Magdalena Almerah

Magdalena Almerah

Bab 1

-Tahun 1746 Cianjur, Jawa Barat

Di sebuah rumah sederhana.

Pagi-pagi buta, terlihat seorang wanita paruh baya tengah sibuk bersiap-siap untuk pergi.

Wanita itu bernama Ratih. Ratih adalah ibu dari Lenna.

Lenna adalah anak dari keluarga yang sederhana.

Dia hidup hanya berdua saja dengan sang ibu.

Dulunya dia mempunyai seorang ayah, namun ayahnya meninggal saat Lenna masih berumur 4 tahun kala itu.

Saat masih hidup, ayahnya dulu adalah seorang tentara Belanda. Dia bernama Edmund Van Kouff.

Walau ayahnya adalah seorang tentara Belanda, tapi dia tidak pernah melakukan tugasnya sebagai tentara Belanda. Dia orang yang baik. Dia lebih suka membaur dengan warga pribumi yang di pekerjakan oleh Belanda saat itu.

Sampai pada akhirnya dia terpikat oleh salah satu wanita pribumi yang cantik. Dan menjalin hubungan asmara dengannya hingga ia menikah secara diam-diam dan mempunyai seorang putri yang di namai Magdalenna Almerah. Semua dilakukan tanpa di ketahui anggota Belanda lainnya.

Namun dia harus meninggal oleh anggota Belanda yang lain. Karna dia membela salah satu orang pribumi yang secara tidak sengaja melakukan kesalahan kecil.

Karna di pandang membelot dan di pandang memihak pada Indonesia, akhirnya perwira tinggi Belanda itu menembaknya hingga tewas.

Jenasahnya lalu di bawa oleh beberapa tentara lain untuk di pulangkan ke negerinya.

Perwira tinggi Belanda itu memalsukan soal kematian Edmund pada keluarganya disana.

Dan beberapa orang yang menyaksikan kejadian itu, langsung memberitakannya pada Ratih saat itu.

Sejak saat itulah Ratih hanya hidup berdua dengan putrinya.

Dia harus berjuang keras menjadi tulang punggung untuk menghidupi anak satu-satunya itu.

Beberapa tahun kemudian, dia kini bekerja sebagai pelayan di salah satu rumah megah nan besar milik tuan Belanda.

Tuan tanah Belanda itu bernama Van Heots. Yang juga berperan sebagai Jenderal di wilayah itu.

Dia juga seorang tuan tanah Belanda yang sangat kaya pada era itu.

Ratih selalu bekerja dari pagi, dan pulang pada sore hari.

Dia tidak bisa jika disuruh untuk menjadi pelayan yang menetap disana.

Karna dia memiliki Lenna yang hanya seorang diri dirumah.

Dia tidak tega jika harus meninggalkan anaknya sendirian tinggal di rumah dalam kurun waktu yang lama. Walau bisa pulang dalam jangka waktu 1 bulan sekali.

Disisi lain, jika dia mengajak anaknya untuk tinggal bersama dirinya di dalam istana rumah tuan Belanda itu, dia tak mau jika sampai anaknya di goda oleh Belanda hidung belang yang ada disana. Karna rumah istana itu selalu ramai oleh para tamu Belanda yang datang.

Maka dari itu dia lebih memilih untuk bekerja dari pagi dan pulang pada sore hari.

Walau dengan upah yang tidak seberapa, tapi dia tetap dengan senang hati melakukannya demi menghidupi sang anak semata wayangnya.

...🍁🍁🍁...

"Ibu, apa ibu akan berangkat pagi sekali hari ini?" tanya Lenna.

Yang pada saat itu dia sudah berada di dapur melihat ibunya yang tengah seperti terburu-buru.

"Iya, Nak. Ibu harus berangkat lebih awal. Karna hari ini ada banyak yang perlu di siapkan untuk menyambut tamu Belanda yang akan datang disana." jawab Ratih.

"Apa aku boleh ikut untuk membantu ibu disana?" tutur Lenna.

"Tidak usah, Nak. Lebih baik kamu berada di rumah saja. Tunggu ibu sampai pulang." jawab Ratih.

Lenna yang merasa kasihan terhadap ibunya, hanya bisa memberikan senyuman. "Emm, baiklah bu. Aku akan menunggu ibu."

"Hati-hati, Bu." Lenna mencium punggung tangan ibunya dan kemudian melambaikan tangan sambil memandangi ibunya yang berjalan perlahan menjauh.

Ibunya selalu pergi dengan berjalan kaki melewati perkebunan teh, menyebrangi sungai. Karna saat itu belum ada banyaknya kendaraan. Dan terlebih karna rumahnya berada lumayan jauh di pelosok dari tempatnya ia bekerja.

Hanya satu yang menjadi penyemangat hidupnya dalam menjalani kehidupan. Yaitu Lenna, anak semata wayangnya.

Perjuangan manis pahitnya hidup sudah banyak ia lewati. Hanya untuk Lenna, anaknya.

"Pagi, Ratih." sapa Idrus. Idrus adalah salah satu tukang kebun yang mengurus taman rumah itu.

Ratih hanya membalas dengan senyuman. Dia langsung bergegas menuju ruang tengah untuk membantu orang-orang lain yang menjadi pelayan disana.

Tampak seorang wanita sedang membersihkan meja, "Eh, ceu Ratih." ucap Rahel.

Rahel juga merupakan salah seorang pelayan disana.

"Eh Rahel, sudah datang daritadi?" jawab Ratih sambil tersenyum.

"Belum lama ceu. Sejak 20 menitan yang lalu" tutur Rahel

sambil membawa tumpukan piring.

Lalu Ratih segera membantu temannya itu, "Sini biar aku bantu."

Sambil menata piring di meja, Rahel bertanya soal Lenna pada Ratih.

"Oh ya ceu, Lenna bagaimana kabarnya? Sudah lama aku tidak bertemu dengan anakmu itu."

Bisa di bilang Rahel adalah teman baik dari Ratih. Dia selalu memanggil Rahel dengan sebutan Ceu karna mereka sama-sama orang Sunda.

Terlebih karna usia Rahel juga berada di bawah Ratih.

"Oh, kabar Lenna baik-baik saja, dia selalu sendirian dirumah saat aku pergi bekerja." jawab Ratih.

*"Kasian atuh ceu*. Dirumah sendirian, pasti dia merasa bosan. Kenapa tidak di ajak sesekali datang kesini saja atuh?" balas Rahel.

Mendengar perkataan Rahel, Ratih hanya terdiam sejenak. Lalu tersenyum. "Ah, nanti kalo anakku di ajak bantu-bantu disini, aku takut dia di goda oleh Belanda yang hidung belang."

Rahel terkekeh, "Iya juga sih. Apalagi Lenna itu kan orang yang cantik."

Setelah selesai mempersiapkan semua di meja, mereka bergegas menuju dapur untuk membantu yang lainnya mempersiapkan makanan.

"Ceu, kita ke dapur yuk. Sambil bantu yang lain disana." ajak Rahel.

Ratih mengangguk, "Ayo."

Sesampainya di dapur, mereka langsung membantu apa yang belum dikerjakan disana.

Di dapur istana rumah Belanda itu terlihat sudah ada beberapa orang yang sejak hari kemarin berada disana. Mereka semua sebagian ada yang menginap di Pavilliun yang di sediakan oleh tuan Belanda disana.

Mereka di perintahkan menginap untuk mempersiapkan semua segala kebutuhan untuk menjamu tamu Belanda yang akan datang hari ini.

"Rahel, tolong bantu aku angkat makanan itu" titah Ratih.

"Iya, Ceu." jawab Rahel.

Ratih meletakkan beberapa makanan yang sudah siap di atas meja.

"Biar aku saja dan yang lain yang menata makanan di meja, ceu". tutur Rahel.

Ratih mengangguk, "Baiklah kalau begitu, aku akan mengambil beberapa makanan lagi."

Ratih kembali ke dalam dapur bersama pelayan lain untuk mengambil makanan yang sudah siap di hidangkan. Terlihat begitu banyak sekali makanan yang akan di hidangkan untuk para tamu tuan Belanda itu.

Entah berapa banyak nanti tamu yang akan datang.

...🍁🍁🍁...

Terlihat Lenna yang sedang duduk berada di depan rumahnya.

Dia hanya memakai dress putih ala jaman dulu.

Sambil duduk, dia seperti tengah melamun dengan tangan dilipat di atas meja.

Tampak dia sedang merasa kesepian akan hari-harinya.

Dia lalu tersadar dari lamunannya, dan beranjak berdiri dari duduknya.

"Aku lapar." gumam Lenna.

"Ibu tadi terburu-buru, jadi tidak sempat membuatkan sarapan untukku." gumamnya lagi.

Lalu dia melangkah ke dapur. Dia ingin memasak.

Sesampainya di dapur, dia melihat kayu bakar untuk tungku memasak sudah habis.

"Yah, kayu bakarnya sudah habis, hanya tersisa potongan kayu kecil." ucapnya.

Lalu dia pergi ke kamarnya untuk ganti baju.

Dia memakai setelan mojang leuweung untuk pergi ke hutan mencari kayu bakar yang akan dia gunakan untuk memasak.

"Aku harus mencari kayu bakar dulu, kamu jangan pergi dari rumah ya." gumam Lenna. Sambil ia mengelus lembut kepala kucing kesayangannya.

Dia memiliki 1 kucing kesayangan. Kucing itu berwarna belang hitam putih.

Setelah itu lalu dia melangkah pergi ke hutan untuk mencari kayu bakar.

Terpopuler

Comments

senja

senja

ortu Rahel orang Belanda kah?

2022-04-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!