Suara sirene mobil ambulance meraung bersahut-sahutan memekakkan telinga. Tim SAR dan pihak kepolisian sudah berada di lokasi kecelakaan untuk mengevakuasi para korban kecelakaan. Ada beberapa penumpang yang tidak selamat dalam kecelakaan maut itu.
Tubuh Anuradha yang tergeletak tidak jauh dari bus, kini diangkat dan digotong dalam tandu. Mata gadis itu terpejam dan dalam keadaan tidak sadarkan diri. Seluruh tubuhnya penuh luka dan bersimbah darah. Kemudian tubuhnya dimasukkan ke ambulance dan dilarikan ke rumah sakit.
Para petugas medis berseragam putih sudah menunggu di depan rumah sakit. Sejak tadi mereka sudah menerima beberapa orang pasien dari lokasi kecelakaan.
Tubuh Anuradha dipindahkan ke atas brankar. Selang infus segera dipasangkan di pergelangan tangan kanannya. Kemudian mereka segera mendorong tempat tidur beroda itu ke dalam ruangan ICU.
Di dalam ruang ICU ternyata sudah banyak pasien yang sedang ditangani para dokter. Mereka memeriksa luka-luka di tubuh pasien dan memerintahkan para perawat untuk menjahitnya. Beberapa pasien yang parah, segera dipindahkan ke ruang operasi.
Anuradha ditangani oleh seorang dokter muda berkacamata. Dokter itu memeriksa seberapa parah luka-lukanya. Ada tulang rusuknya yang patah sehingga harus segera dioperasi karena dikhawatirkan akan menggores paru-parunya.
"Sudah ada yang menghubungi keluarganya?" Tanya dokter itu.
"Belum dok, kelihatannya ponselnya hilang. Di dalam tasnya ada tanda pengenal namun tidak ada nomer telpon!" Seorang perawat wanita melaporkan.
"Baik. Siapkan saja ruang operasi. Pasien kecelakaan dalam kondisi kritis, boleh diberikan tindakan medis meskipun tanpa izin keluarga!" Dokter itu segera berganti pakaian operasi dan mensterilkan tangannya.
Anuradha berbaring di meja operasi selama tiga jam. Ada dua orang dokter bedah dengan keahlian berbeda yang menanganinya. Mereka dibantu oleh beberapa asisten, seorang dokter magang dan dua orang perawat.
Setelah selesai operasi, Anuradha di bawa ke Ruang Pemulihan. Di sana ada beberapa perawat yang ditugaskan untuk memantau pasien pasca operasi.Karena efek obat bius saat operasi, Anuradha masih belum sadar.
Seorang polisi yang berhasil menemukan alamat ibunya, membawa wanita itu ke rumah sakit. Ibunya kini menunggu di depan Ruang Pemulihan dengan mata sembap. Berkali-kali dia menyalahkan dirinya sendiri karena memaksa anaknya pulang.
Dokter yang menangani Anuradha datang menemuinya. Dengan ramah, dokter itu menyapanya.
"Selamat malam, saya dokter Adrian yang tadi menangani anak Ibu." Dokter itu menjabat tangan ibu Anuradha.
"Bagaimana kondisi anak saya, dokter?"
"Operasi yang kami lakukan tadi berhasil. Namun kami masih harus memantau perkembangan pasien. Jadi ibu tunggu saja, jangan banyak pikiran. Ibu harus menjaga kesehatan agar bisa merawat anak ibu nantinya."
"Terima kasih, dokter!" Air mata kembali mengalir di pipinya. Merasa bersyukur karena nyawa anaknya selamat.
Setelah dokter itu pergi, wanita itu kembali duduk menunggu.
*****
Anuradha berada di Ruang Pemulihan selama dua hari. Dia langsung sadar begitu efek obat biusnya habis. Kondisi fisiknya masih terlihat memprihatinkan. Wajahnya lebam dan dibeberapa bagian tubuhnya terdapat luka sobek.
"Sus, pindahkan pasien ini ke ruang rawat inap!" Dokter Adrian berbicara pada seorang perawat, setelah memeriksa kondisi Anuradha.
Dua orang perawat membawa Anuradha keluar. Ibunya yang melihat segera ikut mendorong brankar tempat anaknya terbaring lemah.
"I-bu?" Suara Anuradha yang lemah memanggil ibunya.
"Ya, An. Ibu di sini, nak!" Tangannya menggenggam tangan anaknya penuh kasih sayang.
Seorang pria berpakaian formal yang sedang menelepon terlihat kaget melihat Anuradha yang terbaring melewatinya di lorong rumah sakit. Pria itu kemudian segera mematikan teleponnya dan diam-diam mengikutinya dari belakang.
Tak lama kemudian mereka tiba di bangsal yang berisi dua orang pasien. Perawat menempatkan Anuradha di ranjang pasien yang terletak paling ujung, di sebelah jendela.
"Terima kasih, suster." Ibunya tersenyum pada kedua perawat itu. Mereka kemudian pergi setelah mengatur infus dan mencatat identitas Anuradha di ujung ranjang.
Tak lama kemudian Anuradha kembali terlelap. Ibunya kemudian pergi untuk membersihkan diri.
Saat itulah datang seorang wanita dengan penampilan berkelas menghampiri ranjang Anuradha. Di belakangnya, seorang pria mengikutinya.
"Aku memilih gadis ini! Segera temui ibunya dan buatlah kesepakatan dengannya!" Ucap wanita itu, yang tak lain adalah Bu Sandra.
Pria di belakangnya mengangguk. Dia menunggu sampai Bu Sandra selesai menjenguk Anuradha, kemudian dia kembali mengekorinya dan mengantarnya sampai di depan rumah sakit. Setelah sebuah mobil klasik mewah datang menjemput wanita itu, dia kembali masuk ke dalam.
Dilihatnya ibu kandung Anuradha yang bernama Gianti sedang duduk menikmati teh panas di kantin rumah sakit. Pria itu kemudian mendekatinya.
"Selamat malam, Bu." Sapanya ramah.
"Selamat malam." Raut wajah Bu Gianti terlihat bingung karena merasa tidak mengenal pria di depannya.
"Nama saya Rozak. Majikan saya yang bernama Bu Sandra, mengenal anak ibu. Beliau mengutus saya untuk menawarkan bantuan pengobatan Anuradha."
"Tapi, anak saya sudah di tangani oleh dokter. Kata dokter, dia baik-baik saja!" Bu Gianti merasa sedikit curiga.
"Baiklah, ini ada kartu nama saya. Jika ibu membutuhkan bantuan, bisa segera hubungi saya."
Setelah memberikan kartu namanya, Rozak segera pamit. Bu Gianti memandangi kepergian pria itu dengan perasaan bingung. Disimpannya kartu itu di dalam dompetnya, berjaga-jaga jika suatu hari dia memerlukannya.
Setelah itu Bu Gianti kembali ke kamar dan duduk di kursi menunggui anaknya. Tak terasa, wanita itu terlelap. Kepalanya menyandar di pinggiran ranjang.
*****
Bu Gianti bangun ketika merasakan sentuhan di wajahnya. Dia melihat Anuradha berusaha tersenyum dengan bibirnya yang bengkak.
"Kamu haus?"
Anuradha mengangguk. Dengan cekatan ibunya mengambil gelas dan memberikannya pada Anuradha. Dengan gerakan perlahan gadis itu mulai minum.
"Semalam ada seorang pria menemui ibu. Katanya kau mengenal majikannya. Namanya Bu Sandra, benar?"
Anuradha berusaha mengingat nama itu beberapa saat, lalu segera menganggukkan kepalanya ketika teringat kepada seorang wanita yang datang ke rumahnya malam-malam.
"Dia bilang, wanita itu bersedia membantu pengobatanmu. Bagaimana menurutmu, An?"
"An sedang tidak ada uang untuk biaya rumah sakit, Bu. An barusan dipecat!" Wajahnya terlihat sedih.
"Itulah An, ibu juga berpikir bagaimana cara melunasi biaya rumah sakit dan menebus obatmu. Terus terang ibu sedang kesusahan. Sebenarnya ibu memanggilmu untuk membicarakan hal ini, tapi malah terjadi musibah seperti ini."
"Ada apa, Bu?"
"Ayahmu An, dia datang meminta bagian rumah. Usahanya bangkrut dan istrinya mengancam cerai." Wanita itu mulai menangis.
"Lalu ibu akan tinggal dimana jika rumah itu dijual?"
"Ibu ingin pergi ke rumah nenek di desa."
"Tidak apa-apa, Bu. Aku ikhlas. Biarkan ayah menjual rumah itu, asal ibu juga mendapat bagian!" Jawab Anuradha.
"Tapi bagaimana dengan biaya pengobatanmu? Ibu belum membayar biaya operasimu."
"Coba hubungi Bu Sandra, siapa tahu dia benar-benar mau menolong kita. Nanti An akan usahakan untuk melunasinya jika sudah kembali kerja."
Bu Gianti segera menghubungi nomor telepon yang tertera di kartu nama yang didapatnya semalam.
"Halo, maaf bisa bicara dengan Pak Rozak?"
"Ini Rozak. Ada yang bisa saya bantu?"
"Saya ibunya Anuradha."
"Anda sekarang ada di mana?"
"Saya masih di rumah sakit, Pak."
"Oke, Ibu tunggu di sana! Saya akan segera datang." Pria itu mematikan teleponnya.
"Bagaimana Bu?"
"Pak Rozak akan segera kemari."
Selang beberapa menit, laki-laki itu sudah datang. Dengan singkat dia mulai menjelaskan maksudnya.
"Saya akan segera melunasi seluruh biaya rumah sakit. Dan juga akan membiayai pengobatannya sampai sembuh."
"Tapi bagaimana saya melunasinya, Pak?" Tanya Anuradha.
Pak Rozak tersenyum tipis, dia memandang ke arah gadis itu.
"Bu Sandra ingin anda bekerja untuknya!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Flouie
bagus banget tulisannya, pilihan katanya enak dibaca
2022-10-08
1