Suamiku Bukan Milikku

Suamiku Bukan Milikku

Bab 1

Tiga wanita cantik nampak sedang duduk di bangku taman kampus Universitas ternama di negara A. Tiga mahasiswi itu bernama Deli, Dian dan Dina, mereka bertiga bersahabat sejak duduk di bangku SMP. Ketiga sahabat ini tidak hanya terkenal karena kecantikannya saja, tetapi juga karena kepintaran mereka dalam dunia pendidikan. Mereka sangat terkenal di kalangan dosen, mahasiswa sampai dengan penjaga kampus dan ibuk kantin, mereka luar biasa sangat terkenal.

Ketiga mahasiswi itu sedang terlibat diskusi seru di taman kampus. Wajah wajah serius diperlihatkan oleh ketiga wanita cantik itu. Mereka saat ini sedang mendiskusikan tesis salah satu sahabatnya yang masih perlu perbaikan sedikit lagi. Mereka bertiga berkomitmen untuk lulus bersama. Makanya setiap salah satu dari mereka mendapat masalah dalam perkuliahan maka yang lain akan siap membantu.

Tak terasa matahari sudah condong ke barat sudah waktunya mereka mengakhiri kegiatan di kampus untuk hari ini. Deli dan kedua sahabatnya langsung pulang menuju rumahnya masing masing. Deli melajukan mobilnya dengan kecepatan pelan, dia ingin menikmati perjalanan menjelang senja itu. Deli tidak pernah merutuki macet yang selalu terjadi di jalan. Lebih dari tiga perempat penduduk kota akan merutuki macet yang mereka lalui, sedangkan bagi Deli macet adalah sebuah keberkahan, karena dia bisa menikmati perjalanan menuju rumah.

Setelah menempuh perjalanan selama lebih kurang satu setengah jam, Deli sampai di rumah utama keluarga Bramantya. Deli langsung memarkirkan mobilnya di sebelah mobil Ayah. Deli melihat tidak ada mobil lainnya yang mengisi garase mewah itu. Tidak ada lagi koleksi mobil ayahnya, maupun mobil baru hadiah ulang tahun bundanya sebulan yang lalu.

Deli kemudian melangkahkan kakinya menuju rumah utama. Saat di depan pintu rumah betapa terkejutnya Deli melihat sebuah tulisan yang tertempel di pintu rumah "RUMAH INI DISITA BANK". Deli kemudian membuka pintu rumah besar itu, Deli melihat ayah dan bundanya duduk termenung dengan muka kusut, dimuka kedua orang tua Deli terlihat jelas masalah berat yang sedang ditanggung mereka. Tambah lagi dengan asisten Ayahnya yang selama ini sudah mereka anggap sebagai keluarga yaitu Hendri.

"Ayah, Bunda ada apa ini?" kata Deli langsung duduk di sebalah ayahnya.

"Deli, maafkan ayah ya nak. Ayah tidak mampu membahagiakan kamu nak."

"Ayah, apa maksud ayah? Dan kenapa ada tulisan itu di pintu rumah kita?"

"Deli, Bunda yang akan bercerita sayang. Jangan paksa Ayah untuk bercerita."

Bunda kemudian menceritakan semua masalah yang menimpa Ayah dan perusahaannya. Deli yang sudah besar dan juga kuliah di jurusan bisnis sangat paham dengan betapa kejamnya dunia bisnis.

"Ayah, dengarkan Deli. Kalau Ayah mencemaskan Deli, jawabannya adalah salah. Kita bertiga pasti akan bangkit Ayah. Jadi Ayah jangan cemas begini." Deli menatap Ayahnya.

"Kalau kita harus pindah dari rumah ini, mari kita tinggalkan rumah ini. Ayah, harta dan tahta itu hanya titipan Allah. Allah berhak mengambilnya dari kita, kapanpun itu. Kita hanya harus ikhlas dan menjalankannya dengan rela Ayah." kata Deli sambil memeluk Ayahnya.

"Jadi Deli mohon kepada Ayah dan Bunda untuk merelakan apa yang sudah diambil kembali oleh yang punya."

Ayah dan Bunda serta Paman Hendri yang mendengar semua yang dikatakan Deli tersenyum bahagia, mereka tidak mengira akan seperti ini tanggapan Deli. Mereka tadi sangat takut kalau Deli akan marah marah dan kecewa dengan Ayah, ternyata tidak, malahan sebaliknya. Mereka yang disadarkan oleh Deli bahwa semua ini adalah cobaan yang diberikan okeh Allah.

"Deli sekarang bereskan semua barang - barang kamu. Kita akan pindah ke rumah lama kita yang dulu." kata Bunda menyuruh Deli membereskan semua barang barangnya.

Deli kemudian menuju kamarnya yang baru dihuninya selama sepuluh tahun itu. Deli memasukkan semua baju bajunya, sepatu sepatunya dan koleksi koleksi tas brendednya ke dalam beberapa koper besar. Selesai dengan semua perlengkapan pribadinya, Deli kemudian memasukkan buku buku serta koleksi novelnya kedalam beberapa kardus besar. Setelah selesai berkemas Deli membawa barang barangnya turun. Deli dibantu Paman Hendri memindahkan barang barangnya ke dalam mobil angkut. Setelah semua barang pindah ke dalam mobil angkut, Deli dan keluarganya pindah ke rumah lama mereka. Deli membawa sendiri mobilnya yang masih dimilikinya, sedangkan Ayah membawa satu satunya mobil yang tidak dijual. Paman Hendri berada di mobil angkut barang.

Setelah menempuh perjalanan selama satu jam menuju rumah lama mereka dahulu, Keluarga Bramantya sampai juga di rumah lama mereka. Rumah yang menjadi tempat Tuan Bramantya memulai bisnisnya. Ayah dan Paman Hendri dibantu Deli menurunkan semua barang dari dalam mobil. Semua barang itu diletakkan di teras rumah. barulah setelah semua barang turun Deli mengambil semua koper dan kardus miliknya. Deli mengangkat barang barangnya ke dalam kamar yang dahulu ditempatinya.

Deli mulai memilah pakaian yang akan dikenakannya, sedangkan yang masih bagus dan layak dijual, akan Deli jual secara online. Begitu juga dengan koleksi sepatu dan tas, akan dijual juga secara online. Setelah semua beres, Deli kemudian keluar dari kamarnya menuju dapur tempat Bunda sedang menyiapkan untuk makan malam.

Bunda dan Deli sibuk memasak, mereka tidak canggung untuk kedapur karena memang dari dulu selalu Bunda yang memasak. Setelah satu jam berkutat di dapur, akhirnya masakan Deli dan Bunda selesai. Masakan yang terdiri dari tumis kangkung dan goreng ikan mas itu selesai. Mereka berempat kemudian makan dengan lahapnya. Setelah makan mereka berkumpul di ruang tamu sederhana itu.

"Hendri, kamu boleh bekerja di tempat lain, saya tidak ada pekerjaan untuk kamu Hendri." kata ayah menatap paman Hendri.

"Tidak Tuan. Saya akan tetap bersama tuan. Saya tidak perlu digaji, cukup beri saya makan saja." kata Hendri.

"Tapi Hen."

"Tuan, saya tidak punya keluarga lain selain keluarga ini. Jadi saya mohon jangan usir saya tuan." kata Hendri sambil menatap memohon kepada Ayah.

"Baiklah. Kamu akan tetap disini." kata Ayah sambil memegang bahu Hendri.

Mereka semua kembali terdiam. Mereka tidak tau akan dengan apa menyambung hidup kedepannya. Ayah masih ada uang untuk modal usaha kecil kecilan, tapi mereka tidak tau akan membuka usaha apa. Mereka kemudian memikirkan usaha apa yang paling tepat untuk masa masa seperti ini.

"Ayah, Bunda bagaimana kalau kita bikin usaha ayam bakar dan geprek saja. Bunda kan jago masak. Deli yakin itu akan sukses."

Ayah dan Bunda saling tatap. Itu merupakan ide bagus. Tapi mereka meragu dengan pemasarannya.

" Ayah dan Bunda ragu dengan cara memasarkannya ya?"

Ayah dan Bunda mengangguk.

"Kita pasarkan lewat online dan brosur Ayah. Nanti aku akan buat brosurnya. Sedangkan paman Hendri akan membuat toko online nya. Kita tidak hanya menjual Ayam Bakar dan Ayam Geprek saja. Kita juga akan menjual minuman yang lagi trend kalangan anak muda dan akan menjual makanan cepat saji. Gimana paman?" Gina menjelaskan dengan mata berbinar binar. Gina yakin usaha ini akan sukses.

"Mantap Gin. Paman setuju, kita ubah saja halaman depan rumah ini menjadi sejenis kafe sederhana. Paman akan buat beberapa tempat duduk dengan desain anak muda. Kita akan buat spot spot untuk berfhoto. Halaman kita kan lumayan luas, jadi bisa dimanfaatkan. Bagaimana Tuan?" Hendri menatap Tuan Bramantya.

"Hendri, kamu kalau masih mau tetap di sini, panggil saya dengan Ayah dan panggil Nyonya dengan bunda tidak ada lagi Tuan dan Nyonya. Kamu paham Hendri?" ujar Ayah yang pada akhirnya memutuskan mengangkat Hendri sebagai anak tertuanya.

Hendri pun mengangguk, dia sangat bangga memiliki kembali kedua orang tua yang telah lama dia tidak punya. " Terimakasih Tuan, eh maaf Ayah, Bunda"

" Ayah setuju dengan ide kalian berdua. Besok kita akan membeli semua perlengkapannya. Ayah masih ada uang untuk menciptakan ide itu. Sedangkan untuk urusan memasak kita serahkan kepada Bunda dan Deli. Ayah dan Hendri akan bekerja sebagai pelayan."

" Tidak, yang jadi pelayan hanya aku. Ayah akan jadi kasirnya."

" Oke sudah diputuskan kita akan buat kafe yang sangat unik. Untuk idenya kita serahkan ke Kak Hendri aja." kata Deli dengan bangganya, akhirnya dengan kemelut yang terjadi dia mendapatkan seorang kakak laki laki yang selama ini didambanya.

"Serahkan kepadaku." ujar Hendri dengan semangat. Sekaranglah bagi dirinya kesempatan untuk membalas budi baik keluarga Bramantya yang selama ini sudah diperolehnya.

"Hari sudah malam, kita istirahat dulu. Besok berhubung hari sabtu, Deli tidak kuliah, kita akan langsung star membuat kafe ini. Pagi ayah akan pergi membeli semua bahan dengan Hendri" ujar Ayah

Setelah semua keputusan diambil. Keluarga Bramantya langsung masuk kedalam kamar masing masing untuk beristirahat. Mereka akan melalui hari hari yang tidak lagi sama. Mereka akan kembali berjuang untuk bangkit. Bagi keluarga Bramantya setiap masalah pasti akan ada jalan keluarnya. Mereka akan berusaha untuk kembali bangkit menghadapi dunia. Mereka akan kembali muncul di dunia bisnis dengan bisnis yang baru. Bisnis yang sangat jauh dari bisnis Bramantya yang dahulu

..............................................................................................................

Selamat Menikmati Novel Ketiga Aku Kakak.

Terpopuler

Comments

Jasmiati Emi

Jasmiati Emi

lanjutkan episode berikutnya thor

2022-01-26

1

Mak Aul

Mak Aul

cakep neng, mak dah mampir ya💖

2022-01-26

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 BAB 3
4 BAB 4
5 BAB 5
6 BAB 6
7 BAB 7
8 BAB 8
9 BAB 9
10 BAB 10
11 BAB 11
12 BAB 12
13 BAB 13
14 BAB 14
15 BAB 15
16 BAB 16
17 BAB 17
18 BAB 18
19 BAB 19
20 BAB 20
21 BAB 21
22 BAB 22
23 BAB 23
24 BAB 24
25 BAB 25
26 Danu Gesrek
27 BAB 26
28 BAB 27
29 BAB 28
30 BAB 29
31 BAB 30
32 BAB 31
33 BAB 32
34 Bab 33
35 BAB 34
36 BAB 35
37 BAB 36
38 BAB 37
39 BAB 38
40 BAB 39
41 BAB 40
42 BAB 41
43 BAB 42
44 BAB 43
45 BAB 44
46 BAB 45
47 BAB 46
48 BAB 47
49 BAB 48
50 BAB 49
51 BAB 50
52 BAB 51
53 BAB 52
54 BAB 53
55 BAB 54
56 BAB 55
57 BAB 56
58 BAB 57
59 BAB 58
60 BAB 59
61 BAB 60
62 BAB 61
63 BAB 62
64 BAB 63
65 BAB 64
66 BAB 65
67 BAB 66
68 BAB 67
69 BAB 68
70 BAB 69
71 BAB 70
72 BAB 71
73 BAB 72
74 BAB 73
75 BAB 74
76 BAB 75
77 BAB 76
78 BAB 77
79 BAB 78
80 BAB 79
81 BAB 80
82 BAB 81
83 BAB 82
84 BAB 83
85 BAB 84
86 BAB 85
87 BAB 86
88 BAB 87
89 BAB 88
90 BAB 89
91 BAB 90
92 BAB 91
93 BAB 92
94 BAB 93
95 BAB 94
96 BAB 95
97 BAB 96
98 Bab 97
99 BAB 98
100 BAB 99
101 BAB 100
102 BAB 101
103 BAB 102
104 BAB 103
105 BAB 104
106 BAB 105
107 BAB 106
108 BAB 107
109 BAB 108
110 BAB 109
111 BAB 110
112 BAB 111
113 BAB 112
114 BAB 113
115 BAB 114
116 BAB 115
117 BAB 116
118 BAB 117
119 BAB 118
120 BAB 119
121 BAB 120
122 BAB 121
123 BAB 122
124 BAB 123
125 BAB 124
126 BAB 125
127 BAB 126
128 BAB 127
129 BAB 128
130 BAB 129
131 BAB 130
132 BAB 131
133 BAB 132
134 BAB 133
135 BAB 134
136 BAB 135
137 BAB 136
138 BAB 137
139 BAB 138
140 BAB 140
141 BAB 142
142 BAB 143
143 BAB 144
144 BAB 145
145 147
146 153
147 154
148 155
149 162
150 164
151 171 BARU
152 174 BARU
153 175 BARU
154 177 BARU
155 Kedua Orang Dewan Direksi Dipecat
Episodes

Updated 155 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
BAB 3
4
BAB 4
5
BAB 5
6
BAB 6
7
BAB 7
8
BAB 8
9
BAB 9
10
BAB 10
11
BAB 11
12
BAB 12
13
BAB 13
14
BAB 14
15
BAB 15
16
BAB 16
17
BAB 17
18
BAB 18
19
BAB 19
20
BAB 20
21
BAB 21
22
BAB 22
23
BAB 23
24
BAB 24
25
BAB 25
26
Danu Gesrek
27
BAB 26
28
BAB 27
29
BAB 28
30
BAB 29
31
BAB 30
32
BAB 31
33
BAB 32
34
Bab 33
35
BAB 34
36
BAB 35
37
BAB 36
38
BAB 37
39
BAB 38
40
BAB 39
41
BAB 40
42
BAB 41
43
BAB 42
44
BAB 43
45
BAB 44
46
BAB 45
47
BAB 46
48
BAB 47
49
BAB 48
50
BAB 49
51
BAB 50
52
BAB 51
53
BAB 52
54
BAB 53
55
BAB 54
56
BAB 55
57
BAB 56
58
BAB 57
59
BAB 58
60
BAB 59
61
BAB 60
62
BAB 61
63
BAB 62
64
BAB 63
65
BAB 64
66
BAB 65
67
BAB 66
68
BAB 67
69
BAB 68
70
BAB 69
71
BAB 70
72
BAB 71
73
BAB 72
74
BAB 73
75
BAB 74
76
BAB 75
77
BAB 76
78
BAB 77
79
BAB 78
80
BAB 79
81
BAB 80
82
BAB 81
83
BAB 82
84
BAB 83
85
BAB 84
86
BAB 85
87
BAB 86
88
BAB 87
89
BAB 88
90
BAB 89
91
BAB 90
92
BAB 91
93
BAB 92
94
BAB 93
95
BAB 94
96
BAB 95
97
BAB 96
98
Bab 97
99
BAB 98
100
BAB 99
101
BAB 100
102
BAB 101
103
BAB 102
104
BAB 103
105
BAB 104
106
BAB 105
107
BAB 106
108
BAB 107
109
BAB 108
110
BAB 109
111
BAB 110
112
BAB 111
113
BAB 112
114
BAB 113
115
BAB 114
116
BAB 115
117
BAB 116
118
BAB 117
119
BAB 118
120
BAB 119
121
BAB 120
122
BAB 121
123
BAB 122
124
BAB 123
125
BAB 124
126
BAB 125
127
BAB 126
128
BAB 127
129
BAB 128
130
BAB 129
131
BAB 130
132
BAB 131
133
BAB 132
134
BAB 133
135
BAB 134
136
BAB 135
137
BAB 136
138
BAB 137
139
BAB 138
140
BAB 140
141
BAB 142
142
BAB 143
143
BAB 144
144
BAB 145
145
147
146
153
147
154
148
155
149
162
150
164
151
171 BARU
152
174 BARU
153
175 BARU
154
177 BARU
155
Kedua Orang Dewan Direksi Dipecat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!