Bayangan itu berwujud menjadi sosok yang menyeramkan. Makhluk itu memiliki tubuh tinggi dan kurus, kulitnya berwarna abu-abu kehitaman, dan matanya menyala merah menyala. Dari tubuhnya, terpancar aura kegelapan yang menyelimuti seluruh ruangan.
"Siapa kau?" tanya Irfan, suaranya sedikit bergetar. Dia merasakan sensasi takut dan penasaran yang mencampur adik dalam hatinya.
"Aku adalah penjaga hutan ini," jawab makhluk itu dengan suara yang serak dan mengancam. "Dan kau telah masuk ke wilayah ku."
Irfan mencoba menenangkan diri. Dia teringat pesan wanita tua itu di alam jin. "Jangan takut," bisik wanita tua itu. "Kau memiliki kekuatan yang cukup untuk mengalahkannya. Percayalah pada dirimu sendiri dan kekuatan yang telah diturunkan padamu."
Irfan menarik napas dalam-dalam dan memusatkan konsentrasinya pada aliran energi positif yang mengalir di dalamnya. Dia mencoba menghubungi kekuatan leluhurnya yang terpendam di dalamnya.
"Aku tidak bermaksud menyerbu wilayahmu," jawab Irfan dengan tegas. "Aku hanya ingin mengetahui apa yang terjadi di hutan ini."
"Kau telah menginjak tanah yang terlarang," jawab makhluk itu. "Hutan ini adalah wilayah ku, dan tidak ada yang diizinkan masuk tanpa izin ku."
"Aku adalah pelindung keseimbangan alam," kata Irfan. "Aku bertugas untuk melindungi manusia dan jin dari ancaman yang mungkin muncul."
"Kau mengatakan kau adalah pelindung alam?" makhluk itu tertawa mengejek. "Buktikanlah itu. Berikan ku keris itu. Jika kau layak menerima keris itu, maka aku akan menghormati mu."
Irfan terdiam sejenak. Dia merasakan sebuah kekuatan yang menakutkan mengalir dari makhluk itu. Dia tahu bahwa makhluk itu sangat berbahaya.
Tetapi Irfan juga merasakan sebuah dorongan yang kuat di dalamnya. Dia harus menghadapi makhluk itu dan mendapatkan keris itu. Keris itu pasti memiliki peran penting dalam tugasnya sebagai pelindung alam.
Irfan mendekati altar itu dan mengambil keris itu. Keris itu terasa sangat dingin dan berat di tangannya.
Irfan kemudian menyerahkan keris itu kepada makhluk itu.
Makhluk itu menerima keris itu dengan tangannya yang besar dan berkerut. Dia menatap keris itu dengan tatapan yang dalam.
Kemudian, makhluk itu menyerahkan keris itu kembali kepada Irfan. "Kau telah melewatkan ujian pertama," kata makhluk itu. "Tetapi ini bukan akhirnya. Kau harus melewatkan ujian yang lebih berat lagi."
Irfan menatap makhluk itu dengan tatapan yang penuh pertanyaan.
"Aku akan menguji mu dengan tiga ujian," jelas makhluk itu. "Jika kau bisa melewat jalan ini.
"Aku akan menguji mu dengan tiga ujian," jelas makhluk itu. "Jika kau bisa melewatinya, maka aku akan mengakui kau sebagai pelindung sejati alam ini. Tetapi jika kau gagal, maka kau akan menjadi bagian dari hutan ini selamanya."
Irfan menelan ludah, merasakan ketakutan dan keberanian bercampur dalam hatinya. Dia tahu ujian ini akan menjadi tantangan yang sangat berat, tetapi dia bertekad untuk melewatinya. Dia harus melindungi alam ini.
"Apa ujiannya?" tanya Irfan, suaranya bergetar sedikit.
"Ujian pertama," kata makhluk itu, "adalah ujian keberanian." Makhluk itu menunjuk ke arah lorong gua yang gelap. "Di ujung lorong itu, terletak hati hutan ini. Kau harus mengambilnya tanpa takut.
Irfan menatap lorong gua itu dengan tatapan penuh ketakutan. Lorong itu terlihat sangat gelap dan menyeramkan. Dia merasakan sebuah aura kejahatan yang kuat mengalir dari dalamnya.
"Ujian kedua," lanjut makhluk itu, "adalah ujian kebijaksanaan." Makhluk itu menunjuk ke arah dinding gua yang dipenuhi dengan ukiran-ukiran kuno. "Ukiran-ukiran itu mengandung pesan-pesan yang tersembunyi. Kau harus memahami pesan-pesan itu dan menggunakannya untuk menyelamatkan dirimu dari bahaya."
Irfan menatap ukiran-ukiran itu dengan tatapan yang penuh kebingungan. Ukiran-ukiran itu terlihat sangat rumit dan sulit dipahami.
"Dan ujian terakhir," kata makhluk itu, "adalah ujian kekuatan." Makhluk itu menunjuk ke arah keris emas yang dipegang Irfan. "Keris itu adalah alat yang sangat berbahaya. Kau harus menguasainya dan menggunakannya untuk melindungi dirimu dari ancaman."
Irfan menatap keris emas itu dengan tatapan yang penuh ketakutan. Dia merasakan sebuah energi yang sangat kuat mengalir dari keris itu.
"Jika kau melewatkan ketiganya," kata makhluk itu, "maka aku akan mengakui mu sebagai pelindung alam yang sejati. Tetapi jika kau gagal, maka kau akan menjadi bagian dari hutan ini selama lamanya."
Irfan terdiam sejenak. Dia merasakan sebuah rasa takut yang mendalam menyergap hatinya. Ujian ini sangat berat, tetapi dia bertekad untuk melewatinya. Dia harus melindungi alam ini dari ancaman.
"Baiklah," kata Irfan dengan tegas. "Aku akan menjalani ujianmu."
Makhluk itu tersenyum sinis. "Semoga kau beruntung, manusia."
Irfan kemudian melangkah maju menuju lorong gua itu, siap menjalani ujian pertama.
Dia merasakan sebuah rasa keberanian yang baru muncul di dalamnya. Dia tahu bahwa dia harus mempercayai kekuatan diri sendiri dan kekuatan yang telah diturunkan padanya.
Dia akan melewatkan ujian ini. Dia akan menjadi pelindung alam yang sejati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments