Bab 5

Setelah Lenna selesai mandi, dia bergegas menuju kamar untuk berganti pakaian.

Lalu ia menghampiri ibunya yang masih berada di balai depan.

Terlihat Ratih yang masih terdiam mengingat apa yang tadi di beritakan oleh Lenna mengenai Radi.

"Ibu, kenapa ibu melamin seperti itu?" Tanya Lenna.

"Ibu hanya sedikit terkejut mendengar kabar soal Radi. Perasaan hari kemarin dia masih terlihat sehat-sehat saja." Jawab Ratih.

"Apa nanti ibu akan pergi melayat ke rumah bi Suti?" Tanya Lenna.

Ratih mengangguk, "Iya, ibu nanti akan pergi kesana untuk melayat. Pasti perasaan Suti sangat terpukul." Jawab Ratih.

"Ya sudah, ibu mau bersiap mandi dulu. Setelah itu nanti kita pergi kesana sehabis maghrib." Sambung Ratih.

Lenna mengangguk, "Iya, bu."

Lalu Ratih meninggalkan Lenna, dia bergegas menuju sumur untuk segera mandi.

Selesai mandi, Ratih masuk ke dalam kamar untuk memakai baju.

Kemudian dia menghampiri Lenna yang masih duduk di balai depan.

Dia lalu ikut duduk di sebelah kursi Lenna.

Hari sudah semakin sore, dan hampir menjelang maghrib.

"Kamu sudah makan nak?" Tanya Ratih.

"Hari ini Lenna hanya makan saat sarapan saja bu." Jawab Lenna.

"Kita makan yuk, hari ini inu dapat nasi loh dan ada beberapa lauk yang ibu bawa dari rumah tuan Belanda." Ucap Ratih.

"Wah, sungguh bu?" Ucap Lenna.

Ratih mengangguk dan tersenyum.

Terlihat Lenna begitu kegirangan mendengar ibunya yang membawa nasi dan beberapa lauknya.

Karna memang Lenna dan ibunya sangat jarang mendapat beras pada masa itu.

Mereka makan hanya dari umbi-umbian saja.

Bahkan upah dari ibunya bekerja pun hanya cukup untuk membeli bahan pangan lain. Karna beras pada masa itu benar-benar sulit di dapat.

"Ya sudah, ayo kita masuk. Sudah hampir maghrib juga." Titah Ratih.

Lenna mengangguk.

Kemudian mereka berdua bergegas menuju ruang makan yang terletak berdampingan dengan dapur mereka.

"Oh ya bu, tadi Lenna sempat masak sup singkong, Lenna sudah sisihkan untuk ibu. Ibu mau mencobanya?" Ucap Lenna.

Ratih tersenyum, "Boleh, pasti buatan kamu lebih enak dari buatan ibu." Puji Ratih

Lenna terkekeh, "hehe.. ibu bisa saja. Cobalah dulu bu. Lenna ambilkan yah."

Ratih tersenyum dan mengangguk.

"Tapi supnya sudah dingin, Lenna harus panaskan dulu. Sini bu, sekalian semua makanannya Lenna panaskan dulu." Sahut Lenna.

Ratih mengangguk, "iya, nak."

Lalu Lenna mengambil semua makanan yang dibawa oleh ibunya untuk di panaskan kembali.

Agar lebih terasa nikmat saat dinikmati nanti.

Kemudian Lenna menyalakan api tungku.

Lalu memanaskan semua makanannya.

Setelah semua makanan sudah selesai di panaskan, Lenna membawa semua makanan itu ke atas meja untuk di hidangkan bersama ibunya.

Lalu mereka berdua makan bersama dengan lahapnya.

"Bagaimana bu, apa sup buatan Lenna enak?" Tanya Lenna.

"Mmmm.. Enak. Ibu suka. Coba juga sayurnya nak, ada ayam gorengnya juga. Mumpung ada, ayo habiskan. Enak loh." Jawab Ratih yang kemudian menawarkan makanan lain yang ia bawa.

Lenna tersenyum senang.

Walaupun dengan keadaan ekonomi yang benar-benar sulit pada masa itu, tapi mereka tetap merasa bahagia walau hanya sebuah keluarga kecil.

Mereka selalu menikmati apa yang ada.

Hari sudah menunjukkan pukul 18:00 yang di tandai dengan bunyinya lonceng raksasa di pusat kota Cianjur sebanyak 6 kali.

Itu menunjukkan jika waktu sudah pukul 6 sore.

Kala itu belum terlalu ramai seperti di era modern saat ini, masih sepi. Bahkan untuk sebuah arloji atau jam dinding, itu hanya bisa di miliki oleh kalangan konglomerat pada masa itu.

Jadi lonceng itu di gunakan sebagai penunjuk jam, dengan ukuran raksasa itu mampu menghasilkan suara yang sangat nyaring hingga terdengar sangat jauh.

(Pada masa sekarang lonceng itu pun masih berdiri kokoh dan terawat yang berada di pusat alun-alun Cianjur.)

"Sudah jam 6 sore bu, apa ibu mau berangkat sekarang?" Tanya Lenna.

"Nanti saja, nak. Selepas maghrib kita berangkat." Jawab Ratih.

"Apa minyak untuk obor masih ada, nak?" Tanyanya lagi pada Lenna.

"Masih bu. Masih lumayan banyak." Jawab Lenna sambil mengecek minyaknya.

"Ya sudah, ayo kita bersiap untuk berangkat." Ucap Ratih.

Lenna mengangguk.

Kemudian mereka bersiap-siap untuk berangkat.

Ibunya mengambil obor dan menyalakannya untuk penerangan mereka di tengah perjalanan.

Lalu mereka berdua bergegas berangkat.

Mereka berjalan melalui jalur pedesaan yang tidak terlalu gelap.

Di tengah perjalanan mereka berpapasan dengan sekelompok prajurit Belanda yang menggodanya.

Sekelompok tentara Belanda itu tergoda dengan paras cantik Lenna. Kulit kuning langsat yang terawat, serta tubuh yang molek.

Membuat mata tentara itu tertuju pada Lenna.

Ratih yang menyadari hal itu segera berjalan dengan buru-buru. Guna menghindari para kelompok tentara itu.

Dia tidak mau sampai terjadi hal yang tak di inginkan pada anaknya.

"Lenna, ayo cepat pergi." Titah Ratih.

Lenna hanya mengangguk sambil berjalan cepat.

Jalanan desa jika sudah mulai malam memang terlihat sepi.

Terkadang selain tentara Belanda yang mereka takutkan, ada beberapa kelompok pribumi juga yang kerap merampok, menjarah, bahkan memperkosa gadis.

Sesampainya di rumah Suti.

Terlihat masih ada beberapa warga yang berada di rumahnya.

Ratih dan Lenna yang baru saja tiba segera masuk untuk menemui Suti dan Yanto.

"Punten." Ucap Ratih.

"Mangga.." ucap beberapa warga yang menyambut.

Kemudian mereka berdua menemui Suti dan Yanto.

"Suti, maaf aku baru sempat melayat. Karna aku baru saja mendapat kabar dari Lenna. Dan sejak pagi pun aku bekerja di rumah tuan Belanda. Aku turut berduka cita atas meninggalnya putramu." Ucap Ratih.

"Semoga kamu dan Yanto di beri ketabahan." Imbuhnya.

"Iya, Ratih. Tidak apa-apa. Trimakasih" ucap Suti.

Terlihat Suti yang masih banyak diam dan lemas. Dia tidak banyak bicara seperti biasanya.

Sedangkan Yanto kini sudah mulai terlihat biasa kembali.

Mungkin dia sudah ikhlas dengan semua yang terjadi.

"Aku merasa ini semua salahku. Kesulitan ekonomi membuatku sulit untuk mencukupi keluargaku. Mungkin putraku meninggal karna kelaparan." Ucap Yanto dengan sedih.

"Sudahlah, Yanto. Berhenti menyalahkan dirimu sendiri. Semua ini sudah takdir dari Gusti. Doakan saja putramu agar dia tenang disana." Ucap Ratih menghibur.

Yanto mengangguk, "Iya, trimakasih Ratih."

Ratih tersenyum. Lalu dia menoleh ke arah Suti.

"Suti, janganlah kamu berlarut dalam kesedihan. Pasti anakmu disana juga tidak mau melihatmu sedih begitu." Ucap Ratih.

"Betul, Bi. Sedih itu wajar, tapi jangan sampai berlarut-larut." Sahut Lenna.

Suti hanya mengangguk lemas.

Kemudian setelah mereka berbincang-bincang.

Ratih dan Lenna hendak bersiap untuk pamit.

Karna hari sudah semakin malam.

"Suti, Yanto, aku dan Lenna mau pamit dulu ya. Sudah semakin malam." Ucap Ratih.

"Iya, kalau kamu mau pulang, kamu pulang bersama pak Jupri saja. Dia juga searah denganmu. Biar kamu dan Lenna ada yang menemani. Malam-malam begini takut ada apa-apa." Ucap Yanto.

"Iya Ratih, apalagi kamu dan Lenna perempuan, takut terjadi apa-apa dijalan." Sahut Suti.

"Iya." Ratih mengangguk.

"Trimakasih ya Ratih, Lenna, sudah mau datang melayat." Ucap Suti.

Ratih dan Lenna mengangguk.

"Iya, sama-sama Suti. Aku harap kamu tidak kembali berlarut dalam kesedihanmu." Ucap Ratih.

Suti mengangguk.

"Bu Ratih dan neng Lenna, mau pulang?" Tanya Jupri. Jupri merupakan warga yang tempat tinggalnya tak jauh dari rumah Ratih.

"Iya pak." Ucap Ratih.

"Ayo atuh, pulang bareng sama saya." Ajak Jupri.

"Ya sudah, Suti, Yanto, aku pamit pulang dulu ya." Ucap Ratih.

"Iya, hati-hati dijalan." Ucap Suti dan Yanto.

Lalu mereka berdua pun pulang dengan di temani pak Jupri.

Kebetulan Jupri juga membawa patromak saat itu. Jadi tidak terlalu gelap untuk mereka saat di tengah perjalanan.

Mereka kembali melewati jalanan pedesaan.

.

.

.

.

.

.

.

Bersambung...

.

.

.

Jangan lupa untuk selalu mendukung Author dengan Like, Vote, dan juga Komentar.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!