Pagi harinya Vian sudah membersihkan dirinya, dia menuju dapur untuk memasak makanan, rencananya dia akan pergi dengan Jero ke pantai hari ini. Dia benar benar tidak bisa berpikir jernih sekarang. Dunianya semalam sudah runtuh tak berbekas. Dunia Vian runtuh karena ucapan dari seorang Juan Alexsander mengenai latar belakang dia bisa menikah dengan Juan Alexsander itu.
Vian memasak cumi goreng untuk dia makan di sepanjang perjalanan menuju pantai nanti. Vian memasak dengan kecepatan penuh, dia tidak ingin saat dia pergi Juan sudah bangun dari tidurnya. Vian sudah memutuskan untuk akan tetap menentang Juan. Dia berpikir, keluarganya sudah tidak lagi sayang kepada dirinya dengan cara membarter dirinya dengan keuntungan untuk perusahaan. Sebuah kekecewaan yang mendalam telah ditorehkan oleh kedua orang tuanya.
Vian selesai memasak cemilan sederhana itu. Dia sudah menaruh udang goreng tepung itu ke dalam tuperware dan juga sudah mengambil saus renteng yang selalu ada di dalam almari dapur. Vian kembali ke kamar, dia membersihkan dirinya, dan memakai celana jins dan baju kemeja warna pink. Vian juga sudah memasukkan kaca mata hitam ke dalam tas ransel miliknya.
'Saya sudah siap, kamu dimana' bunyi pesan chat yang dikirim oleh Vian kepada Jero.
'Sedang manasin mobil' jawab Jero
'Saya turun lagi. Kita langsung berangkat' ujar Vian.
'Apa sudah izin dengan Tuan Juan? Takutnya nanti dia akan ngamuk ngamuk lagi' balas Juan.
'Nanti saja. Saat kita akan pergi, saya akan ngomong dengan dia.' ujar Vian.
Vian memastikan kembali penampilannya di depan cermin, Vian tidak mau nanti saat dia pergi penampilannya belum sempurna. Padahal apapun yang dipakai oleh Vian akan terlihat sangat pas dan cantik, karena Vian memang dasarnya sudah memang cantik.
Vian turun dari kamarnya, dia melihat sama sekali belum ada Juan di meja makan, Vian kembali naik ke lantai dua rumah, dia berbelok ke sebelah kanan dari tangga. Vian menuju kamar Juan.
Tok tok tok. Vian mengetuk pintu kamar Juan. Juan yang baru selesai bersiap siap membuka pintu kamarnya. Dia melihat Vian sudah berdiri di depan pintu kamar Juan.
"Ada apa?" ujar Juan saat melihat Vian berdiri di depan kamarnya dengan penampilan yang sudah siap untuk pergi.
"Saya permisi mau ke rumah sakit. Sepertinya saya akan pulang malam karena saya mengambil shift duoble." ujar Vian memberitahukan kalau dia akan pulang malam hari.
"Oke, tidak masalah, terpenting kamu sudah memberitahukan kepada Saya." ujar Juan.
"Terimakasih, saya pergi dulu." jawab Vian.
Vian kembali turun ke lantai bawah rumahnya. Dia langsung menuju parkiran rumah, Jero terlihat sudah berada di dekat mobil. Jero menatap Vian dengan tatapan memuja, Jero tidak menyangka Vian akan memakai pakaian seperti itu untuk pergi hari ini dengan dia.
Jero membukakan pintu penumpang bagian belakang. Vian masuk ke dalam mobil. Setelah memastikan Vian sudah masuk, Jero juga masuk ke kursi bagian sopir. Dia melajukan mobilnya dalam kecepatan sedang.
"Aku pindah ke depan ya." ujar Vian
"Apa perlu berhenti dulu?' ujar Jero
"Tidak usah, saya manjat aja" ujar Vian
Vian kemudian melangkahkan kakinya menuju kursi depan. Dia ingin menemani Jero di depan.
"Jadi, kita kemana?" tanya Vian
"Kita akan ke manjunto." ujar Jero.
"Manjunto?" kata Vian mengulang tempat yang dikatakan oleh Jero.
"Ya Manjunto. Pasti kamu tidak tau." ujar Jero
"Belum pernah denger." kata Vian
"Makanya aku ajak ke sana. Kamu akan melihat pemandangan yang indah. Apalagi kalau bisa nginap di situ, hem makin keren." ujar Jero.
"Serius? Kok nggak ngomong maren. Kalau ngomong kan bisa kita nginap." kata Vian yang sebenarnya ingin nginap di sana.
"Tengok dulu tempatnya baru ngomong nginap." lanjut Jero.
"Nanti sampai sana ternyata kamu tidak suka lagi, kan orang kaya dan orang kota itu sukanya main ke mall." ujar Jero
"Kita tengok nanti ajalah, kalau tempatnya keren, maka bulan depan kita ke situ lagi dan nginap." ujar Vian
Jero melajukan mobilnya menuju pantai yang mereka tuju. Mereka berdua terlibat brolan ringan yang seru. Batas antara sopir dengan majikan sudah tidak ada lagi. Kata sapaan yang mereka pakai sudah mereka tukar dengan kata aku dan kamu.
Mobil masuk ke daerah pelabuhan, Vian menatap berbagai kapal kapal pesiar yang ada di sana. Jero pun melihat ada kapal yang sangat dia kenal sedang berlabuh di sana.
"Akhirnya gue lihat loe lagi bro" ujar Jero pelan.
Vian yang sedang serius melihat kapal tidak mendengar apa yang dikatakan oleh Jero. Jero melihat Vian sangat antusias melihat kapal kapal besar.
"Kamu mau masuk lihat kapal itu?" tanya Jero yang melihat Vian sangat antusias melihat kapal kapal besar yang sedang merapat di pelabuhan.
"Emang bisa?" tanya Vian yang penasaran juga dengan keadaan di dalam kapal besar itu.
"Bisa. Tapi kamu tunggu di mobil dulu ya, Saya akan coba meminta izin." ujar Jero.
"Serius?" ujar Vian menatap Jero dengan tatapan penuh kebahagiaan
"Benar." Jero meyakinkan Vian
"Oke. Aku tunggu di mobil." ujar Vian.
Jero membuka pintu mobil.
"Jero semangat" ujar Vian sambil tersenyum bahagia.
'Demi kamu apa yang nggak Vian' ucap Jero dalam hatinya.
Jero masuk ke dalam pelabuhan, dia kemudian menemui orang kepercayaannya yang juga sahabatnya.
"Bro, kekasih gue pengen masuk ke dalam kapal kapal di sini, kebetulan ada kapal yang itu, apa boleh gue bawa dia masuk?" tanya Jero.
"Sok izin loe." jawab kawan Jero.
Jero kembali ke mobil, dia membuka pintu mobil dimana Vian duduk.
"Ayuk bisa" ujar Jero.
"Bener?" tanya Vian
Jero mengangguk. Jero menggandeng tangan Vian masuk ke dalam pelabuhan, Vian melihat tangannya di gandeng oleh Jero, membiarkan saja. Vian juga menikmatinya.
Jero membawa Vian ke sebuah boot yang telah menunggu mereka di pelabuhan. Jero dan Vian naik ke atas boot. Jero mengemudikan boot tersebut menuju kapal yang sudah tidak asing lagi bagi dirinya. Dia sudah memberitahu nakhkoda kapal kalau dia akan datang, dia juga meminta supaya seisi kapal pura pura tidak mengenal dirinya.
Jero dan Vian masuk ke dalam kapal, Vian menatap seisi kapal dengan pandangan penuh kekaguman. Jero menemani dari belakang.
"Jero, aku bisa masuk ke ruang kemudi?" tanya Vian
"Bisa" jawab Jero.
Jero kemudian membawa Vian masuk ke dalam ruang kemudi. Vian melihat alat alat canggih yang terpasang di situ.
"Jero, ini kapal pesiar bukan ya?" tanya Vian yang tadi tidak sempat melihat kapal apa yang dinaikinya.
"Bukan say, ini bukan kapal pesiar, tapi kapal angkut." ujar Jero
"Wah, aku pengen nengok kapal pesiar juga" ujar Vian sambil memasang wajah manja.
"Oke, besok ya, kalau tidak salah seminggu lagi akan ada kapal pesiar milik sahabat aku." ujar Jero
"Janji ya" ujar Vian
"Janji" kata Jero
Mereka akhirnya berkeliling kapal kembali, mereka berkeliling selama satu jam setelah itu, Jero dan Vian kembali ke pelabuhan. Mereka akan melanjutkan perjalan ke manjunto kembali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 275 Episodes
Comments
Lenny Marlina
siapa jero sebenarnya thor?
2022-10-03
0
Sulati Cus
penasaran dg identitas si Jero
2022-09-15
0
Fatma Kodja
wah lama" Jero bisa ada rasa sama Zian, semoga misi Jero cepat selesai dan bisa membawa kabur Zian dari bian, suami kejam dan sadis
2022-02-03
1