BAB 3

Pagi harinya kesibukan sudah sangat terlihat di rumah keluarga Bramantya. Ayah dan Kak Hendri sudah mulai kembali membuat segala sesuatu untuk kebutuhan kafe. Sedangkan Bunda dan Deli pergi ke pasar untuk membeli bahan-bahan yang akan dimasak di menu kafe baru mereka nantinya yang akan mulai beroperasi besok hari. Deli meminta bantuan kedua sahabatnya untuk berbelanja ke pasar.

"Bun, kita mau beli apa dulu Bun?" kata Dian.

"Kita ke toko yang menjual tepung tepungan aja dulu. Bunda mau beli bahan-bahan buat kue." ujar Bunda melihat catatan apa saja yang akan mereka beli untuk hari ini.

Mereka berempat kemudian pergi menuju toko P & D. Bunda membeli semua bahan yang dibutuhkannya untuk membuat roti dan gorengan.

"Kemana lagi Bun?" ujar Dian yang paling semangat mengikuti Bunda kemanapun Bunda mau pergi.

"Ketengah pasar aja. Nanti apa yang Bunda butuhkan langsung aja kita beli. Catatannyakan sudah ada itu, jadi tidak akan ribet lagi memikirkan apa yang mau dibeli." jawab Bunda yang juga sangat semangat membeli apa yang mereka butuhkan.

Mereka berempat berkeliling-keliling pasar hampir sampai tiga jam lamanya. Akhirnya setelah selesai membeli piring, gelas, sendok garpu dan sumpit yang lucu-lucu, Bunda dan ketiga putrinya langsung memasukkan barang barang yang telah mereka beli kedalam bagasi mobil Dian dan Dina. Setelah semua barang masuk kedalam mobil, kedua mobil itu meninggalkan parkiran pasar, mereka menuju ke rumah Deli.

Tak berapa lama, mereka akhirnya sampai juga di rumah Deli. Ayah dan Kak Hendri membantu Deli dan kedua sahabatnya untuk menurunkan belanjaan yang mereka beli di pasar.

Bunda yang sudah memasak tadi pagi, langsung menyiapkan makanan tersebut untuk menu makan siang. Selesai Bunda menyiapkan makanan di atas meja, semuanya langsung berkumpul untuk menyantap hidangan tersebut. Mereka makan dengan sangat lahap. Hari ini mereka akan bekerja sampai larut malam, karena hari besol kafe akan resmi dibuka.

Ayah dan Hendri serta Dian sibuk menata setiap sudut taman yang disulap menjadi kafe dan perpustakaan dengan tema outdoor. Sedangkan Deli dan Dina sibuk membuat toko online untuk penjualan menu menu yang bisa dipesan secara online. Akhirnya saat jarum jam menunjukkan pukul sepuluh malam, Ayah menyelesaikan kerja hari ini.

"Baiklah karena udah malam kita istirahat dulu. Besok kita akan melakukan finishing akhir. Biar semuanya nampak sempurna saat pembukaan kafe. Satu lagi untuk yang penjualan secara online bagaimana Del?" tanya Ayah.

"Beres ayah. Tinggal besok posting semua menu yang akan dijual. Nanti beberapa gambar asli dari menu di buat Bunda, yang sisanya akan ambil gambar dari internet."

"Oke sip. Berarti udah ada tokonya tinggal isi toko yang belum. Bagus berarti itu. Brosur bagaimana?"

"Juga udah tinggal disebar. Rencananya besok siang akan disebar yah."

" Pagilah Del, biar orang tau sudah ada kafenya tinggal tunggu bukanya aja lagi"

"Oke besok pagi kami jalan untuk menyebarkan brosur."

Mereka semua akhirnya masuk ke kamar masing masing. Dian dan Deli hari ini tidak pulang kerumah mereka. Mereka berdua akan menginap di rumah Deli.

Keesokan harinya selesai sarapan mereka semua sibuk dengan aktifitas masing masing. Ayah dan Hendri di tolong Dian kembali menyiapkan pekerjaan mereka yang tinggal sedikit lagi. Bunda mencoba memasak masakan yang akan dijualnya besok. Sedangkan Deli dan Dina pergi menyebar brosur kafe ke berbagai tempat.

Tiba-tiba saat di suatu taman kota Deli dan Dina bertemu teman teman kampusnya. Deli kemudian memberikan selebaran brosur kafenya.

"Wow, si Nona kaya yang jatuh bangkrut, sekarang udah buka kafe" kata Anggel kepada teman temannya.

"Makanya, kalau belum jadi kaya beneran nggak usah sok deh loe. Pas giliran bangkrut gini jadi malukan." tambah Julia.

"Kamu di kafe itu pasti jadi pelayankan. Is untung aja kamu udah mau tamat kalau tidak, udah gue mintak ke rektor untuk mengeluarkan loe dari kampus." kata Anggel.

"Sana pergi pelayan, ogah gue deket deket sama pelayan kayak loe." Julia mengibas ngibaskan tangannya ke arah Deli.

"Din, loe jangan mau dekat dekat dengan pelayan, nanti loe akan bau bawang juga."

"Hahahahahahaha" tawa mengejek Anggel dan teman temannya.

"Satu lagi. Kami semua nggak butuh brosur kafe murahan itu. Kami nggak level makan di kafe sampah itu. Sakit perut gue nanti siap makan di sana." lanjut Anggel dengan pongahnya.

Deli hanya diam saja mendengar caci maki kedua teman sekampusnya itu. Deli masih menyabarkan dirinya, Deli bukan takut, tapi apalah guna ngelawan orang yang merasa selalu benar dan merasa derajatnya lebih tinggi dari pada orang lain. Tetapi berbeda dengan Dina yang sudah sangat geram dengan tingkah kedua teman kampusnya.

"Anggel. Gue tau bokap loe seorang direktur di kantor cabang perusahaan Sanjaya Grub. Benar begitu Anggel?" kata Dina dengan tatapan tajamnya.

"Wah itu loe tau. Makanya masih mending loe berteman dengan gue yang jelas jelas bokap gue direktur, dari pada loe berteman dengan anak yang bokapnya mantan direktur. Hahahahahaha" kata Anggel dengan semakin menyudutkan Deli.

"Oh ya? Bokap loe cuma hanya pekerja di perusahaan Sanjaya, bukan pemilik perusahaan Sanjaya."

"Walaupun bukan pemilik tapikan tetap Direktur" Anggel menekankan kata direktur setiap suku katanya.

"Wow begitu. Loe mau tau gue siapa Anggel?" kata Dina dengan menekankan kata Anggel setiap suku katanya.

"Sekarang loe gue kasih pilihan. Loe mintak maaf ke Deli atau bokap loe detik ini juga akan keluar dari perusahaan Sanjaya Grub" Dina menatap dingin Anggel.

"Hahahahahahaha. Siapa loe yang bisa mecat bokap gue. Keluarga loe aja nggak jelas." Anggel tidak sadar sudah merambah ranah pribadi Dina. Anggel sebenarnya layak berkata seperti itu karena memang sebagian penghuni kampus tidak tau siapa orang tua kandung Dina.

"Apa loe bilang, keluarga gue nggak jelas? Tenang loe sebentar lagi akan gue perjelas di depan muka loe. Sekarang jawab pertanyaan gue tadi." Aura dingin Dina sudah membuat Julia menggigil karena takut. Sedangkan Deli biasa saja.

" Loe denger Dina manusia tanpa keluarga. Gue tidak sudi meminta maaf kepada pelayan itu" kata Anggel sambil menunjuk Deli dengan tangan kirinya.

Dina memegang dan memelintir jari Anggel yang sudah berani beraninya menunjuk sahabat terbaiknya dengan tangan kiri.

"Ow sakit gila. Loe kurang ajar. Lepasin jari gue." teriak Anggel yang sudah merasakan jari jarinya sakit seperti mau patah.

Deli yang kasian melihat Anggel meminta Dina untuk melepaskan jari Anggel. Dina dengan berat hati menurut perkataan Deli. Dina menghempaskan jari tangan Anggel.

"Dasar wanita bar bar." teriak Anggel sambil menahan sakit di jarinya.

"Loe akan lihat sebentar lagi betapa bar barnya gue." kata Dina.

Dina mengeluarkan ponselnya yang lain. Deli yang heran kenapa Dina tidak menggunakan ponselnya yang biasa itu. Deli hanya tau kalau Dina adalah dari keluarga kalangan biasa saja. Tapi sepertinya Dina sedang menyembunyikan siapa keluarganya sebenarnya. Dina menelpon orang kepercayaannya dan memasang loadspeker ponselnya agar Anggel dan teman temannya mendengar apa yang dikatakan oleh Dina.

"Hallo Asisten Juan. Aku minta sekarang juga kamu pecat Bapak Handoko yang memimpin kantor cabang perusahaan kita di negara A. Sekarang juga. Alasan katakan saja kepada dia, kalau putrinya yang bernama Anggel telah mengatakan kalau saya Dina Kusuma Sanjaya tidak memiliki keluarga yang jelas."

"Siap laksanakan Nona Muda. Ada lagi Nona Muda?" tanya Asisten Juan.

"Apa perusahan Sanjaya atau Kusuma ada bekerjasama dengan perusahaan receh Saputra?"

"Ada Nona Muda."

"Batalkan semua kontrak kerja itu. Saya tidak mau bekerjasama dengan makhluk sombong yang tidak tau diri itu. Laksanakan sekarang juga Juan tidak pakai nanti." ujar Dina dengan sangat murkanya. Dina benar benar marah kali ini dengan gaya dan sikap Anggel yang telah melecehkan dirinya dan Deli.

"Baiklah Nona Muda. Saya juga akan menelpon seluruh kolega kita agar tidak menerima Tuan Handoko di perusahaan manapun. Saya yakinkan kepada Nona Muda kalau Tuan Handoko dan keluarganya akan menjadi gembel." kata Juan dengan penuh emosi. Juan tersinggung karena ada orang yang sudah berani mengatakan Nona Mudanya bukan dari keluarga yang jelas.

Dina memutuskan panggilannya dengan Juan dan menatap Anggel dan Julia.

"Loe berdua dengarkan, udah taukan siapa gue. Seorang nona muda yang tidak jelas keluarganya. Sekarang silahkan nikmati kegembelan dan kehinaan kalian berdua." ujar Dina sambil menatap ke arah Anggel dan sahabatnya.

Dina terhenti bicara karena sudah distop oleh Deli. Deli tidak ingin Anggel dan Julia menjadi lebih malu lagi.

"Din udah, kita jalan aja lagi. Udah mau sore, brosur masih banyak." kata Deli ingin menjauhkan Dina dari Anggel dan Julia.

"Bentar Del." Dina melepaskan pegangan tangan Deli terhadap tangannya.

"Satu lagi yang harus loe berdua ingat. Jangan pandang manusia dari gayanya, karena gaya bukan menjamin dia berasal dari keluarga mananya. Camkan itu di otak busuk kalian." kata Dina sambil menoyor kepala Anggel dan Julia.

Anggel dan Julia hanya bisa pasrah saja. Mereka kali ini salah sasaran, mereka yang niatnya pengen ngebully Deli, malah mereka yang dibully Dina, karena kesombongan mereka sendiri. Sekarang Anggel dan Julia hanya bisa meratapi nasibnya masing masing yang sebentar lagi akan jadi gembel.

"Din apakah loe dari?"

"Yup" jawab Dina sebelum Deli menyelesaikan pertanyaannya.

"Del, loe mau gue yang mengurus masalah perusahaan ayah loe?"

"Nggak usah Din. Gue hargai niat baik elo. Tapi biarkan kami bangkit dengan jalan dan usaha kami sendiri." kata Deli sambil tersenyum kepada Dina. Deli tidak menyangka kalau dia akan bersahabat baik dengan Nona Muda yang berasal dari keluarga pebisnis handal di berbagai negara.

"Ini yang buat gue nyaman berteman dengan loe dan Dian. Loe berdua sangat tulus berteman dengan gue. Walaupun saat kita perkenalan dulu, gue menutupin siapa gue sebenarnya." kata Dina sambil memeluk Deli.

Dua sahabat itu menuju kembali ke rumah yang sudah disulap menjadi kafe.

"Del, gue mau mulai hari kamis, Bunda yang menghendel katering rumah sakit gue. Gue tau bunda adalah mantan dokter ahli gizi. Jadi gue harap bunda mau untuk mengisi katering rumah sakit." kata Dina yang masih juga berusaha untuk membantu keluarga Deli.

Deli yang paham dengan maksud Dina langsung mengangguk mengiyakan.

"Tapi semua keputusan di bunda Din. Loe tanya bunda aja nanti ya."

"Sip"

Tak terasa mereka sudah sampai di kafe. Betapa terkejutnya Deli dan Dina, melihat kafe sudah siap. Bunda juga sudah memasak menu menu yang akan dijual. Terlihat Hendri sedang mengambil foto menu menu itu, agar bisa diposting di toko online dan untuk digunakan sebagai gambar di buku menu.

"Bun, Dina mau bicara sama bunda. Bisa bunda?" kata Dina dengan serius.

"Ada apa sayang? Serius sekali kelihatannya." kata Bunda menatap Dina.

" Ayah juga duduk sini." kata Dina meminta ayah duduk di dekat mereka.

Ayah kemudian berpindah duduk ke dekat Dina, begitu juga dengan Dian yang tidak diminta duduk juga ikut duduk. Dina manatap Dian. Dian memberikan senyumnya, Dina hanya bisa menggeleng dan tersenyum membolehkan Dian untuk duduk.

"Bunda, Ayah, sebelumnya Dina minta maaf karena tidak jujur tentang keluarga Dina sebelumnya. Dina sebenarnya adalah nona muda dari keluarga Kusuma dan Sanjaya." kata Dina menatap ke wajah Ayah, Bunda dan Dian.

Ekspresi Ayah biasa saja, ayah sudah menduga dari dulu. Sedangkan Bunda dan Dian terkejut.

"Tadi Dina sudah bertanya kepada Deli. Dina ingin membantu perusahaan Ayah, tetapi Deli menolak dan Dina juga yakin ayah akan menolak. Makanya, Dina mohon yang ini jangan menolak. Dina ingin Bundalah yang mengisi catering rumah sakit milik Sanjaya mulai hari kamis. Apa Bunda mau?" Dina menatap penuh harap kepada Bunda.

"Sayang, Bunda mau. Tapi bagaimana kalau mulai bulan besok saja. Kasian kan katering yang sebelumnya. Biarkan mereka menyelesaikan untuk sebulan ini dulu, bulan besok baru bunda." kata Bunda berusaha mengelak. Bunda sebenarnya karena tidak ada modal makanya mengelak.

"Oke bunda mulai bulan besok. Dina tau kenapa Bunda milih mundur, maaf Dina, pasti bunda mikirkan modal. Bunda dimanapun Dina meminta orang jadi pengisi catering, Dina akan memberikan pembayaran di muka bunda. Tapi karena bunda meminta bulan depan dengan alasan catering lama. Oke Dina setuju, ngak apa apa." kata Dina sambil memeluk Bunda.

"Makasi sayang." kata Bunda memegang tangan Dina.

Dina melihat ke arah Dian yang seperti siap menerkamnya.

"Jangan marah teman." kata Dina sambil memeluk Dian.

"Hem dasar loe ya. Selama ini loe pura pura nggak ada uang, loe terus minta traktir ke gue atau Deli. Ternyata yang terjadi adalah uang elo nggak ada serinya. Menyebalkan loe Dina" teriak Dian dikuping Dina.

"Yan jangan loe sakitin nona muda, loe mau perusahaan ayah loe bangkrut kayak perusahaan bokap Julian?" ujar Deli.

"Apa yang terjadi saat tidak ada gue tadi diantara kalian? Gue harus tau semuanya." ujar Dian dengan semangat. Dia sudah yakin pasti ketinggalan beberapa cerita dari kedua sahabatnya itu.

Deli kemudian menceritakan semua kejadian di taman kepada semua orang. Dian langsung bertepuk tangan bahagia. Dia tidak menyangka akan ada yang membalaskan dendamnya kepada dua makhluk yang sangat luar biasa sombongnya di atas dunia.

"Akhirnya dua makhluk sombong itu terhempas karena kesombongan mereka. Loe the best sob" Dian memberikan dua jempolnya kepada Dina. Dina hanya tersenyum saja.

Malam ini mereka berdua kembali nginap di rumah Deli. Mereka besok akan ke kampus bersama sama setelah itu akan membuka kafe bersama sama. Jangan heran kenapa kedua orang tua mereka tidak mencari Dian dan Dina.

Dina sudah tidak punya orang tua lagi. Dina hanya hidup dengan Asisten Juan orang kepercayaan orang tuanya yang sekarang harus terpisah, karena Dina lebih memilih tinggal di negara A, negara asal orang tuanya.

Dian, orang tua Dian adalah sahabat terbaik orang tua Deli. Makanya kedua orang tua Dian tidak mempermasalahkan Dian untuk menginap lama di rumah Deli. Saat musibah yang menimpa keluarga Deli, keluarga Dian sudah mau mengulurkan tangan untuk membantu, tetapi sikap dan pendirian Ayahlah yang membuat semua pertolongan dari sahabat sahabatnya di tolak Ayah.

Terpopuler

Comments

Na Gi Rah

Na Gi Rah

Aku like dulu baru baca, takut lupa🤭 kalo keasikan baca 🤔

2022-02-03

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 BAB 3
4 BAB 4
5 BAB 5
6 BAB 6
7 BAB 7
8 BAB 8
9 BAB 9
10 BAB 10
11 BAB 11
12 BAB 12
13 BAB 13
14 BAB 14
15 BAB 15
16 BAB 16
17 BAB 17
18 BAB 18
19 BAB 19
20 BAB 20
21 BAB 21
22 BAB 22
23 BAB 23
24 BAB 24
25 BAB 25
26 Danu Gesrek
27 BAB 26
28 BAB 27
29 BAB 28
30 BAB 29
31 BAB 30
32 BAB 31
33 BAB 32
34 Bab 33
35 BAB 34
36 BAB 35
37 BAB 36
38 BAB 37
39 BAB 38
40 BAB 39
41 BAB 40
42 BAB 41
43 BAB 42
44 BAB 43
45 BAB 44
46 BAB 45
47 BAB 46
48 BAB 47
49 BAB 48
50 BAB 49
51 BAB 50
52 BAB 51
53 BAB 52
54 BAB 53
55 BAB 54
56 BAB 55
57 BAB 56
58 BAB 57
59 BAB 58
60 BAB 59
61 BAB 60
62 BAB 61
63 BAB 62
64 BAB 63
65 BAB 64
66 BAB 65
67 BAB 66
68 BAB 67
69 BAB 68
70 BAB 69
71 BAB 70
72 BAB 71
73 BAB 72
74 BAB 73
75 BAB 74
76 BAB 75
77 BAB 76
78 BAB 77
79 BAB 78
80 BAB 79
81 BAB 80
82 BAB 81
83 BAB 82
84 BAB 83
85 BAB 84
86 BAB 85
87 BAB 86
88 BAB 87
89 BAB 88
90 BAB 89
91 BAB 90
92 BAB 91
93 BAB 92
94 BAB 93
95 BAB 94
96 BAB 95
97 BAB 96
98 Bab 97
99 BAB 98
100 BAB 99
101 BAB 100
102 BAB 101
103 BAB 102
104 BAB 103
105 BAB 104
106 BAB 105
107 BAB 106
108 BAB 107
109 BAB 108
110 BAB 109
111 BAB 110
112 BAB 111
113 BAB 112
114 BAB 113
115 BAB 114
116 BAB 115
117 BAB 116
118 BAB 117
119 BAB 118
120 BAB 119
121 BAB 120
122 BAB 121
123 BAB 122
124 BAB 123
125 BAB 124
126 BAB 125
127 BAB 126
128 BAB 127
129 BAB 128
130 BAB 129
131 BAB 130
132 BAB 131
133 BAB 132
134 BAB 133
135 BAB 134
136 BAB 135
137 BAB 136
138 BAB 137
139 BAB 138
140 BAB 140
141 BAB 142
142 BAB 143
143 BAB 144
144 BAB 145
145 147
146 153
147 154
148 155
149 162
150 164
151 171 BARU
152 174 BARU
153 175 BARU
154 177 BARU
155 Kedua Orang Dewan Direksi Dipecat
Episodes

Updated 155 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
BAB 3
4
BAB 4
5
BAB 5
6
BAB 6
7
BAB 7
8
BAB 8
9
BAB 9
10
BAB 10
11
BAB 11
12
BAB 12
13
BAB 13
14
BAB 14
15
BAB 15
16
BAB 16
17
BAB 17
18
BAB 18
19
BAB 19
20
BAB 20
21
BAB 21
22
BAB 22
23
BAB 23
24
BAB 24
25
BAB 25
26
Danu Gesrek
27
BAB 26
28
BAB 27
29
BAB 28
30
BAB 29
31
BAB 30
32
BAB 31
33
BAB 32
34
Bab 33
35
BAB 34
36
BAB 35
37
BAB 36
38
BAB 37
39
BAB 38
40
BAB 39
41
BAB 40
42
BAB 41
43
BAB 42
44
BAB 43
45
BAB 44
46
BAB 45
47
BAB 46
48
BAB 47
49
BAB 48
50
BAB 49
51
BAB 50
52
BAB 51
53
BAB 52
54
BAB 53
55
BAB 54
56
BAB 55
57
BAB 56
58
BAB 57
59
BAB 58
60
BAB 59
61
BAB 60
62
BAB 61
63
BAB 62
64
BAB 63
65
BAB 64
66
BAB 65
67
BAB 66
68
BAB 67
69
BAB 68
70
BAB 69
71
BAB 70
72
BAB 71
73
BAB 72
74
BAB 73
75
BAB 74
76
BAB 75
77
BAB 76
78
BAB 77
79
BAB 78
80
BAB 79
81
BAB 80
82
BAB 81
83
BAB 82
84
BAB 83
85
BAB 84
86
BAB 85
87
BAB 86
88
BAB 87
89
BAB 88
90
BAB 89
91
BAB 90
92
BAB 91
93
BAB 92
94
BAB 93
95
BAB 94
96
BAB 95
97
BAB 96
98
Bab 97
99
BAB 98
100
BAB 99
101
BAB 100
102
BAB 101
103
BAB 102
104
BAB 103
105
BAB 104
106
BAB 105
107
BAB 106
108
BAB 107
109
BAB 108
110
BAB 109
111
BAB 110
112
BAB 111
113
BAB 112
114
BAB 113
115
BAB 114
116
BAB 115
117
BAB 116
118
BAB 117
119
BAB 118
120
BAB 119
121
BAB 120
122
BAB 121
123
BAB 122
124
BAB 123
125
BAB 124
126
BAB 125
127
BAB 126
128
BAB 127
129
BAB 128
130
BAB 129
131
BAB 130
132
BAB 131
133
BAB 132
134
BAB 133
135
BAB 134
136
BAB 135
137
BAB 136
138
BAB 137
139
BAB 138
140
BAB 140
141
BAB 142
142
BAB 143
143
BAB 144
144
BAB 145
145
147
146
153
147
154
148
155
149
162
150
164
151
171 BARU
152
174 BARU
153
175 BARU
154
177 BARU
155
Kedua Orang Dewan Direksi Dipecat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!