sambil melirik Amara yang masih belum sadarkan diri. Kejadian di bar tadi masih menyisakan kesedihan di hatinya. Wajah lelaki yang beberapa kali terlibat cek-cok dengannya kini mengiang di otaknya. Bahkan, dirinya mempunyai hutang satu M pada lelaki itu?
"Astagfirullah," Nada memejamkan matanya. Cobaan macam apa ini? Cobaan atau memang keteledorannya sendiri? Nada mengusap pelan dadanya, mencoba mengikhlaskan apa yang terjadi. Entah apa yang terjadi padanya, jika lelaki itu tak menolongnya.
Tak berapa lama kemudian, deringan ponsel Amara terdengar. Nada meliriknya dan melihat kontak Micho disana. Seketika Nada mengambil dan mengangkatnya, dia tau Micho mengkhawatirkan istrinya.
"Katakan di lantai berapa Amara berada?!" tanya Micho.
"Lantai 23," jawab Nada singkat, Micho mematikan ponselnya. Nada menghela napas panjang, rasa lega menghampiri dirinya.
Tak berapa lama kemudian seseorang mengetuk pintu. Nada segera berjalan dan membuka pintu.
Micho berdiri dengan tenang, Nada mengamati Micho yang menggunakan setelan jas berwarna Navy.
"Kau mau tetap disini?" tanya Micho sedikit ketus, tapi begitulah Micho apa adanya. Nada tersenyum tipis.
"Saya akan pulang ke apartment saya, Tuan Micho. Titip Amara, jangan menyakitinya," tegas Nada. Micho hanya menyunggingkan senyum tipisnya dan melangkah masuk.
Nada melangkah keluar, menapaki lantai yang memperdengarkan hentakan sepatu hig hils miliknya. Nada melirik jam yang melingkar di tangannya yang menunjukan pukul 22.00. Perutnya yang sedari siang belum terisi karna mencari Amara merasakan lapar. Nada memutuskan untuk mencari makanan di restauran depan.
******
Radit tengah memandang gedung menjulang tinggi tanpa bisa memandang wajah yang selalu dirindukannya. Kini pandangannya tertuju pada dua mobil milik Micho yang terparkir di depan apartemen mewah itu.
Selepas dari bar, dia pulang ke rumah. Micho dan Amara belum juga menampakan batang hidungnya sampai malam, melihat Micho yang sempat ke rumah mencari Amara, Radit merasa Amara dalam bahaya sehingga mengikuti arah mobil Micho melaju. Namun, apa yang ada di pikiranya salah saat melihat dua mobil itu berjejer rapi disana. Micho dan Amara berada di apartemen? Ah, sudahlah, mereka adalah pengantin baru dan sudah sewajarnya mencari tempat ternyaman untuk berdua.
Apa artinya dia harus melupakan Amara? Amara adalah istri dari kakak angkatnya yang selama ini begitu menyayanginga. Radit merasakan denyutan sesak menyeruak memenuhi hatinya.
Radit keluar dari mobilnya. Netranya menangkap seorang wanita yang tersungkur di pinggir jalan sambil memegangi kakinya.
Radit mengerutkan Keningnya dan melihat jam tangan yang melingkar di tangannya.
"Malam-malam begini, apa yang dilakukannya disini?" gerutunya.
Wanita itu tampak meraih kantong makanan dan mencoba berdiri. Namun, Keseimbangan dirinya tak memadai sehingga wanita cantik itu terpelanting dan hampir saja terjatuh kembali.
Wanita itu memejamkan matanya, takut jika dirinya merasakan sakit untuk yang kesekian kalinya. Tetapi, Radit yang sengaja berdiri di belakang wanita itu segera menangkap tubuh ramping wanita itu.
Sejenak Radit terpesona. Wajah itu begitu cantik, namun sesaat kemudian wanita itu membuka mata dan mencoba berdiri. Lagi-lagi dia hampir terjatuh.
"Aduh," Wanita itu memekik saat menyadari kakinya terkilir. Radit memandang wanita cantik yang di tolongnya beberapa jam yang lalu di bar.
"Dasar wanita, apa-apa teriak. Menggelikan!" ucapnya ketus. Sambil membopong wanita itu dan berjalan ke pinggir.
Nada mendongak, ya wanita itu adalah Nada yang merasa lapar setelah keluar dari apartment Amara. Dia memutuskan mencari makan dan akan kembali ke apartment nya. Namun, batu kerikil menghambat jalannya hingga dia tersungkur. Banyak hal yang menguasai pikiranya hingga dirinya melamun.
Nada menatap wajah tampan seseorang yang kini membawanya duduk di sebuah bangku di bawah pohon yang rindang. Dia berjongkok dan tanpa permisi melepaskan sepatu Nada. Nada merasakan desiran aneh yang menjalar di hatinya, sentuhan itu membuat dirinya terbuai.
Dengan reflek Nada menendang pria itu hingga dia terduduk di tanah. Nada menutup mulutnya karna terkejut. Radit itu memelototkan matanya dan berdiri.
"Maaf, aku tidak sengaja. Aku hanya yerkejut," ucap Nada.
"Aku hanya menolongmu, apa kau pikir aku akan menodaimu begitu? Cobalah mengerti situasi," ucap Radit sambil mengibaskan tangannya untuk membersihkan celanya.
Nada hanya memaksa tersenyum sambil mengamati wajah tampan manusia di depannya. Manusia yang dua kali ini menolong dirinya.
Radit kembali berjongkok, dan meletakkan kaki Nada di pahanya. Nada merasa jantung berdetak tak karuan, pasalnya tidak pernah sekalipun ada manusia yang berani seperti ini kepadanya.
"Kalau tidak terpaksa sudah ku depak dari hadapanku," gerutu batin Nada sambil meringis menatap ke arah Radit yang memijit kakinya. Radit merasakan hawa aneh yang menjalar di tubuhnya. Sering menyentuh wanita kala itu, tetapi sensasi yang di respon hatinya tak setegang saat memegang kaki Nada.
"Nada," seseorang datang menyapa mereka. Nada menurunkan kakinya dan mendongak menatap ke arah lelaki tampan yang selalu mengusik pikirannya.
"Apa yang terjadi?" tanya Rafa sambil menatap ke arah Nada penuh selidik.
"Aku hanya terkilir, Kak," jawab Nada sambil memakai sepatunya.
"Sudah malam, sebaiknya kamu masuk ke apartmen," Rafa mengambil makanan di bangku dan merangkul pundak Nada. Nada mengangguk, netranya mengamati Radit yang sedikit pias.
"Terimakasih," ucapnya pada Radit. Radit mengangguk pelan.
Rafa dan Nada berjalan menjauh, Radit hanya memandang punggung 2 orang itu. Entah, apa yang saat ini di rasakannya.
"Jangan terlalu percaya pada tampang lelaki seperti itu, kelihatannya dia bukan lelaki baik-baik," ucap Rafa. Nada memandang wajah Rafa yang jauh lebih tinggi darinya itu.
"Andai saja kamu cemburu, betapa Aku sangat bahagia, Kak," keluh batin Nada.
Rafa mengantar Nada sampai depan apartmentnya.
"Ya sudah, aku pulang dulu," ucapnya kemudian kembali melangkah pergi.
🎀🎀🎀🎀
Ritual, like, komen, kembangnya ojo kendor yok,😍😍😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 252 Episodes
Comments
Hamida Hamida
lanjut
2023-05-28
0
Hari Santiana
agaj bingung aq dengan ceritanya
2023-05-09
0
Bzaa
jdi penasaran sama rafa
2023-05-08
0