BAB 4 Acara Musik Kampus

"Hai Viona! Ternyata kamu ikutan acara pagelaran musik kampus?"

Jantungku berdebar, ketika kak Firman menyapaku.

Ugh ya Tuhan! Banyak cowok-cowok HIMA termasuk kak Firman. Dan... nyaris wajah tampan semuanya yang berseliweran.

"I iya kak! Sesekali, ikutan acara! Hehehe..."

"Sudah izin orangtua belum?" tanyanya lembut membuat Lady yang dari tadi terpana pada kak Firman terbatuk-batuk.

"Sudah, Kak! Dapat izin sampai pukul setengah sepuluh malam doang tapinya!"

"Hehehe... Good job, Viona! Selamat menikmati pagelarannya ya! Aku kesana dulu!" tunjuk Kak Firman ke arah para senior lainnya.

"Iya kak, terima kasih. Kak Firman juga, selamat menikmati kerja keras para pengurus HIMA yang sudah berjuang membuat acara pagelaran musiknya jadi sekeren ini!"

"Hehehe... thanks pujiannya, Vi!"

Hhh...

Jantungku berdegub kencang sekali. Semoga kak Firman tidak menganggapku lebay. Karena pujian itu spontanitas dari hati yang meluncur bebas langsung ke bibir.

"Waaah... Pura-pura polos, ternyata senior handsome udah lo tag ya, Vi! Hahaha... aduh, suwe... gue dicubit!"

"Ish, Lady... bukan gitu juga kali'! Itu kak Firman sekretaris HIMA. Aku khan pernah di daftarin sama Ira jadi anggotanya. Tapi minta dihapus lewat kak Firman!"

"Naksir juga wajar koq! Orang ganteng juga!"

"Hehehe... ya sih, tapi ga segitunya Dy! Kak Firman idola banyak mahasiswi lah!"

Lady mengedipkan sebelah matanya seraya mengacungkan jari jempolnya padaku.

Aku hanya bisa tersenyum malu.

Mau tak mau wajah ini memerah juga diledek Lady Navisha, teman se-SMU ku.

Untung orang yang di couple-kan padaku sudah jauh berjalan ke arah teman-temannya. Kalau masih dekat, cukup membuatku malu juga di hadapan kak Firman. Dan pastinya akan ada kesalahfahaman.

Lady mengapit lenganku. Berjalan menuju toilet kampus.

Kukira tadinya ia mau pup atau sekedar buang air kecil, ternyata Lady mengeluarkan pocket ajaibnya yang penuh dengan barang ajaib untuk mempercantik wajahnya.

"Sini, kudandanin!" katanya seraya menarik daguku maju ke arah wajahnya.

Hiks... Aku nyaris tak pernah dandan. Bahkan sampai sekarang aku tak punya blush on dan penjepit bulu mata. Hanya bedak padat, sisir alis, maskara serta beberapa lipstik yang bisa dihitung dengan jari.

Aku menurut saja.

Setelah seperkian menit, permakan wajahku selesai dan...

"Ini gue?" tanyaku kagum pada keterampilan tangan Lady dalam mendandaniku.

Aku terlihat berbeda. Tapi malu, karena tampak seperti perempuan yang tegas dan berani tampil.

"Cantik khan?" ucapnya puas pada hasil kerjanya.

Kini Lady membetulkan make up wajahnya sendiri. Dan tentu saja, Lady yang tercantik dan terseksi.

Aku terpana melihat keindahan wajah serta keseluruhan tampilannya. Kukasih nilai sembilan puluh karena Lady Navisha begitu sempurna dimataku sebagai seorang perempuan. Cantik dan juga elegan.

Andaikan aku ini laki-laki, lumer sudah kedinginanku dan pasti kukejar cintanya. Hehehe...

"Gila!!! Lo cantik banget, Dy!"

"Woy sadar! Lo jangan belok, sampe jadi naksir gue! Hiks... gue pecinta cowok tulen!"

"Hahaha... dasar! Emang gue cewek AC DC!"

Aku dan Lady tertawa membuat beberapa mahasiswi lain yang juga berada di ruangan toilet wanita kampus menoleh ke arah kami.

Tapi memang benar,... aku pangling dan suka sekali dengan Lady.

Andai saja sifat Lady yang lebih down to earth... pasti gadis ini akan jadi primadonanya kampus baru kami. Gumam hatiku.

Sayangnya Lady terkadang tak bisa menghandle emosinya dan nyablak mulutnya bila ada cowok standart yang datang memberinya ungkapan rasa cinta.

Perlahan para cowok mulai menyadari, tipe pria idaman Lady adalah pria-pria tampan, mapan dan kelas atas.

Jadi buat para cowok yang baru punya modal tampan saja, jangan berani mengungkapkan cintanya pada Lady. Apalagi cowok biasa yang sama sekali tak punya nilai plus dimatanya.