Bab 2

...*********************...

Setelah selesai menyiapkan segala hidangan di atas meja, para pelayan itu kemudian berdiri berjajar di depan istana rumah tersebut untuk menyambut kedatangan tamu Belanda itu yang baru saja tiba di depan balai istana rumah.

Terlihat Van Heots si tuan rumah bersama beberapa pengawalnya menyambut tamu yang baru saja tiba itu.

"Rahel, lihatlah. Banyak sekali tamu hadir." Ucap Ratih.

Rahel mengangguk, "Iya, pantas saja banyak sekali yang di persiapkan dari kemarin."

"Welkom in mijn paleisresidentie (Selamat datang di istana rumahku)." ucap Van Heots sambil tersenyum dan menjabat tangan salah satu pimpinan para tamu itu.

"Welkom meneer (Selamat datang tuan)." Ucap para pelayan serentak.

"Rahel! Kau harus menunduk. Jangan menatap seperti itu pada tamu tuan Belanda." Ucap salah satu pelayan pria memperingatkan Rahel.

"Uh." Rahel seketika tersadar dari lamunan sejenaknya itu setelah di peringatkan oleh pelayan pria tadi. Dan langsung menundukan wajahnya.

Rupanya Rahel terkagum-kagum melihat ketampanan salah satu anggota tamu Belanda itu.

"Ceu, apa tadi lihat salah satu pria Belanda yang muda itu? Dia terlihat gagah dengan seragamnya." tanya Rahel pada Ratih.

Rahel mendengus, "Jangan mimpi kamu, dia itu anggota perwira Belanda."

Seketika Rahel jadi teringat akan almarhum suaminya dulu. Yang sama-sama tampannya seperti orang Belanda yang di maksud oleh Rahel dan menjadi perwira militer Belanda kala itu.

Ternyata para tamu Belanda itu adalah anggota petinggi militer Belanda seluruhnya. Yang di pimpin oleh seorang Gubernur Jenderal. Gubernur Jenderal itu bernama Gustaaf Willem Baron Van Imhoff.

Tempat istana rumah yang besar itu memang kerap di jadikan sebagai tempat peristirahatan/persinggahan para Gubernur Jenderal Hinda-Belanda kala itu saat perjalanan menuju Bandung-Batavia(Jakarta), ataupun sebaliknya.

Karna udaranya yang bersih, segar, dingin serta sejuk. Di sertai dengan pemandangan yang indah dari Gunung Gede.

"Ober, begeleid alstublieft mijn gasten om van de maaltijd te genieten.(Para pelayan, tolong antar para tamuku untuk menikmati hidangan.)" Perintah Van Heots.

"Ja meneer.(Baik, Tuan.)" Ucap pelayan serentak.

Mereka semua memang sudah mahir dalam berbahasa Belanda.

Lalu mereka semua mengantarkan para tamu itu menuju ruang makan yang megah.

Para pelayan mempersilakan tempat duduk untuk para tamu itu.

...****************...

"Hufh. Sudah cukup." Terlihat Lenna yang baru saja selesai mengikat tumpukan ranting kayu untuk di gunakan sebagai kayu bakar.

Lalu Lenna bergegas kembali pulang menuju rumahnya.

Setelah sampai dirumahnya, kemudian Lenna berkutat dengan peralatan masaknya.

Dia menyiapkan segala bahan yang diperlukannya. Dan lalu memasaknya menggunakan tungku.

Dan ketika si cantik Lenna sedang asyik memasak, lalu tiba-tiba...

"Dooorr!!!"

Sontak seketika Lenna kaget bukan main. Terlihat seorang anak kecil mengagetkan Lenna dari belakang.

"Eehhh, Radi. Kamu ngagetin teteh aja. Sama siapa kamu kesini?" Tanya Lenna.

"Sendirian, Teh. Teteh lagi mau masak apa? Tanya Radi.

Entah dari mana anak yang bernama Radi itu muncul. Padahal pintu dapur ada di samping agak depan dari posisi Lenna. Kalaupun ada orang masuk pasti jelas terlihat olehnya. Tapi anak itu muncul dari belakang Lenna, yang pada dasarnya di belakang Lenna itu adalah tempat tungku api yang tidak jauh darinya.

Tapi anehnya, Lenna ini tidak menyadari keanehan itu. Yang Lenna tau, Radi adalah anak dari tetangga yang tidak jauh dari rumahnya itu.

"Teteh lagi mau masak sup singkong, kamu bantuin teteh atuh." tutur Lenna.

Radi lalu mengangguk, "Boleh, teh. Sini Radi bantu."

"Tolong teteh ambilkan panci dong." Titah Lenna.

"Iya, teh." Jawab Radi.

Lalu Lenna kemudian menggoreng bahan yang sudah ia siapkan untuk kuah supnya.

Disamping Lenna terlihat Radi sedang diam memandangi api tungku. Mungkin dia kedinginan.

Lalu Lenna mulai merebus singkong yang sudah disiapkan.

Setelah semuanya matang, Lenna lalu bergegas mengambil mangkuk untuk supnya.

Dia juga menyiapkan untuk Radi yang dari tadi masih duduk terdiam di dekat api tungku.

Setelah selesai menyiapkan sup di meja makan yang berada tidak jauh dari tungku, Lenna berniat ingin menawarkan juga pada Radi.

Namun saat Lenna membalikkan badan ke arah tungku, tiba-tiba...

"Hah!? Kemana perginya Radi? Bukannya dia tadi baru saja ada di dekat tungku? Kok sekarang tidak ada?" Gumam Lenna.

"Hmmm. Ya sudah lah, mungkin dia pulang." Gumam Lenna.

"Lebih baik ini aku pisahkan saja untuk makan ibu nanti sore saat ibu pulang." Ucap Lenna.

Kemudian Lenna makan dengan dengan lahapnya.

Walau hanya sebatas sup singkong, namun seperti sangat lezat saat Lenna menikmati masakannya itu.

Tak ada nasi, tak ada apapun selain singkong yang ia cabut kemarin dari hasil tanamannya sendiri di belakang rumahnya.

Terlihat ia tidak peduli soal Radi yang tadi tiba-tiba datang dan pergi dengan cara tiba-tiba pula.

Dia hanya fokus dengan sarapannya yang sedang ia nikmati.

Setelah selesai sarapan, dia berniat untuk memberikan pula sup yang ia buat pada Radi.

Dia berniat mengantarkan ke rumahnya, karna rumahnya berada tidak jauh dari rumah Lenna.

"Lebih baik aku antarkan saja sup ini ke rumahnya, tadi dia juga sudah membantuku memasak." Batin Lenna, sambil ia menyiapkan sup buatannya itu ke dalam rantang.

Lalu Lenna bergegas pergi menuju rumah Radi.

Di sepanjang jalan dia berpapasan dengan warga desa setempat yang mulai beraktifitas.

Lenna saling tegur sapa dengan warga yang ia temui.

Setelah ia sampai di rumah Radi,..

"Tok..tok..tok.. Punten.." tutur Lenna sembari mengetuk pintu.

Terlihat sosok wanita paruh baya membukakan pintu untuk Lenna.

"Ehhh. Teh Lenna, bibi kira siapa. Tumben pagi-pagi kesini?" Ucap sesosok wanita itu yang tak lain ternyata itu adalah ibu dari Radi.

Lenna tersenyum, "Iya bi,"

Walau hanya sebatas tetangga desa, Lenna selalu memanggil ibu Radi dengan sebutan "Bibi".

"Ayo sini masuk dulu teh." Ucap ibu Radi.

Lalu mereka duduk di ruang tengah.

"Begini bi, ini saya mau mengantarkan sup buat Radi, karna tadi Radi datang dan membantu saya memasak." Ucap Lenna.

Seketika ibunya terkejut mendengar perkataan Lenna.

"Hah!? Radi tadi datang ke rumah teteh? Sama siapa tadi Radi datang ke rumah teteh?" Tanya ibu Radi.

Lenna bengong, "Iya bi, eee tadi Radi datang sendiri ke rumah saya waktu saya sedang di dapur." Tutur Lenna.

"Memangnya kenapa ya bi? Ada apa? Kok bibi terlihat kaget seperti itu" Sahutnya lagi.

Seketika ibu Radi tersadar dari bengongnya.

"E-e-enggak apa-apa kok teh, apa teteh yakin kalau i-i-tu Radi?" ucap ibu Radi terbata-bata.

"Iya, bi. Saya jelas kok kalo yang saya lihat itu Radi." Jawab Lenna.

"Soalnya teh, Radi sejak tadi itu belum bangun. Dia masih tertidur di kamarnya." Ucap ibu Radi.

"Hah!!!"

Sontak Lenna sangat kaget mendengarnya.

Hadeuuuhhhhh, kenapa baru sekarang kagetnya teh? Gak dari tadi pas si bocil itu ada di dapur.

"Sebentar, bibi cek dulu Radi di kamarnya, bibi mau pastikan dulu." Ucap ibu Radi.

"I-i-iya bi." Jawab Lenna terbata-bata. Kemudian ia bengong.

Lalu tiba-tiba...

Bersambung...

Gimana? Apa seru ceritanya?

Tenang. Ini baru awal cerita. Masih ada kelanjutan yang lebih seru dari Lenna.

Mau lanjut kisahnya?

Jangan lupa, dukung Author dengan Vote, Like, dan juga Komentar.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!