Bab 2

Azan shubuh yang begitu merdu terdengar jelas di telinga Deli. Deli langsung bangun, dia ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya dan mengambil wudhu. Deli melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim. Setelah selesai melaksanakan kewajibannya, Deli langsung menuju dapur, hari ini Deli akan membuat sarapan. Deli tidak ingin bunda memasak sarapan untuk hari ini, Deli sangat tau kalau bundanya sedang capek dan memiliki beban pikiran yang sangat luar biasa, walaupun Bunda tidak menampakkan secara langsung, tetapi dari wajahnya Bunda tidak bisa menipu Deli.

Deli mengambil semua bahan yang dibutuhkannya dari dalam kulkas. Deli akan memasak nasi goreng seafood untuk sarapan hari ini. Deli kemudian mengiris dan menyiapkan semua bahan untuk nasi gorengnya. Deli mengerjakan semua pekerjaan itu dengan rasa bahagia tanpa ada beban sedikitpun. Deli sadar mulai hari ini ke atas, hidupnya tidak akan segampang seperti yang sudah sudah, biasanya apapun kehendak Deli, maka akan langsung datang. Mulai hari ini semuanya berubah dalam sekali jentikkan jari. Makanya mulai hari ini Deli bertekad akan lebih mandiri lagi.

Akhirnya setelah berkutat lebih kurang satu jam di dapur, nasi goreng seafood, telur ceplok goreng dan seteko teh hangat sudah siap dihidangkan Deli di atas meja makan. Lalu Deli pergi mengetuk pintu kamar ayah dan bunda serta pintu kamar Hendri. Deli memberitahukan kepada keluarganya kalau semua sajian sarapan sudah selesai dimasak oleh Deli.

Mereka semua sudah duduk di meja makan, Bunda mengambilkan nasi goreng untuk seluruh anggota keluarganya, sedangkan Deli menuang air teh kedalam cangkir cangkir yang ada. Mereka sarapan dengan sangat cepat, hari ini adalah awal baru dalam kehidupan mereka. Mereka akan memulai melangkah dari awal kembali.

Selesai sarapan Ayah dan Hendri langsung pergi membeli bahan bahan untuk membangun kafe yang akan menjadi tempat mereka mencari nafkah. Sedangkan Bunda dan Deli sibuk berdiskusi memilih makanan apa yang akan mereka sajikan di kafe, serta mendiskusikan berapa harga yang akan mereka kenakan ke tiap menu. Saat sedang asik berdiskusi, ponsel Deli berdering tanda panggilan masuk. Deli melihat ponselnya ternyata yang mengubunginya adalah Dian.

"Hallo Deli, loe dimana?" teriak Dian dengan kencangnya saat Deli mengangkat panggilannya.

"Wow, sakit telinga gue denger teriakan loe. Gue di rumah dimana lagi, sabtu kampus tutup." jawab Deli sambil mengusap telinganya yang sakit karena Dian berteriak dengan keras.

"Deli, loe jangan becanda. Kami di depan rumah loe, nggak ada orang. Malahan yang ada tulisan yang membuat kami syok."

"Oh itu, gue lupa ngomong sama kalian. Gue udah pindah rumah. Kalau kalian mau ke sini aja, ke rumah baru gue."

"Sharelock aja. Kami ke sana sekarang."

Dian dan Dina langsung masuk kembali ke dalam mobil milik Dian. Mereka akan menuju rumah baru Deli. Mereka sangat ingin tahu kenapa sahabat mereka bisa pindah. Kenapa pula rumah sahabat mereka di sita oleh bank. Padahal ayah Deli tergolong kedalam pengusaha sukses negara A. Setelah mengikuti map yang dikirim oleh Deli, kedua sahabat itu sampai juga. Dian dan Dina terbengong melihat rumah Deli yang sekarang.

"Gue yakin Din. Pasti ada sesuatu yang terjadi dengan ayah Deli."

"Yup Yan. Kita sebagai sahabat harus selalu mendukung Deli dalam kondisi apapun."

"Okeh. Kita tidak akan bertanya apapun kepada Deli. Biarkan Deli saja yang menceritakan kepada kita tentang masalah yang menimpa keluarganya." ujar Dian mengajak Dina untuk tidak bertanya apapun kepada Deli, kalau Deli tidak bercerita. Mereka berdua sangat tau bagaimana tipe Deli. Deli tidak akan menutupi hal apapun dari kedua sahabatnya itu.

Dian kemudian mengetuk pintu rumah Deli. Deli yang mendengar suara pintu di ketuk sudah tau siapa yang datang. Makanya dia hanya berteriak dari dalam rumah, sehingga membuat Bunda membesarkan matanya tanda protes melihat sikap Deli.

"Masuk aja yan, nggak dikunci" kata Deli dari ruang tamu keluarganya. Deli masih berdiskusi dengan Bunda.

"Assalamulaikum Bunda" kata Dian.

Dian dan Dina kemudian bersalaman dan mencium tangan Bunda.

"Waalikumsalam, wah kalian berdua makin cantik aja. Kalian tadi ke rumah lama Deli?" tanya Bunda sambil mempersilahkan Dian dan Dina untuk duduk di kursi biasa yang ada di ruang tamu.

" Yup Bunda, tapi ternyata Bunda udah pindah ke sini. Tapi tidak kasih tau kami" jawab Dian sambil pura pura merajuk.

"Kalian mungkin segan bertanya, tapi Bunda akan kasih tau semuanya sama kalian."

Bunda kemudian menceritakan semuanya. Bagaimana mereka bisa pindah kerumah yang sekarang, serta rencana pembangunan kafe. Saat mereka sedang asik berdiskusi tentang harga dan jenis makanan. Ayah dan Hendri datang.

"Gimana Ayah? Ada cukup uangnya?" kata Bunda.

"Cukup Bun. Malahan berlebih untuk beli bahan bahan masakan untuk modal awak kafe." jawab Ayah sambil menyerahkan sisa uang pembelian bahan bahan keperluan untuk membuat kafe sederhana.

"Wah sukurlah kalau begitu Ayah. Oh ya Ayah, di dalam ada sahabat Deli. Namanya Dian dan Dina. Mereka sedang berdiskusi tentang makanan apa saja yang akan kita sediakan di kafe nantinya." ujar Bunda yang teringat dengan kedua sahabat baik Deli yang berada di dalam rumah.

" Itu memang lebih bagus anak muda yang memilih menunya Bunda. Jadi tepat sasaran nanti." jawab Ayah.

Deli dan kedua sahabatnya langsung keluar dari rumah saat mendengar ada mobil yang masuk ke dalam pekarangan rumah. Ternyata mobil itu adalah mobil yang mengantarkan bahan bahan untuk mendirikan kafe.

Ayah dan Hendri mulai memotong motong kayu untuk tempat duduk. Sedangkan Deli yang sudah meminta Dian untuk membeli banyak bola, langsung membolongkan bola bola itu untuk tempat lampu kecil kecil. Mereka bekerja dengan sangat tekun dan penuh canda tawa. Bunda yang melihat semua bekerja langsung ke dapur untuk memasak makan siang. Mereka semua terlihat sangat antusias dalam mewujudkan kafe yang akan mereka bangun.

Saat azand zhuhur berkumandang, mereka semua menghentikan aktifitas dan pergi membersihkan diri untuk menunaikan kewajiban. Mereka melakukan sholat berjamaah dengan Ayah sebagai imamnya. Selesai sholat berjamaah mereka semua makan siang dengan masakan yang dibuat oleh Bunda. Mereka makan dengan lahap. Setelah selesai makan siang mereka kembali mengerjakan pembuatan kade itu.

"Ayah, memang nggak dikasih atap ya yah kafenya?" tanya Dian.

"Nggak Yan. Kita buat model kafe yang konsep rooftop, tapi kita pindahkan ke halaman. Nanti kita kasih payung payung cantik untuk penahan panas. Sedangkan di malam hari payungnya kita kuncup dan akan berganti dengan cahaya lampu warna warni. Nanti di beberapa titik akan kita buatkan tempat atau spot untuk anak muda berfoto." kata ayah menjelaskan konsep kafe tersebut.

"Ayah, Dina punya ide. Delikan banyak novel dan buku bacaan tuh, bagaimana kalau kita buat konsepnya seperti perpustakaan. Jadi anak muda ke sini tidak hanya pergi makan atau minum, tetapi juga pergi membaca berbagai buku dan novel. Tiap akhir pekan kita adakan music live. Bagaimana ayah?" ujar Dina dengan semangat. Dina memang pernah ke sebuah kafe di kota lain dengan konsep seperti itu, sehingga membuat pengunjung banyak yang datang tidak hanya untuk minum tetapi juga untuk membaca buku.

"Wah ide kamu boleh juga. Nanti biar Hendri yang membuat rak rak untuk buku buku itu" jawab Ayah yang sangat setuju dengan ide yang ditawarkan oleh Dina. Ide yang sama sekali belum terpikirkan oleh Ayah dan yang lainnya.

Ayah kemudian menemui Hendri yang sedang sibuk membuat sebuah kursi.

"Hen, tadi ada ide dari Dina. Bgaimana kalau kita buat konsepnya seperti pustaka dan kafe. Buku buku Deli kan luar biasa banyaknya itu. Jadi mereka ke sini tidak hanya mengenyangkan perut tetapi juga otaknya. Bagaimana menurutmu?" kata Ayah memberitahukan ide yang dicetuskan Dina tadi kepada Hendri.

"Ide bagus ayah. Di ibu kota tidak ada kafe outdoor yang langsung jadi pustaka" kata Hendri.

Hendri kemudian mencari beberapa model rak pajangan untuk memajang buku yang ada. Deli yang sudah tau ide itu langsung meminta bantuan Dian dan Dina untuk membawa keluar semua koleksi buku bukunya.

"Kak, ini semua buku ku."

"Tarok disitu aja dulu Del.  Nanti setelah selesai satu rak ini, kamu bisa menyusun bukunya."

"Kak Hendri, besok akan Dian dan Dina tambah bukunya. Jadi kakak harus membuat tempatnya lebih banyak lagi. Penuhin aja semua teras ini dengan rak rak buku." ujar Dina dengan semangat. Idenya ternyata langsung di eksekusi oleh Ayah dan Hendri.

Hendri dan Ayah yang mendengar kata kata Dina langsung tertawa. Dina dengan gampangnya meminta Hendri mebuat rak rak yang banyak. Tak terasa hari sudah sore. Target Ayah untuk kursi dan meja telah selesai separo, rak pajangan buku juga udah banyak yang siap. Tinggal besok ayah membuat meja untuk kasir dan membuat spot untuk berfhoto.

Mereka semua makan malam dengan sangat lahap. Bincang bincang kecil untuk kafe merekapun  mengalir kembali. Karena hari sudah malam Dian dan Dina pamit untuk pulang. Besok mereka akan datang lagi dengan membawa buku buku yang tidak mereka butuhkan.

"Bunda, sepertinya besok bunda sudah harus membeli bahan bahan untuk memasak, karena lusa sepertinya kafe kita udah bisa beroperasi" kata ayah dengan penuh semangat.

"Kalau begitu besok bunda akan belanja kepasar. Deli temani bunda ya."

" Siap bun."

"Kalau begitu kita beristirahat dulu. Besok kita lanjut lagi. Deli kamu cetak brosurnya setelah itu tinggal tempel dan sebar."

"Siap ayah."

Mereka semua masuk ke kamar masing masing untuk beristirahat. Mereka semua benar benar lelah. Seharian bekerja membangun kafe cukup menguras energi mereka. Ayah apalagi, dalam usianya yang sudah tidak muda lagi harus berjuang membuat kafe dan memikirkan memulai bisnis dari awal kembali. Ujian terberat yang dihadapi Ayah di usia yang sudah tidak muda lagi.

Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 BAB 3
4 BAB 4
5 BAB 5
6 BAB 6
7 BAB 7
8 BAB 8
9 BAB 9
10 BAB 10
11 BAB 11
12 BAB 12
13 BAB 13
14 BAB 14
15 BAB 15
16 BAB 16
17 BAB 17
18 BAB 18
19 BAB 19
20 BAB 20
21 BAB 21
22 BAB 22
23 BAB 23
24 BAB 24
25 BAB 25
26 Danu Gesrek
27 BAB 26
28 BAB 27
29 BAB 28
30 BAB 29
31 BAB 30
32 BAB 31
33 BAB 32
34 Bab 33
35 BAB 34
36 BAB 35
37 BAB 36
38 BAB 37
39 BAB 38
40 BAB 39
41 BAB 40
42 BAB 41
43 BAB 42
44 BAB 43
45 BAB 44
46 BAB 45
47 BAB 46
48 BAB 47
49 BAB 48
50 BAB 49
51 BAB 50
52 BAB 51
53 BAB 52
54 BAB 53
55 BAB 54
56 BAB 55
57 BAB 56
58 BAB 57
59 BAB 58
60 BAB 59
61 BAB 60
62 BAB 61
63 BAB 62
64 BAB 63
65 BAB 64
66 BAB 65
67 BAB 66
68 BAB 67
69 BAB 68
70 BAB 69
71 BAB 70
72 BAB 71
73 BAB 72
74 BAB 73
75 BAB 74
76 BAB 75
77 BAB 76
78 BAB 77
79 BAB 78
80 BAB 79
81 BAB 80
82 BAB 81
83 BAB 82
84 BAB 83
85 BAB 84
86 BAB 85
87 BAB 86
88 BAB 87
89 BAB 88
90 BAB 89
91 BAB 90
92 BAB 91
93 BAB 92
94 BAB 93
95 BAB 94
96 BAB 95
97 BAB 96
98 Bab 97
99 BAB 98
100 BAB 99
101 BAB 100
102 BAB 101
103 BAB 102
104 BAB 103
105 BAB 104
106 BAB 105
107 BAB 106
108 BAB 107
109 BAB 108
110 BAB 109
111 BAB 110
112 BAB 111
113 BAB 112
114 BAB 113
115 BAB 114
116 BAB 115
117 BAB 116
118 BAB 117
119 BAB 118
120 BAB 119
121 BAB 120
122 BAB 121
123 BAB 122
124 BAB 123
125 BAB 124
126 BAB 125
127 BAB 126
128 BAB 127
129 BAB 128
130 BAB 129
131 BAB 130
132 BAB 131
133 BAB 132
134 BAB 133
135 BAB 134
136 BAB 135
137 BAB 136
138 BAB 137
139 BAB 138
140 BAB 140
141 BAB 142
142 BAB 143
143 BAB 144
144 BAB 145
145 147
146 153
147 154
148 155
149 162
150 164
151 171 BARU
152 174 BARU
153 175 BARU
154 177 BARU
155 Kedua Orang Dewan Direksi Dipecat
Episodes

Updated 155 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
BAB 3
4
BAB 4
5
BAB 5
6
BAB 6
7
BAB 7
8
BAB 8
9
BAB 9
10
BAB 10
11
BAB 11
12
BAB 12
13
BAB 13
14
BAB 14
15
BAB 15
16
BAB 16
17
BAB 17
18
BAB 18
19
BAB 19
20
BAB 20
21
BAB 21
22
BAB 22
23
BAB 23
24
BAB 24
25
BAB 25
26
Danu Gesrek
27
BAB 26
28
BAB 27
29
BAB 28
30
BAB 29
31
BAB 30
32
BAB 31
33
BAB 32
34
Bab 33
35
BAB 34
36
BAB 35
37
BAB 36
38
BAB 37
39
BAB 38
40
BAB 39
41
BAB 40
42
BAB 41
43
BAB 42
44
BAB 43
45
BAB 44
46
BAB 45
47
BAB 46
48
BAB 47
49
BAB 48
50
BAB 49
51
BAB 50
52
BAB 51
53
BAB 52
54
BAB 53
55
BAB 54
56
BAB 55
57
BAB 56
58
BAB 57
59
BAB 58
60
BAB 59
61
BAB 60
62
BAB 61
63
BAB 62
64
BAB 63
65
BAB 64
66
BAB 65
67
BAB 66
68
BAB 67
69
BAB 68
70
BAB 69
71
BAB 70
72
BAB 71
73
BAB 72
74
BAB 73
75
BAB 74
76
BAB 75
77
BAB 76
78
BAB 77
79
BAB 78
80
BAB 79
81
BAB 80
82
BAB 81
83
BAB 82
84
BAB 83
85
BAB 84
86
BAB 85
87
BAB 86
88
BAB 87
89
BAB 88
90
BAB 89
91
BAB 90
92
BAB 91
93
BAB 92
94
BAB 93
95
BAB 94
96
BAB 95
97
BAB 96
98
Bab 97
99
BAB 98
100
BAB 99
101
BAB 100
102
BAB 101
103
BAB 102
104
BAB 103
105
BAB 104
106
BAB 105
107
BAB 106
108
BAB 107
109
BAB 108
110
BAB 109
111
BAB 110
112
BAB 111
113
BAB 112
114
BAB 113
115
BAB 114
116
BAB 115
117
BAB 116
118
BAB 117
119
BAB 118
120
BAB 119
121
BAB 120
122
BAB 121
123
BAB 122
124
BAB 123
125
BAB 124
126
BAB 125
127
BAB 126
128
BAB 127
129
BAB 128
130
BAB 129
131
BAB 130
132
BAB 131
133
BAB 132
134
BAB 133
135
BAB 134
136
BAB 135
137
BAB 136
138
BAB 137
139
BAB 138
140
BAB 140
141
BAB 142
142
BAB 143
143
BAB 144
144
BAB 145
145
147
146
153
147
154
148
155
149
162
150
164
151
171 BARU
152
174 BARU
153
175 BARU
154
177 BARU
155
Kedua Orang Dewan Direksi Dipecat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!