Pasrahnya Lelaki Tangguh
Bab 1
Kisah berawal di sebuah ruang tamu di kediaman seorang wanita bernama Fitri Anggi Nita,dengan panggilan akrab Fitrie, di pagi hari yang cerah langit pun berwarna biru.
waktu sudah berlalu 15 menit, dia masih terlibat dalam percakapan yang serius dengan seorang pria muda, terlihat dari cara bicara dan sikap keduanya menunjukkan diantara mereka sudah cukup akrab satu sama lain. hingga tiba pada obyek bahasan yang nampaknya serius.
DI awali sebuah pertanyaan dari Fitrie kepada pria itu, yang bernama,
" Kak Aji....sepagi ini dari Jakarta datang, hanya untuk bertanya tentang hubungan kita seperti apa ?"
" Benar sekali Fit, aku sudah bosan menjalani rutinitas yang kita perbuat ini, hanya kurang dua hari saja, pas setahun. Dengan tanpa kepastian siapa aku di matamu."
" Ya teman.., kita berteman bukan ?"
" teman..teman katamu. ?..Ya Tuhan tak seujung rambut pun aku menyangka kalau jawabanmu akan seperti itu ," sambil batinnya berkata, " pantas, cewek ini, setiap aku mencoba untuk duduk mendekat, selalu dia pindah menghindar, selalu begitu dan begitu berulang kali, duduk bersebrangan." celoteh Kata dalam batinnya.
Penampilan dan status pria ini tidaklah di bawah rata-rata, sebaliknya tidak akan memalukan bagi siapapun, pria yang bilamana mengajak wanita itu ke suatu forum resmi sekalipun.
Keduanya mempunyai kelebihan yang tidak umum, dengan tanpa menyebut kekurangan mereka sebagaimana 'Fitrah' Manusia tidak ada yang sempurna.
Sesaat kemudian, " terkecuali kak Aji sudah menjawab sebuah pertanyaan yang akan ku ajukan itu pun terserah kak Aji...mau atau tidak,
kalau tidak, ya sudah, sampai kapan pun kita akan tetap menjadi teman seperti saat ini, tidak ada masalah dan tidak akan ada masalah toh kak..?" dan Aji pun menjawab
" Ya masalah buat aku sih, usiaku hampir berkepala tiga, bulan depan pas jadi tiga. Tidak sedikit teman sebayaku sudah berkeluarga ."
padahal wanita itu pun, hanya bertaut selisih 4 tahun darinya , tapi Aji tidak menyinggung sejauh itu dan sambungnya,
" sebegitu pentingnya kah pertanyaannya itu bagimu Fit..?"
" Penting sekali ....sangat penting malah, dan itu sudah Pakem sebagai syarat mutlak yang harus di lalui ." cetusnya
" Siap tuan putri, apakah gerangan pertanyaan tersebut tuanku?" Timpal Ajie dengan nada berseloroh.
Fitri seperti kurang tanggap akan gurauan itu, dia menimpalinya dgn sikap seakan mau mulai bertanya, tapi malah dia tutup wajahnya dengan kedua telapak tangan dengan membungkukkan badannya, beberapa saat hal ini berlangsung.Aji menunggu dengan penuh kesabaran, dalam hatinya bertanya, apa gerangan yang akan di tanyakan kepadanya....
Dan saat yang dinantikannya itu pun tiba .
" Kak Aji , sebelumnya aku minta maaf, akan hal yang mungkin kak Aji tidak berkenan ," terlihat wajah gadis itu seperti sedang menahan sebuah beban.
Beban mental tampaknya. Aji pun menanggapi dengan gelengan kepalanya saja, dia yakin itu sudah cukup sebagai jawaban.
" Jangan menjadi surut bagimu untuk mengajukan pertanyaan itu, kalau memang itu sudah menjadi prinsip dasar mu Fit..".
" Baiklah ...sebelumnya Aku ucapkan terimakasih, atas kebesaran hatimu kak ".
" Lanjut..." jawab Aji singkat.
" Langsung saja yah...,apakah kakak sudah pernah kawin ?" dengan suara lirih tapi jelas di pendengaran laki-laki itu, bahkan seakan sebuah Guntur, malah lebih mirip lecutan Petir, tapi ini di siang hari bolong, hingga membuat dia terpana walau sesaat. Tapi itu berlangsung hanya sesaat.
Laki-laki ini bukan tumbuh dan berkembang dari lingkungan biasa biasa. Ayahnya seorang PAMEN ABRI di NKRI, dan Ibunya seorang lulusan sekolah keterampilan wanita di Jaman pra Indonesia merdeka.
Dengan didikan disiplin semacam ABRI di padu dengan kelembutan seorang ibu yang penyabar dan bijaksana, saat jadi Taruna di sebuah perguruan tinggi pelayaran mendapat gemblengan fisik dan mental yang baik, jadilah dia tumbuh dengan penuh tanggung jawab dan penuh percaya diri.
Di saat seperti ini, bukan tanpa pemikiran yang matang, juga bukan karena kaget sesaat.
Serta merta dia menjawab pertanyaan tersebut,
" ya..., aku memang sudah pernah kawin," dan.. lanjutnya lagi.
" Maafkan kalau jawabanku ini, tidak sesuai dengan yang kau harapkan, tapi.."
Belum lagi dia melanjutkan perkataannya, dengan serta merta gadis di hadapannya itu berdiri dan berjalan menuju pintu utama masuk ke Rumah itu, serta merta dibukanya pintu itu lebar-lebar seraya berkata ;
"Kak...kau bukan orang yang tanpa pendidikan, datang dari kalangan terpandang pula ".
Sampai disitu dia tidak sanggup untuk melanjutkan kalimat yang akan diucapkannya, hanya tangannya yang sanggup dia gerakkan sebagai isyarat bagi laki-laki tersebut untuk keluar dan pergi meninggalkannya seraya berkata ," pergi dan jangan pernah kembali "
kalimat itu pun dipaksakan untuk bisa terucap,
Karena di kedua bola matanya walau sekilas, terlihat oleh Aji genangan air bening bahkan sempat beberapa mutiara bening bergulir jatuh dan meleleh di kedua pipinya.
Mata yang bersinar bening indah, dan pipi yang lembut memerah, yang dari dulu hingga detik itu dia kagumi, saat ini atas permintaan pemilik pipi dan bola mata indah itu, dia harus pergi menjauhinya.
Gadis itupun menutup pintu, dan berlari mengarah ke bagian dalam rumah, lalu menghilang di lorong ruang keluarga.
Sementara itu, Aji yang berdiri di luar pintu masuk, tanpa menunggu waktu lebih lama lagi.
Dia pun melangkah ke arah pagar halaman untuk selanjutnya berjalan menuju jalan raya, di trotoar sepanjang jalan raya menuju arah ke rumah orang tuanya.. Aji melangkahkan kakinya..yang terasa olehnya seperti tidak berpijak di tanah, ringan badan nya, seakan hanya raganya yang saat ini sedang melangkah tanpa jiwa, hingga beberapa penyedia jasa angkutan Ojek yang sedang siaga di pangkalannya di mulut gang, yang dia lalui menawarkan sarana angkutnya, tidak digubrisnya.
Dia terus melangkah mengikuti kata hati yang serasa hancur terkoyak, " kalau saja raga ini bukan Tuhan yang Maha Esa yang membikinnya, mungkin tadi di halaman rumahmu, Fit.. sudah berserakan serpihan daging dan bercak darah, itulah Hatiku,"
demikian batin nya berkata.
Sinar mentari yang mulai terasa sedikit menyengat bagi orang lain pada umumnya, saat itu baginya terasa sebaliknya, menggigil badannya, mendadak
ingatannya kembali ke kejadian yang berlangsung hanya pada hitungan beberapa pekan telah berlalu.
Di salah satu Cafe yang terdapat di pesisir pantai kota pelabuhan laut, Santos, Brazil. Tragedi kelam di malam itu terjadi, keberadaannya di negara nun jauh disana, saat dia berada di sebuah kapal Tanker milik sebuah maskapai pelayaran di negara Kincir angin, Belanda, yang memulai ikatan kontrak kerjasama dengan Petro Brass, Pertamina nya Negara Brazil, dimana dia berada disana, sebagai salah satu awak di kapal tanker tersebut yang semula melakukan layanan angkutan minyak antar negara saat itu, kapalnya di alih fungsikan, menjadi fasilitas Storage tanker..atas kesepakatan kedua belah fihak yakni pemilik kapal di satu sisi dan pengguna, yakni Petro Brass ,di sisi lain.
Kapal yang tadinya berlayar dengan rute Eropa dan Amerika latin, mengangkut minyak dari Brazil diantaranya La-Salina, Sao Paolo..atau pelabuhan minyak lainnya untuk di bawa ke pelabuhan minyak di Amsterdam atau Rotterdam.
Disaat ini terikat oleh rantai jangkar dan pada bagian Haluan kapal ( depan ) dan Buritan ( belakang )nya.
Kapal ini di fungsikan sebagai penampung hasil minyak dari ladang minyak di sekitarnya, untuk nanti di distribusikan kepada Konsumen yang mengambilnya dengan armada Kapal-Kapal mereka.
Sementara hari berjalan seiring pengoperasian dan kegiatan para awak kapal yang terbiasa dengan kerja pemeliharaan ataupun perbaikan seperti saat saat kapal berlayar dan saat Kapal tiba di pelabuhan tujuan, para awak kapal yang lepas dari jam tugasnya pergi pesiar dengan tujuan sesuai selera mereka masing-masing.
Ada peribahasa lain belalang lain ikannya lain pelabuhan lain pula keasyikannya. Peribahasa itu berlaku saat kapal melayani angkutan muatan yang kadang di luar dugaan.
Kantor pusat lah yang memegang kendali kemana kapal harus mengambil muatan dan kepelabuhan mana tujuan akan dibongkar, itu pernah Aji Alami.
Yang semula akan mengangkut minyak dari Puerto De la Cruz di kawasan Venezuela di pertengahan pelayaran tiba-tiba berubah arah ke Punto Kardon, untuk nantinya di bawa ke Belgia.Itu dulu, sebelum kapal di rubah menjadi storage tanker, setelah menjalani
Rutinitas kegiatan sehari-hari dari itu ke itu lagi, dan yang di lihat sepanjang mata memandang hanya air laut dan pantai, terlihat dari geladak kapal, itu akan memakan waktu 1 jam untuk pergi kesana, itu pun dengan moda transportasi berupa boat service yang di sediakan oleh perusahaan untuk akhir pekan saja, di luar itu service disediakan 24 jam tiap hari untuk keperluan darurat.
Rasa jenuh mulai melanda, solusi pun mulai di cari. Di temukan dari saling berbagi info bahwa di pantai yang bisa terlihat tanpa bantuan alat, ada Cafe bernama Paradiso yang menyediakan hiburan cukup bagus, bila dibandingkan dengan restoran-restoran atau Bar, yang bertebaran sepanjang pantai tersebut.
Di malam Minggu yang akan datang, Aji mendapat giliran, peluang yang sangat bagus untuk menikmati malam minggu di Cafe Paradiso yang konon beritanya begitu Amazing., "betulkah begitu, atau itu sekedar rumor yang di besar besarkan ?,"
gumamnya, " inilah saat yang tepat dan luar biasa."
Malam Minggu ini pimpinan Perusahaan memberikan hiburan kepada seluruh anak buah Kapalnya, untuk menikmatinya dengan semua fasilitas di tanggung perusahaan, demikian isi telegram yang di pampang pada dinding maklumat di ruangan tempat anak buah Kapal rehat, saat jeda istirahat minum kopi.
Isi berita lanjutannya yang tidak kala menarik, yaitu berkenaan dengan hari ulang tahun kelahiran Ratu Beatrix, yang di sambut gempita oleh seluruh crew dengan suara teriakan lantang.
" Hore hidup mabuk !!!", demikian diantara luapan rasa gembira dari beberapa anak buah Kapal.
Singkat cerita, hampir seluruh awak kapal termasuk Kapten yang berkebangsaan Belanda dan ahli Navigasi lainnya dari Belgia dan Crew yang keseluruhannya dari Indonesia, menyambut dengan sukacita.
Tanpa melanggar aturan yang oleh seluruh dunia pelayaran sepakati dan patuhi.
Menurut Aturan yang berlaku, jika dalam keadaan biasa, maka jumlah keseluruhan awak Kapal, saat itu 26 orang, atas kebijakan Kapten dan perusahaan dengan dasar peraturan Internasional, yang di perbolehkan pergi meninggalkan kapal hanya 16 orang saja, dengan asumsi, bilamana mendapat kondisi dan situasi memaksa, awak Kapal yang tinggal, akan sanggup mengoperasikan seluruh alat-alat keselamatan darurat.
Alkisah, mereka yang berjumlah 16 sudah menginjakkan kakinya di pintu masuk Cafe Paradiso, di sambut dengan ramah oleh pemilik Cafe langsung, begitu tahu bahwa rombongan kali ini adalah awak dan Kapten, dari sebuah kapal tanker yang belum lama di operasikan di kawasan ladang minyak disana.
Setelah di persilahkan untuk mengambil posisi yang sesuai keinginan, disini sang Kapten yang dapat kehormatan untuk menentukan tempat duduk dan posisi yang dianggap nyaman Bagi para awaknya, di pilihnya dua meja, lantas di rapatkan menjadi satu dengan kursi berjumlah dua kali 16. Konon itu sengaja di siapkan untuk para wanita sebagai pemandu ria.
Dari perbincangan ringan hingga deretan minuman ringan, menengah seperti Bir lokal hingga yang kelas berat berkadar alkohol tinggi, dengan lebel berbeda, sudah tersedia diatas meja.
Beberapa wanita baik yang dikenal oleh pemilik Cafe maupun wanita pendatang, yang sengaja berkunjung kesana untuk sekedar meluangkan waktu bermalam Minggu, telah tumpah ruah.
Asap rokok dan musik berirama samba, bercampur dalam hingar bingar suasana "Demam malam Minggu ", begitu tutur MC , menyampaikan dalam bahasa Inggris di padukan dengan bahasa Spanyol, aksen Brazil.
Senja berlalu dan suasana kelam mulai mendominasi, kursi yang sengaja di atur sehingga setiap awak Kapal di bawah arahan Kapten kapal sebagai Kordinator, telah terisi oleh wanita pemandu, kecuali kursi di samping tempat duduk Aji.
Entah kebetulan atau bukan, kenyataannya memang tidak ada lagi wanita yang dengan sengaja telah di undang oleh pemilik Cafe untuk menyenangkan para tamunya....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 226 Episodes
Comments