Bab 2
Ketika Sang Kapten bertanya tentang kondisi itu, pemilik Cafe pun menjawab dengan ringan, tanpa beban, " Kehabisan stok ."
Yang dia maksudkan dengan ' Stok ' yaitu wanita yang telah terpilih dan telah di nyatakan lulus, setelah terlebih dahulu menjalani semacam seleksi yang diadakan oleh tim khusus dari manajemen Cafe tersebut.
Cairan di dalam botol di atas meja, mulai berpindah ke setiap gelas di hadapan mereka, dan beberapa botol sudah mulai kosong, telah menjadi isi perut mereka, kecuali Aji yang tidak mengonsumsi minuman yang beralkohol.
Semua yang berada di rombongan sudah tahu dan maklum, dia akan menghadapi jadwal 'wajib untuk
ikut tes kesehatan ' sebagai ' wajib rutin tahunan '
kebetulan hari Senin dia akan menjalaninya.
Hujan di sertai tiupan angin yang kencang, mulai turun menyusul cuaca tadi sore Langit telah menampakkan tanda akan turun hujan, membuat suasana menjadi romantis, semakin membuat pengunjung terlena kedalam acara berasyik-masuk
dengan pasangannya masing-masing.
Aji yang dari permulaan acara, hingga jam menunjukkan pukul 22: 00 waktu setempat, masih dengan minuman Coca Cola dihadapannya, entah sudah berapa kaleng yang telah dihabiskannya, dia mulai menemukan ada suatu keganjilan pada rasa minuman yang dari tadi diminumnya, terlontar ucapan mewakili pertanyaan di benaknya, dan mendapat tanggapan yang spontan dari teman yang duduk di sebelahnya.
Makanya, kalau berlayar, jangan cuma main di sekitar kolam susu saja, kau pinta ke orang kantor, ini Brazil man ! minuman ringan di sini berbeda, agak sedikit pahit- pahit begitu kan ?"...he..he.he,
belum kau ke Paranagua, di sana bertemu cewek cantik-cantik tidak kalah cantik di bandingkan dengan bintang film kita, tapi jangan salah Ji ! begitu mereka tertawa., hampir semua orang di sana giginya hitam.
Kalau kau tanyakan itu kepadaku Ji. ? Jawabanku singkat saja, " Kesana kau, agar tahu !" Bar disana kalau menyediakan Bir, mereka suguhi juga sepiring kecil garam.
Sambil mendengarkan celoteh temannya yang mungkin hampir mabuk itu, Aji merasa pening di bagian kepalanya semakin menjadi-jadi, ketika akan berdiri saat merasakan ingin ke toilet, dia terhuyung dan hampir jatuh.
Dia paksakan untuk berjalan menuju ke toilet, belum lagi sampai ke tujuannya, kakinya tersandung kaki meja, dia yakin akan dirinya, kalau dalam keadaan biasa, itu tidak akan terjadi.
Kaki yang tersandung membuat hilang keseimbangan, tubuhnya limbung, untuk kali ini dia tidak bisa lagi menjaga untuk tidak jatuh, dia terjatuh akan tetapi masih beruntung kerena saat jatuh, dia terduduk di sebuah kursi sofa yang sedang diduduki oleh seorang wanita berparas cantik menurut penglihatannya.
Dia kucek matanya berulang kali, untuk memastikan bahwa penglihatannya tidak keliru.
Ternyata benar, wanita yang kini berada dekat di sampingnya, adalah seorang wanita berparas cantik sempurna, Aji minta maaf kepada wanita itu, atas kejadian yang tidak dia sengaja tadi, wanita itu menganggukkan kepala sambil tersenyum kearahnya, Aji melanjutkan niatnya semula.
Beberapa saat berlalu dia keluar dari toilet dan berjalan melalui jalur yang sama, saat tersandung kaki meja tadi, ketika percis dia akan melewati ujung meja itu lagi, dia merasakan ada tangan yang halus terasa olehnya mencekal pergelangan tangannya, ketika dia menoleh ke arah yang mencekal tangannya, " siapakah pemilik tangan itu ?" demikian pertanyaan dibenaknya.
belum lagi terjawab pertanyaannya itu, terdengar suara ," Duduklah di sini, itu lebih baik untukmu ," lebih mirip anjuran, Aji yang semula merasakan pening pada seluruh bagian kepalanya, sekarang mendadak merasa hilang rasa sakitnya itu, kembali dia gosok kedua matanya, untuk lebih memastikan dirinya tidak sedang mabuk.
Tidak ada alasan untuk merasakan kepalanya pening apalagi mabuk, toh dia tidak mengonsumsi minuman yang beralkohol yang ada di hadapannya.
Tapi yang membuatnya dia menjadi sadar, seandainya saat ini dia sedang mabuk, adalah seorang wanita secantik itu, yang berada jauh beribu kilometer dari tempat orang mempergunakan bahasa Indonesia, wanita ini justru berbicara bahasa Indonesia dengan fasih dan benar pula, fikirnya.,
" Ayo duduk ", bernada perintah , nanti ku ceritakan apa yang sebenarnya telah terjadi, semenjak engkau mulai duduk di kursi itu," sembari dia tuding kan telunjuknya ke arah kursi yang tadi Aji duduki.
Sampai di sini dia masih berdiri terpana, entah apa yang ingin di ucapkan nya, mungkin saja karena rasa terpesona yang membuatnya menjadi bingung dan heran, kenapa rasa pening yang tadi begitu menyiksanya, mendadak sirna,? untuk sementara kah ini ?, kenapa dia mengalami yang dia yakin tidak harus di alaminya, karena dia tidak merasa telah mengonsumsi minuman yang beralkohol walau sedikit, karena dirinya besok akan menjalani test kesehatan.
Sementara dia masih kebingungan atas semua pertanyaan yang belum dia temukan jawabannya, terasa olehnya, tangan yang lembut kembali memegang pergelangan tangannya, bahkan kali ini, dia menyarankan kepada AJi untuk duduk di sebelahnya.
Di ikuti nya saran tersebut, hingga diujung percakapan mereka berdua, keduanya saling memperkenalkan nama masing-masing, wanita itu bernama Josette Maria Cardoso, disebutkannya namanya sambil mengulurkan tangan untuk bersalaman dan Aji pun menyebutkan namanya, selanjutnya, wanita itu bertanya, " yang duduk di sebelah kanan dan kirinya itu temanmu kah ?"
Di jawab oleh Aji," ya, mereka teman baikku "
" Tidak, menurutku, mereka bukan teman baikmu,"
Demi mendengar ucapan wanita yang baru di dijumpainya berkata seperti itu, Aji tidak serta merta menyanggahnya, dia balik bertanya. " Kenapa kau berkata seperti itu ?" ujar Aji
" Tadi, aku melihat tidak dengan sengaja, saat pertama kau pergi ke toilet, temanmu menuangkan isi gelasnya ke kaleng minuman ringan mu, ketika yang ke dua kalinya kau pergi lagi ke toilet, teman di sebelah kiri mu berbuat yang sama, aku perhatikan bahkan ku hitung, kau pergi kesana hingga lima kali, dan yang terakhir sebelum kau melanggar kaki meja di hadapanku, wanita yang duduk di samping temanmu itu, memasukkan sesuatu yang aku tidak tahu percis apa jenisnya, yang bisa aku lihat di genggamannya itu sebuah botol kecil, pantaslah kalau sampai berulang kali engkau pergi untuk pipis, itu salah satu pertanda engkau dalam kondisi tidak normal, " pungkasnya, dan lanjutnya lagi...
" Sekarang, apakah kau masih mau kembali ke tempat duduk mu itu ? kaleng minuman mu menunggu di sana, untuk yang kali ini, mungkin yang akan mereka masukkan, bukan lagi akan membuatmu hanya tersandung ke kaki meja," Ucap Josette sedikit ketus, memperingatkan. Membuat lelaki itu terdiam, mungkin di dalam pemikiran normal nya, mengakui yang di ucapkan wanita itu,
' benar ' di luar kendali akalnya, dia mengangguk anggukkan kepalanya.
Malam mulai beranjak ke makin larut, angin yang semula bertiup sepoi, mulai terasa semakin dingin seolah menembus hingga ke tulang, sementara hujan turun semakin lebat, Josette bertanya kepada Aji, " Jam berapa kau harus pulang ke Kapal ?" sapa nya, ada nada khawatir.
Demi melihat kondisi pria di hadapannya itu, karena sepanjang yang dia ketahui, tanda-tanda orang yang sedang dalam pengaruh obat sejenis perangsang untuk memacu syahwat, masih terlihat walau mungkin hanya tinggal sisa, namun masih bekerja didalam tubuhnya.
" Siapakah wanita yang berada di hadapannya ini ?"
Demikian pertanyaan didalam benak Aji.
Setelah Aji menjawab pertanyaan yang diajukan wanita bernama Josette Maria Cardoso itu, dengan singkat, " jam 09:00 ." Katanya, seperti kurang berminat dalam menjawab.
Wanita tersebut berkata kepada Aji, bahwasanya dia akan mengajaknya ke tempat dia menginap, tapi tidak diucapkan akan tujuan dan maksudnya.Dia ingin memastikan atas dugaannya terhadap pria ini.
Sejatinya dia yang berprofesi sebagai Dokter umum yang saat ini sedang menempuh ke jenjang yang lebih khusus lagi yakni spesialis di bidang Anestesi, dan saat ini sedang mengambil rehat dari kesibukannya di kota Rio De Janeiro ke Santos ini, untuk sekalian menjenguk kedua Orang tuanya, yang berdinas di kota tersebut.
Dengan tujuan sebuah Riset, yang akan berlangsung di kamar tempatnya menginap, kalau dengan sengaja mencari ' obyek ' manusia yang sengaja dia pinta untuk mau membantunya, tidak terbayangkan olehnya seberapa tingkat kesulitannya, namun ...
Kali ini sungguh Tuhan telah mengirimkan kepadaku, seseorang yang akan menjadi obyek Riset ku, ini akan membantu dan memperlancar, sekaligus menentukan kelulusan di pengajuan Disertasi ku sebagai calon Dokter spesialis Anestesi." Hatinya berbunga-bunga.
Guys....bagaimana kelanjutannya ?
akan di temui di kisah kelanjutannya di Episode yang
berjudul " Malam Jahanam " tapi masih di kisah
* GARIS TANGAN *
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 258 Episodes
Comments