Episode4 Undangan makan malam

Sebelum pukul 7 pagi khayra sudah tiba dikantor, tiba-tiba seseorang dari belakang menarik tangannya dan membawanya ke pojokan lantai bawah.

"Ra kemana aja Lo seharian, ngapain gak ngabarin gue. Gue tlpnin hp Lo gak bisa, pliss jangan bikin gue khawatir napa.."

Ayra hanya diem pendengarkan semua pertanyaan yang dilontarkan temenya, cerewetnya Rima karena dia sayang sama gue batin Ayra.

Rima memandang wajah ayra lekat-lekat, "Siapa yang berani nyakitin Lo Ra..?" Lo pasti habis nangis mata Lo sampai kaya gini, ini pipi kenapa lebam siapa yang mukul."

Tangan Rima mengusap pipi ayra yang kelihatan sedikit membiru akibat tamparan Amel kemaren, walaupun ayra sudah menutupnya dengan foundation tapi samar-samar masih kelihatan.

Rima memeluk ayra dengan sangat erat, seolah dia juga merasa sakit melihat kondisi ayra.

Devano memencet tombol yang ada dimejanya, diseberang sama terdengar suara Han. "Han suruh ayra ke ruangan ku.."

Dan langsung dimatikan tanpa mendengar jawaban dari asisten Han, "Kebiasaan" gerutu Han.

Tok tok tok...

ceklek..

"Permisi apa bapak memanggil saya.."

"Ya duduklah.."

Vano memandang wajah ayra tanpa ekspresi, sedangkan Ayra hanya menunduk merasa gak berani menatap mata bosnya.

"Kenapa dengan anak ini, matanya sembab seperti habis menangis.." Batin Vano

Vano mengurungkan niatnya untuk menyakan kemana kemaren ayra gak ke kantor, Vano menatap Ayra dengan tatapan iba.

"Besok malam orangtuaku mengundangmu untuk makan malam."

Ayra mulai berani menatap Vano, " Pak bukanya urusan pacar pura-pura itu sudah selesai, maaf pak tolong jangan libatkan saya dalam urusan bapak."

Vano tercengang mendengar jawaban ayra, alasan apa lagi untuk membuatnya bisa trs menjadi pacar pura-puranya batin vano.

Gak mungkin dengan alasan hukumanya belum selesai, khayra sedikit emosi dengan ajakan Vano. Mungkin karena masalahnya sendiri belum ada solusi kenapa dia harus bantuin masalah orang lain.

Khayra meninggalkan ruangan Vano dengan perasaan sedikit kesal, pukul 14:00 khayra meninggalkan kantor dan menuju butik tempatnya bekerja.

Selama ini kuliah dan bekerja tidak membuatnya mengeluh sama sekali, justru ia sangat bersyukur dengan hasil keringatnya bisa memenuhi kebutuhannya selama ini.

Sahabatnya Roby yang merekomendasikan butik ini ke Ayra, Tante Desi adalah adik dari mamanya Roby.

Ayra dan Roby berteman dari bangku SMA dan mereka memutuskan kuliah ditempat yang sama, walaupun dengan jururan yang berbeda paling enggak masih sering bertemu.

****

Vano terus memikirkan cara supaya bisa membawa Ayra makan malam dengan orang tuanya, Han terlihat mondar-mandir didepan Vano dengan tangan disilangkan ke dadanya

"Van tadi gue denger dari Rima kalau Ayra tinggal dikontrakkan daerah sini."

"Maksud Lo sekarang dia ngontrak begitu..?"

"Dia diusir sama ibu dan kakak tirinya, dikiranya dia jual diri ke Lo dan mau jadi pacar pura-pura Lo waktu itu."

Brakk, Vano menggebrak meja sekuat tanganya.

"Kurang ajar sekali mereka." Vano mengepalkan tanganya.

****

Ditempat lain Amel dan Dion makin lengket aja, dimana ada Amel disitu ada Dion dan sebaliknya.

Dion memutuskan untuk menjadi manajer Amel, job Amel semua Dion yang ngurusin.

Sedangkan mama Sarah menjalankan bisnis perhiasaan milik papa Ayra, semua harta milih papa Ayra dikuasai mama dan kakak tirinya.

Dengan berbagai pertimbangan Ayra akhirnya setuju pergi ke acara makan malam dirumah keluarga Vano, kedatangan ayra disambut hangat orang tua Vano.

Mama ngerasa memiliki anak perempuan, papa Reno dari awal mengenal ayra langsung menyukainya. Kelihatan kalau Ayra anak baik-baik, sopan dan begitu mudah berbaur.

Selesai makan malam dilanjut ngobrol diruang tamu, "Van kapan kalian mau menikah.?"

Seketika Vano langsung terbatuk-batuk, Deg jantung ayra seperti mau lompat. Ayra takut kalau Vano asal jawab aja, rasanya terjebak dipermainkan ya sendiri.

Sebelum acara ulang tahun waktu itu orang kepercayaan papa Reno sudah memberikan laporan, Tentang hubungan Vano dan ayra.

Papa tersenyum licik, "Akan papa buah kalian bener2 menikah." batinya.

Didepan kontrakan ayra mobil Vano berhenti, sebelum ayra turun Vano menarik tangan ayra, "tunggu Ra.."

"Iya pak ada lagi yang bisa saya bantu.."

"Gimana kalau kita menikah..?"

DUARRR...

Seperti disambar petir, "maksud bapak..?"

"Ayo kita menikah?"

"apa ini bagian dari sandiwara kita pak?"

"Menikahnya beneran, tapi setelah itu kita melanjutkan seperti sekarang ini..!"

"Maksud bapak kita pura-pura lagi..?"

"Ya seperti itu kira-kira."

"Besok jam makan siang kita makan diluar ya, banyak hal yang harus kamu tau sebelum mengambil keputusan.."

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!