Bab 3

"Radiiiiiiii!!!!!"

Terdengar suara teriakan dari ibu Radi yang terdengar histeris.

Lalu sontak Lenna pun bergegas menghampiri ibu Radi yang berada di kamar.

Terlihat bibi Suti yang sedang menangis di samping tubuh Radi.

Suti adalah nama ibu Radi.

Lenna yang melihat itu kemudian langsung menghampiri Suti.

"Bibi! Ada apa bi?" Tanya Lenna kaget.

"Radi tidak bernafas, Lenna!" Jawab Suti sambil menangis.

"Radi meninggal, bibi tidak tau, bibi kira dia hanya tidur, ternyata dia sudah terbujur kaku begini." Sahutnya lagi sambil semakin menangis.

"Apa! Ra..ra..radi meninggal?" Ucap Lenna tak percaya mendengar hal itu.

Lenna yang kaget mendengarnya, seolah tak percaya dengan hal itu.

Bagaimana mungkin? Karna baru tadi pagi Radi berkunjung ke rumahnya. Walau semua itu secara tiba-tiba.

Melihat Suti yang terus-terusan menangis, membuat hati Lenna merasa sedih pula.

Mata Lenna mulai berkaca-kaca.

Dia merasakan apa yang Suti rasakan. Terlebih Suti hanya memilik satu orang anak saja yaitu Radi itu sendiri.

Namun Lenna hanya bisa terdiam, bingung, dan tidak percaya dengan apa yang dialaminya hari ini.

"Jika Radi meninggal sejak tadi, lalu tadi siapa yang datang ke rumahku." Batin Lenna bertanya-tanya.

Ya. Bisa dipastikan sosok anak kecil yang datang pagi-pagi ke rumah Lenna adalah hantu.

Mungkin itu adalah arwah dari Radi.

Pantas saja dia datang secara tiba-tiba, dan pergi secara tiba-tiba pula.

Semua itu tidak di sadari oleh Lenna. Saat itu Lenna hanya berpikir positif.

"Bibi!!" Lenna kaget melihat Suti pingsan.

"Bibi! Bibi kenapa bi!" Ucap Lenna sambil menepuk-nepuk lengan Suti.

"Tolong!! Tolong!! Tolong!!" Teriak Lenna yang panik dengan situasi ini.

Lalu Lenna segera keluar meminta pertolongan warga.

Lenna menghampiri salah satu warga yang mendengar teriakannya.

"Neng! Ada apa neng!" Ucap salah satu warga.

"Pak tolong pak! Bi Suti pingsan di dalam! Radi meninggal!" Ucap Lenna terengah-engah.

"Apa! Iya-iya. saya periksa dulu ke dalam" ucap bapak-bapak itu.

Karna melihat Lenna yang panik sambil berteriak, kemudian banyak warga yang menghampiri Lenna.

Lalu beberapa masuk ke dalam rumah untuk melihat keadaan di dalam.

"Pak, mang Yanto sekarang ada dimana?" Tanya Lenna pada salah satu warga.

Bapak-bapak itu memberi tahu dimana mang Yanto berada.

Mang Yanto adalah ayah dari Radi.

"Kalau tidak salah mang Yanto tadi mah ada di sawah, Neng." Ucap bapak-bapak itu.

"Trimakasih, pak" ucap Lenna sambil bergegas hendak pergi.

Namun warga itu mencegahnya.

"Neng, neng. Sudah biar kami saja yang menghampiri mang Yanto. Neng disini saja." Ucap warga itu sambil bergegas pergi mencari mang Yanto bersama beberapa warga lain.

Lenna hanya mengangguk.

Lalu Lenna kembali ke dalam rumah Suti.

Dalam situasi itu, perasaan Lenna benar-benar merasa campur aduk. Antara bingung, kaget, sedih, dan lain-lain. Lenna hanya bisa terdiam.

Tak lama kemudian datanglah mang Yanto, ayah dari Radi.

Mang Yanto langsung masuk ke dalam rumah.

Dan langsung memeluk anaknya yang sudah tak bernyawa itu.

Lenna kemudian bergegas untuk pulang.

Dalam perjalanan pulang Lenna hanya terdiam. Sambil membawa kembali sup singkong yang tadinya dia ingin berikan pada Radi.

Sesampainya di rumah, Lenna masuk dan meletakkan rantang yang berisi makanan itu pada meja.

"Apa iya sosok anak kecil itu hantu dari Radi?" Batin Lenna.

"Baru kali ini aku di temui hantu, ah sudahlah." lanjutnya.

Lalu Lenna bersiap untuk mandi. Untuk datang kembali melayat di rumah Suti.

Lenna masuk ke dalam kamarnya, melepas bajunya, dan hanya memakai kemben.

Ia kemudian menggulung rambut hitamnya yang panjang.

Dia langsung berjalan keluar menuju sumur samping rumahnya.

Saat akan menuju sumur, diluar dia melihat lagi sosok anak kecil yang tak lain itu adalah Radi.

"Radi?" Gumam Lenna sambil mengucek matanya.

"Kalau itu memang hantu Radi, tapi masa iya ada hantu di hari menjelang siang begini. Kata ibu hantu itu adanya kan hanya di malam hari." Gumamnya lagi dengan polosnya.

Ia lalu bergegas menghampiri Radi untuk memastikan.

Ternyata benar. Yang di depannya saat ini adalah Radi.

Lenna berjongkok dan meraih kedua tangan Radi. Tangannya itu semua terasa dingin oleh Lenna.

"Apa kamu arwah Radi?" Tanya Lenna.

Lenna tidak merasa takut akan hal itu.

Sosok itu hanya mengangguk.

"Kenapa kamu masih disini?" Tanya Lenna lagi.

Arwah Radi tidak menjawab. Dia hanya terdiam sambil ia melepaskan tangannya dari genggaman Lenna.

Lalu sosok itu perlahan berjalan ke arah pekarangan belakang rumah Lenna.

Di pekarangan itu terdapat banyak sekali pohon bambu yang lebat. Saking lebatnya pekarangan itu terlihat gelap oleh rimbunnya pohon bambu.

Lenna hanya terdiam melihat itu dari kejauhan.

Arwah Radi berjalan ke arah salah satu pohon bambu, dan menghilang disana.

"Kenapa dia menghilang di pohon bambu itu?" Batin Lenna.

Kemudian Lenna kembali berjalan ke arah sumur.

Ia menimba air dan menampungnya di dalam gentong yang terbuat dari bahan tanah liat.

Ia kemudian membuka kemben yang melilit pada tubuhnya.

Setelah selesai mandi, Lenna bergegas ke kamar untuk mengganti bajunya.

Ia kini memakai kebaya berwarna hitam, dengan jarit yang dipakai untuk bawahannya.

Ia juga memakai selendang hitam untuk menutupi ujung kepalanya.

Dan kemudian ia berangkat melayat menuju rumah Suti.

...🍁🍁🍁...

Pada siang harinya, terlihat warga sudah banyak berdatangan untuk melayat di rumah Suti.

Lenna yang baru saja tiba, langsung masuk ke dalam rumah itu.

Terlihat Suti yang sudah sadar dari pingsannya kini berada di samping jenasah Radi dengan di temani mang Yanto, suaminya.

Suti masih terus menangisi anaknya itu.

"Bi Suti, mang Yanto, saya turut berduka atas meninggalnya Radi." Ucap Lenna pada mereka berdua.

"Iya, Neng. Trimakasih" jawab Yanto.

Suti hanya mengangguk sambil menangis dalam pelukan sang suami.

Lenna yang melihat Suti yang masih terus menangis, ia merasa tidak tega.

"Bi, bibi yang sabar ya. Ikhlaskan kepergian Radi. Agar Radi tenang disana. Semoga bibi dan mang Yanto di beri ketabahan." Ucap Lenna.

Kemudian Lenna bergabung bersama pelayat lain untuk mendoakan jenasah Radi.

Hari sudah menjelang sore.

Setelah semua selesai, kemudian jenasah Radi siap untuk di makamkan.

Beberapa orang turut membantu menggotong keranda jenasahnya.

Lalu jenasah Radi di berangkatkan menuju tempat peristirahatannya.

Suti dan Yanto mengikuti dari belakang keranda bersama pelayat yang mengiringi jenasah tersebut.

Lenna pun mengikutinya dari belakang.

Sesampainya di pemakaman, terlihat seorang kyai yang memimpin jalannya upacara pemakaman.

Suti dan Yanto terlihat sangat terpukul dengan kematian anaknya yang benar-benar secara tiba-tiba.

Lenna yang melihat hal itu turut bersedih.

Saat jenasah sudah di masukkan ke dalam liang kubur dan akan di timbun tanah, Lenna melihat lagi arwah Radi.

Kini sosok itu berada di samping ibunya, arwah Radi itu menatap ibunya yang tengah menangisi kematiannya.

Tapi satupun tak ada orang yang mengetahui kehadiran sosok arwah Radi itu di tengah-tengah mereka.

Hanya Lenna yang tau akan hal itu.

Lenna hanya terdiam melihat itu.

Saat jenasah sudah benar-benar dikuburkan, barulah arwah Radi menghilang saat itu juga.

...🍁🍁🍁...

Setelah semua tamu selesai menikmati hidangan yang di sajikan tuan rumah, para pelayan itu kembali merapikan meja dan membersihkan bekas-bekas piring dan gelas yang ada di atas meja.

"Ceu, daritadi aku kebayang pria Belanda itu terus." Ucap Rahel pada Ratih sambil mengelap meja.

"Kira-kira namanya siapa ya?" Sahutnya lagi.

"Aku tidak tau, coba saja kamu tanyakan pada supir pribadinya." Ucap Ratih.

"Ah, aku tidak berani." Sahut Rahel.

Kemudian mereka kembali ke dapur untuk mencuci semua piring dan bekas peralatan makan lainnya bersama para pelayan lain.

Lalu sore pun tiba.

Ratih dan Rahel tengah bersiap untuk pulang.

Tidak lupa, Ratih juga membawa beberapa sisa makanan yang tersisa untuk di bawa pulang dan di berikan pada Lenna.

"Ratih!"

Terlihat seorang pria paruh baya memanggil Ratih sambil berlari menghampirinya. Dengan setelan rambut kinclong rapi, kemeja putih, kerah baju yang dikancingkan hingga leher, memakai celana coklat, dan sandal selop.

Pria itu bernama Darius.

Darius adalah pria yang menyukai Ratih sejak dulu sebelum ia menikah. Sampai sekarang menjadi janda pun Darius masih menyukai Ratih.

Namun Ratih selalu biasa saja menyikapi Darius.

Ratih menoleh ke arah pria itu, "Eh, Darius." Tutur Ratih.

Darius terengah-engah saat sudah menghampiri Ratih.

"Tidak perlu berlari-lari seperti itu, seperti di kejar Belanda saja. Jadi capek kan." Ucap Ratih.

Darius tersenyum, "Hehehe, tidak setelah melihat kamu, Ratih."

"Hm, wadul ah! (Bohong)" Ketus Ratih.

"Kamu pulang sendiri?" Tanya Darius.

"Tidak, aku sedang menunggu Rahel. Dia sedang mengambil upah dulu." Jawab Ratih.

Tak lama setelah itu kemudian Rahel datang menghampiri mereka.

"Eh, Darius, sudah lamakah?" Tanya Rahel.

"Belum, belum lama kok." Darius dengan senyum lugunya.

Lalu Ratih mengajak mereka pulang, "Ya sudah ayo kita langsung pulang atuh, takut semakin sore."

"Darius, kamu mau pulang bersama kami?" Tanya Rahel.

Darius tersenyum, "hehehe, iya atuh. Biar bisa nemeni Ratih."

"Hm." Ratih memutar wajah malas.

Lalu mereka bertiga pulang bersama.

Ditengah perjalanan, Rahel berpisah karna jalan menuju rumah Rahel berbeda dengan jalan menuju rumah Ratih.

"Ratih, sudah sore begini, aku temani kamu pulang ya. Biar tidak terjadi apa-apa denganmu." Ucap Darius.

"Aku sudah terbiasa berangkat maupun pulang sendirian. Bahkan malam hari sekalipun." Jawab Ratih.

"Tetap saja aku kawatir, kamu ini perempuan. Nanti kalau kamu di apa-apakan sama Belanda bagaimana?" Darius.

"Hm. Sok kawatir. Ya sudah kalo kamu mau mengantarku. Tapi jangan macam-macam!" Tegas Ratih.

"Hehehe. Iya. Aku tidak akan macam-macam" ucap Darius kegirangan.

Kemudian Darius tersenyum senang karna dia di perbolehkan mengantarkan Ratih ke rumahnya.

Lumayan, bisa menikmati perjalanan berduaan.

Akhirnya Darius bisa berduaan sama neng Ratih.

.

.

.

.

.

.

.

.

Bersambung...

Jangan lupa dukung Author dengan Vote, Like, dan juga Komen.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!