Sadar

Di sebuah ruangan bernuansa emas, sebuah kasur berukuran besar dan kelambu berwarna emas dengan ukiran bunga mawar berwarna biru, terlihat seorang gadis yang terbaring lemah. Sudah seminggu dia tidak sadarkan diri semenjak Monster itu menyerang Ibu Kota dan seminggu itu pula tidak ada yang menjenguknya, dia hanya di temani seorang pelayan di sampingnya.

Pelayan Anne dengan setia dia berada di samping sang nyonya, berharap sebuah keajaiban akan datang, setiap ia ingat ketika sang majikan berlari sendiri pada Monster yang menyerah itu, tubuhnya terpental dan kepalanya terbentur batu.

"Nyonya.... " Suara tangisan yang sangat menyakitkan itu, setiap saat memecahkan keheningan ruangan itu.

"Kenapa harus seperti ini Nyonya? Nyonya harus kuat dan buktikan bahwa Nyonya kuat,"

Bola mata yang terpenjam itu bergerak, kelopak indah dan bulu halus yang melengkung ke atas seakan meminta kunci untuk terbuka. Di bawah alam sadarnya.

Dia mengingat sesuatu, potongan demi potongan itu terasa nyata, penghinaan, kekerasaan, tangisan, semua bercampur satu. Sama halnya dengan di dunianya, di hina, ayah dan ibunya berpisah. Hingga suatu hari dia berangkat kerja dan mengalami sebuah kecelakaan.

Hah

Dadanya naik turun di iringi mata yang membulat ke atas. Tubuhnya bagaikan batu yang tak bisa ia gerakkan, menggeser saja terasa sakit.

"Nyonya, Nyonya sadar."

Pelayan Anne segera keluar dan menutup pintu, di sepanjang lorong dia berlari keluar. Tidak peduli banyak pelayan yang terbentur dengannya dan menggerutu. Bahkan dia tidak menyadari, ada Duke Vixtor dan kekasihnya Ellena.

"Duke ada apa dengan pelayan itu?" tanya Ellena.

"Aku tidak tahu, tapi dia bersikap tidak sopan pada mu," ujarnya marah.

"Sudah, mungkin ada sesuatu yang terjadi pada Duchess."

"Biarkan saja," Duke Vixtor kembali mencoel pipi gembul bayi itu. Sedangkan di depan teras, tepat di kamar Duchess Alexsa. Seorang wanita tengah menatap tajam, kedua bola matanya seakan ada magnet yang terus mengarah pada sepasang kekasih itu. "Di dalam ingatan ku, orang itu adalah dia. Bagaimana bisa aku harus berpindah tubuh?"

Sementara Duke Vixtor dan Ellena, tiba-tiba tubuh keduanya merasa merinding.

"Duke, padahal udara panas, tapi aku merasa aneh."

"Iya, tubuh ku merasa merinding," timpal Duke Vixtor.

Duchess Alexsa memandang ke arah lainnya, rumah yang ia tempati bagaikan sebuah istana. Pekarangan yang luas dan sangat megah, hotel bintang lima pun di zaman modernnya kalah.

"Pemilik tubuh ini pernah hamil, tapi tidak tau siapa yang menghamilinya dan pemilik tubuh ini anak kedua dari seorang Marquess. Dia tidak di terima di kediaman itu, ibunya juga meninggalkannya."

Duchess Alexsa menatap bunga mawar di sampingnya, ia seolah merasa tersihir dengan bunga berwarna merah itu.

"Anne, pelayan itu, dia tidak pernah memperbolehkan Duchess Alexsa mendekati bunga mawar, memangnya ada apa dengan bunga mawar? aku jadi penasaran," ujarnya tersenyum. Potongan ingatan itu, membuatnya mengerti dan merasa kasihan pada pemilik tubuh itu.

Dia hidup di dunia kekerasan, membunuh dan melindungi adalah tugasnya. Di hina dan berkelahi pun makanannya, hingga menjadikan dirinya kuat.

Hidungnya mengendus-ngendus bunga mawar itu, aroma segar dan wangi itu memasuki hidungnya, membuat otaknya tenang.

"Nyonya!" tiba-tiba seseorang menghampirinya dan merampas bunga mawar itu, membuangnya ke lantai. "Apa Nyonya baik-baik saja?" tanya pelayan Anne begitu khawatir.