Di Alam Jin
Mentari sore mulai meredup, menyisakan warna jingga yang memudar di langit. Angin berbisik lembut melalui dedaunan, membawa aroma tanah basah yang menenangkan. Irfan, pemuda berumur 17 tahun dengan mata tajam dan rambut ikal, tengah berburu kayu bakar di pinggiran hutan. Langkah kakinya ringan, terbiasa dengan medan berbukit yang menjadi tempat tinggalnya.
Dia tidak menyadari ada sesuatu yang aneh, sebuah titik cahaya yang menyala redup di antara pepohonan. Keingintahuan menggerogoti hatinya. Irfan mendekat, takjub melihat cahaya itu semakin terang, membentuk portal yang berputar-putar. Tanpa sadar, Irfan melangkah mendekat, tangannya terulur, ingin menyentuh cahaya aneh itu.
Seketika, dunia berputar, dan Irfan terjatuh ke dalam kegelapan.
Irfan terbangun dengan rasa sakit di kepalanya. Pandangannya kabur, lalu perlahan terfokus pada langit yang berwarna keemasan. Dia berada di padang pasir luas, pasirnya berkilauan dengan warna-warna yang tak pernah dia lihat sebelumnya. Langit dihiasi dengan bintang-bintang berwarna ungu dan biru, dan udara dipenuhi dengan aroma rempah-rempah yang kuat.
"Di mana aku...?" gumam Irfan, tubuhnya gemetar. Dia mencoba berdiri, tapi kakinya terasa lemah.
Tiba-tiba, suara berat bergema dari balik sebuah bukit pasir. "Manusia, kau telah memasuki alam jin. Keberadaanmu di sini tidak diundang."
Irfan tersentak, matanya menangkap bayangan makhluk tinggi dengan kulit kehijauan dan mata menyala merah. Makhluk itu mendekat, auranya memancarkan rasa dingin dan ancaman.
"Siapa kau?" tanya Irfan, suaranya gemetar.
"Aku adalah penjaga alam jin," jawab makhluk itu dengan suara serak. "Dan kau, manusia, adalah ancaman bagi keseimbangan alam ini."
Irfan terdiam, ketakutan menggerogoti hatinya. Dia tahu bahwa dirinya terjebak di tempat yang berbahaya. Dia harus menemukan jalan keluar dari alam jin ini. Dan satu-satunya harapannya adalah ibunya, yang selalu mendoakannya.
Irfan terdiam, matanya tertuju pada penjaga alam jin yang mengerikan itu. Dalam hatinya, dia memohon kekuatan dan petunjuk. Dia teringat pesan ibunya: "Nak, jika kau berada dalam kesulitan, ingatlah selalu doa-doa ibu."
Kata-kata ibunya seperti suntikan kekuatan. Irfan menarik napas dalam-dalam, lalu berkata, "Maafkan aku, penjaga. Aku tidak bermaksud memasuki alam ini. Tolong, bimbing aku untuk kembali ke dunia manusia."
Penjaga itu terdiam, matanya menatap tajam Irfan. Seolah-olah dia sedang mempertimbangkan permintaan Irfan. "Manusia, kau telah melangkah ke tempat yang tidak seharusnya kau masuki. Tapi, aku merasakan getaran doa yang kuat dari jiwamu. Itulah satu-satunya alasan mengapa aku tidak langsung menghukummu."
"Doa siapa itu?" tanya Irfan, penasaran.
"Doa ibumu," jawab penjaga itu. "Doanya mengalir seperti sungai yang deras, menembus batas-batas alam. Itulah satu-satunya hal yang dapat menyelamatkanmu."
Irfan terkesima. Dia tidak menyangka doanya ibunya akan menjadi penyelamatnya. "Bagaimana aku bisa kembali?" tanyanya.
Penjaga itu menunjuk ke arah bukit pasir yang menjulang tinggi di kejauhan. "Di sana terdapat sebuah pintu gerbang yang menghubungkan alam jin dengan dunia manusia. Tapi, pintunya terkunci, dan hanya doa ibumu yang dapat membukanya."
Irfan terdiam, pikirannya berputar. Dia harus menemukan pintu gerbang itu dan mengandalkan doa ibunya untuk membuka jalan pulang. Dengan semangat baru, dia bangkit, siap untuk menghadapi tantangan di alam jin.
Irfan berjalan menuju bukit pasir yang ditunjuk penjaga. Perjalanan terasa panjang dan melelahkan. Matahari terik dan panas, membuat tubuhnya kering dan lelah. Tapi dia terus melangkah, didorong oleh tekad untuk kembali ke rumah.
Di tengah perjalanannya, dia bertemu dengan jin-jin kecil yang berpenampilan lucu dan ramah. Mereka menawarkan makanan dan minuman, serta menceritakan kisah-kisah tentang dunia mereka.
"Kau manusia yang istimewa," kata salah satu jin kecil, matanya berbinar-binar. "Doa ibumu sangat kuat, dia telah melindungimu."
Irfan tersenyum. Dia bersyukur atas doa ibunya yang tak henti-hentinya.
Akhirnya, setelah melewati perjalanan yang panjang, Irfan tiba di kaki bukit pasir yang menjulang tinggi. Di puncak bukit, dia melihat sebuah cahaya berkilauan yang misterius.
"Itulah pintu gerbangnya," kata jin kecil yang menemaninya. "Kau harus memanjat bukit ini dan mengucapkan doa ibumu dengan sekuat tenaga."
Irfan mengangguk. Dia berpegangan pada akar pohon yang menancap di pasir, lalu perlahan memanjat bukit pasir. Di puncak bukit, dia berdiri di depan pintu gerbang yang tertutup rapat.
Irfan menarik napas dalam-dalam, lalu menutup matanya dan mengulang doa ibunya. Dia memohon agar ibunya mendengar suaranya, memohon agar doanya dapat membuka gerbang ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
Ahmad Rifa'i
baik. siap kak /Smile/
2024-11-05
0