Sang Kaisar Api Dan Exfrancion
Pandangan dingin dari matanya tidak berubah, kosong dan begitu hampa, bagaikan menatap jurang gelap tak berujung.
Kegentaran bahkan sedikitpun tidak muncul dari dalam tatapannya tersebut.
Begitu kosong, gelap, dan menyedihkan.
Pandangan tanpa arti itu mengarah pada sebuah sosok di depannya.
Sosok seorang wanita yang bahkan memandang kedua matanya dengan kesedihan yang tidak terbayangkan lagi olehnya.
Tidak-
Pria itu sudah pernah mengalami kesedihan yang sama dengan yang dirasakan oleh wanita itu.
Lebih jauh di dalam ingatannya, kesedihan itu memang masih ada, namun entah kenapa kesedihannya itu membuatnya sangat tenang.
Dirinya hanya berdiam diri tanpa mengatakan apa-apa, tanpa memberikan ekspresi apapun, bahkan ketika wanita itu terus menarik kedua jubahnya, seolah-olah memintanya menunjukan rasa iba padanya.
Dengan isak tangis yang memecahkan keheningan, wanita itu menarik-narik jubah hitam pria itu dengan begitu kuat, sangat kuat hingga tubuh pria yang tegap itu bergerak maju mundur mengikuti tarikan wanita itu.
Dekat dari sosok keduanya, seorang pria lain dengan wajah yang menunjukkan kekhawatiran yang nampak jelas di wajahnya.
Sosok pria itu saat berusaha menarik tubuh wanita yang mengalami kesedihan sejadi-jadinya itu dengan kedua tangannya, namun kedua tangannya bergetar dengan sangat hebat.
“Hentikan, Chloey!”
Pria itu mengucapkan kata-kata itu dengan nada lantang, namun jelas terdengar kepedulian, kemarahan, bersama dengan kesedihan.
Tetapi, Chloey, sang wanita itu sudah terjatuh dalam jurang kesedihan yang begitu dalam.
Tangannya yang menggemgam kuat jubah hitam pria yang dari tadi ada di hadapannya bergetar dengan hebat bersama dengan isak tangisnya yang tak kunjung berhenti.
Duk! Duk! Duk! Duk!
Berulang-ulang suara itu terdengar.
Chloey mengahantamkan kepalanya ke dada pria di hadapannya berkali-kali bersamaan dengan tangisannya yang semakin keras.
Air mata terus mengalir dari kedua matanya.
“Chloey! Sudah cukup! Kau harusnya tau… Kalau…”
Pria yang berusaha menarik Chloey mencoba mengatakan bahwa mereka harus menerima kenyataan yang terjadi, tapi bibirnya mengatup dengan keras.
Dia mencoba kembali melanjutkan kata-katanya, namun melihat Chloey membuatnya melepaskan tangannya dari kedua bahu Chloey.
Tangan pria itu dikepalkan dengan kuat, namun semakin bergetar dengan kuat.
Bahkan matanya yang berwarna merah darah dan memancarkan kesiapan hati yang kuat tidak bisa menyembunyikan bahwa dirinya juga terpengaruh oleh kesedihan yang dialami Chloey.
“Kapten… Maafkan aku… Aku…” ucap pria itu dengan lirih
Pria itu hanya bisa mengucapkan kata itu sambi melempar pandangannya ke arah bawah tanah yang telah terbakar.
Dirinya melangkahkan kakinya mundur dengan langkah yang berat dari sosok Chloey dan pria berjubah hitam yang disebutnya sebagai Kapten itu.
Tidak jauh dari ketiganya, ada banyak individu selain mereka bertiga, namun semua merasakan hal yang sama.
Bagi mereka semua, waktu terasa berhent begitu lama melihat kesedihan yang dialami oleh Chloey.
Beberapa diantaranya tertunduk lesu dengan tatapan terkejut seolah-olah menjadi akhir dari dunia mereka.
Beberapa lainnya menangis namun berusaha dengan keras menutup mulutnya agar tak bersuara.
Sementara yang lainnya mencoba dengan tegar menunjukkan keteguhan hatinya.
Semua yang ada ditempat yang telah runtuh, hancur, dan terbakar itu, merasakan kesedihan yang sama dengan Chloey.
Tetapi, tidak satupun dari mereka sanggup menunjukkan kesedihan yang lebih besar yang dialami oleh Chloey.
Kecuali, satu orang.
Ya, sang Kapten yang menjadi satu-satunya tempat bagi Chloey menumpahkan seluruh kesedihannya.
Sang Kapten yang dadanya terus ditanduk oleh Chloey, melihat para individu di sekelilingnya dengan tatapan kini telah berubah.
Tatapan kosong, hampa, dan gelap darinya kini berubah menjadi tatapan yang sangat tegar, bahkan terlihat menerima semua yang terjadi tanpa penyesalan.
Hanya satu kata yang sang Kapten bisa ucapkan saat kembali melihat ke arah Chloey yang akhirnya berlutut lesu di depannya sambil tetap memegang salah satu ujung jubah hitam itu.
“Kau harus tetap tegar, Mayor Chloey!”
Chloey semakin menangis dengan keras ketika kata-kata itu diucapkan bersamaan dengan sebuah tangan yang memegang kepalanya dengan lembut.
Bagi Chloey itu masih sangat menyakitkan.
Namun, setidaknya hal itu dapat membuat dirinya sesaat bisa melepaskan kesedihannya.
--
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
JA Chrysant
kesedihan membuat tenang, mungkin karena kita terlalu terbiasa dgn kesedihan ..
2022-03-11
1
Malala Duly
nice
2022-03-11
1