"Saya terima nikah dan kawinnya annasya singodiredjo binti mahesa singodiredjo dengan mas kawin uang tunai 150 ribu rupiah dibayar tunai"
"Bagaimana sah?" tanya penghulu
"Sah"
"Alhamdulillah"
Setelah pembacaan doa annasya turun didampingi leni ibu mertuanya, masih tertutup cadar dia mendekat pada ataf. Araf memaruh telapak tangannya dikepala nasya dan membacakan doa. Setelah selesai nasya mencium tangan araf, semua terlihat bahagia.
Pukul 12.00 siang saat hendak shalat dzuhur nasya beranjak ke kamarnya dan menunaikan shalat dzuhur. setelah selesai ia merasa kamarnya ada yang membuka ternyata araf, Nasya menatap pada araf yang masih berdiri mematung dipintu nasya tersenyum, "silahkan masuk mas"
"eh.... tadi.... ayah minta aku pindah ke kamar kamu. Aku... tadi...."
Nasya mendekat dan membantu araf membawa kopernya, "masuklah mas kamar ini juga sekarang kamar kamu kita kan sudah menikah" ujar nasya lembut
Araf tersenyum salah tingkah
Nasya merapikan pakaian araf ia hendak membuka koper araf namun dicegah araf, "ga usah dibongkar sya besok aku sudah harus berangkat ke jakarta"
Nasya mengangguk, "mas mau mandi?"
Araf terkejut dengan pertanyaan nasya, "apa dia mau ajak aku mandi bareng ya? asyikkkk...." batin araf
"mas kenapa bengong?"
"aku.... aku...."
"kalau mas mau mandi aku siapkan bajunya boleh?"
"owh.... nyiapin baju? kirain...." gumam araf pelan
"kenapa mas?"
"ehhh gapapa" jawab araf sambil menyengir
Nasya hanya tersenyum, "ya sudah sana mandi setelah itu shalat dzuhur aku siapkan pakaian kamu"
Araf hanya mengangguk mengikuti
***
Selepas maghrib nasya hendak menyiapkan makan malam namun dilihatnya sang ayah sedang duduk dikursi goyang. Dia mendatangi sang ayah, "yah.... ayo makan dulu" karena tidak mendapat sahutan dari sang ayah dia pun mendekat kemudian menggoyangkan bahu ayahnya. Tiba-tiba ayahnya jatuh, nasya terkejut dan menangis, "Astaghfirullah ayah" nasya menggoyangkan tubuh ayahnya seketika dia menangis. Araf yang baru turun dari kamar melihat nasya dia pun memdekati dan bertanya, "ada apa sya"
Nasya menangis histeris kemudian memeluk ayahnya, araf pun mendekat begitu pun dengan orang tua araf yang datang karena mendengar tangisan nasya.
"Ya Allah mahesa kenapa mas?" tanya lina pada bayu
Bayu mendekat dan memeriksa Mahesa, "inna lillahi wa inna ilaihi roji'un"
Annasya terduduk lemas, dia menatap nanar pada ayahnya, hari ini Allah memberikan kejutan kebahagiaan sekaligus kesedihan secara bersamaan. "ya Allah setelah ayah memberikan aku keluarga baru ayah meninggalkan aku" tangis pilu nasya tidak bisa dibendung lagi
Araf memeluk nasya erat.
Keesokan harinya setelah pemakaman ayah nasya, araf dan orang tuanya duduk di ruang tamu sedangkan nasya pamit hendak ke kamarnya.
Selang 10 menit seorang lelaki tua usianya sekitar 50-an tahun datang bersamaan dengan seorang wanita yang usianya sepertinya tidak terpaut jauh.
Mereka datang bersama dengan pengacara keluarga nasya prasetio yang beberapa hari lalu datang kesini.
"mbok nah panggilkan nasya sekarang" perintah seorang wanita pada mbok nah
"baik nyonya" mbom nah mengangguk patuh dan menuruti kemauan adik dari majikannya itu
Tidak lama kemudian nasya turun bersama mbok nah, Dia terkejut saat melihat bulik lina dan pak de wiryo ada disini.
Annasya menengok pada prasetio, "om pras ada apa ini?"
"kemarilah nak" ajak prasetio yang melambaikan tangannya
Nasya duduk disamping araf
"bagus semua ada disini jadi kita bisa langsung saja pras tanpa menunggu lebih lama lagi" ucap bulik lina dengan sinis
Prasetiyo mengangguk, "saya akan memberitahukan tentang wasiat dari tuan mahesa bahwasanya perusahaan PT Antara meuble akan menjadi milik tuan wiryo pranoto dan lina pranoto sebagai keluarga almarhum nyonya maryam pranoto. Mereka akan menjabat sebagai direktur pelaksana dan direktur utama. Sampai nona annasya beranjak dewasa perusahaan itu akan kembali pada nona annasya saat usianya 24 tahun"
"apa-apaan ini! saya tidak terima!" sentak wiryo yang seketika emosi
"saya hanya menyampaikan wasiat tuan mahesa"
"tapi saya tidak terima perusahaan ini jadi milik dia!" bentak wiryo sambil menunjuk nasya
"perusahaan ini milik keluarga kami! kenapa harus diberikan pada anak ini!" lina tidak kalah emosi
"saya tidak terima!" wiryo menggebrak meja
Nasya menggenggam tangan araf erat saking kagetnya. Araf merapat pada nasya dan memeluk nasya
"tapi ini sudah menjadi wasiat tuan mahesa"
"mahesa sudah mati pun msih mempersulit kita untuk bisa memiliki yang sudah menjadi milik kita" ketus lina emosi kemudian melirik tajam pada nasya
"apa kamu puas sekarang! kamu sama ayahmu hanyalah benalu dikeluargaku!" bentak wiryo
"cukup pak de, bulik ayah sudah wafat bisakah kalian tidak terus menghina ayah" annasya berseru
"kalau begitu kamu serahkan kepemilikan perusahaan pada kami! ini bukan milikmu"
Araf yang emosi melihat wiryo dan lina yang terus emosi pada nasya berdiri, "om tante segera nasya akan menyerahkan perusahaan itu. Tanpa perusahaan itu pun nasya masih bisa hidup!"
leni dan bayu menatap pada araf, "maafkan araf mi, pi nasya sekarang adalah tanggung jawab araf. Araf tidak rela mereka terus membentak nasya. Araf masih bisa menafkahi nasya kok tanpa perusahaan itu"
"Sombong sekali kamu! kalau begitu buktikan dengan perbuatan saya tunggu surat pengalih warisan itu secepatnya!" bentak wiryo
Lina berdiri dari duduknya, "kalian pikir saya tidak tau jika kalian setuju dengan perjodohan ini karena nasya punya banyak warisan dan perusahaan yang sudah sukses. hah...!"
"Bulik, pak de cukup nasya akan segera mengurusnya dengan om pras kalian jangan khawatir!"
Leni berdiri dihadapan lina, "pantas saja maryam tidak menyerahkan perusahaan pada kalian, dilihat dari sifat kalian aku bisa jamin perusahaan tidak akan berkembang bahkan mungkin bangkrut"
"kamu..." lina hendak menampar leni namun ditahan oleh nasya
"cukup bulik, silahkan bulik pergi dalam waktu dekat perusahaan akan segera menjadi milik kalian aku janji" ucap nasya dengan sorot mata tajam
"Sudah berani kamu sama saya hah!" bentak nasya
"selama ini nasya tidak pernah takut sama bulik, nasya hanya menghargai kalian karena permintaan ayah" suara nasya bergetar seperti menahan amarah
Dengan amarah yang sangat tinggi lina dan wiryo pergi meninggalkan mereka.
"om pras bisa bantu nasya untuk mengalihkan kepemilikan perusahaan kan?" tanya nasya
Prasetio mengangguk, "sebenarnya tuan mahesa sudah mengalihkan sementara kepemilikan pada mereka sampai kamu dewasa, tapi karena kamu menginginkan seperti itu baiklah saya akan segera mengurusnya"
"Say hanya tidak ingin hidup nasya terus diusik oleh mereka pak" ucap bayu
prasetiyo mengangguk mengerti, kemudian pamit pergi
setelah kepergian mereka nasya lemas terduduk di sofa, araf langsung memeluk nasya dar samping sambil menenangkan nasya. egitupun dengan orang tua araf
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Iqmal Azror
sabarya nasya krna harta ta' menjamin hidup bahagia
2020-05-23
3