Sumpah ya, begini ternyata jadi maba. Di awal ngampus, kesibukan benar-benar merajai hidupku.
Tugas dosen ini, dosen itu. Belum lagi harus selalu intens juga mengikuti arahan para kakak tingkat untuk ikut aktif dalam organisasi kampus seperti HIMA, DPM bahkan BEM.
Belum lagi kami harus fokus dan dituntut agar terpenuhi nilai SKS (Satuan Kredit Semester). Hiks.
Waktu membuat kami lupa, hari-hari yang telah terlewati. Ditambah pertemanan kampus tak lagi sama seperti masa SMA.
Rasanya, sangat menyedihkan dengan berbagai kesibukan.
Sementara Ira dan Delan ternyata juga semakin sibuk karena mereka memiliki tambahan tugas sebagai anggota organisasi HIMA yang mewajibkan mereka untuk rutin mengikuti kegiatannya.
Otomatis waktuku dengan Ira terutama, jadi semakin berkurang.
Kini aku lebih banyak waktu bersama Lady Navisha.
Jujur, aku kurang nyaman sebenarnya bersama cewek cantik yang satu itu.
Selain kami sangat bertolak belakang dalam hobi dan kesukaan, juga fikiran serta tujuan hidup kami jelas berbeda.
Lady sering sekali berkata kalau tujuannya menjadi mahasiswa bukan karena nilai dan titel semata. Tapi ada tujuan lain di hatinya yakni agar taraf hidupnya lebih baik dengan bergelimang harta.
Aku tertawa. Menertawai Lady yang kupikir lebih mirip bocil usia dua belas tahun yang sedang menghalu.
Menikah dengan pangeran tampan. Kaya raya, tajir serta baik hati. Semua perempuan pastilah menginginkan itu.
Lady marah padaku. Katanya aku meremehkan harapan dan cita-cita luhurnya untuk cinta.
Aku bilang, sebaiknya bercita-citalah menjadi orang hebat untuk diri pribadi sendiri. Bukan dengan menjadi 'istri' dari pria hebat. Karena itu sangatlah berbeda.
Percuma kita bahagia, hanya dengan bertitel menjadi 'istri' orang kaya. Sedangkan kita sendiri tak faham caranya mengkayakan diri sendiri.
Lady berkilah, menjadi istri orang kaya itu justru lebih pintar. Dia bisa meraup banyak keuntungan tanpa bekerja, karena justru suami kayanyalah yang mencari pundi-pundi cuan. Begitu katanya.
Kami kembali tertawa.
Meski dalam hati aku sangat tidak setuju pendapat Lady, tapi baiklah. Dalam pertemanan semua prinsip itu cukup diri kita sendiri yang yakini. Dan perbedaan pendapat tak kan jadi penghalang kami berteman. Begitu pendapatku.
...........
Tanpa terasa, waktu berjalan. Dan aku sudah sebulan jadi mahasiswa.
Ayahku memang orang yang saklek. Dan ibuku juga tipikal wanita penurut suami. Tapi kedua orangtuaku mengizinkanku bergaul dengan teman-teman sekedar pergi shopping atau hangout bareng mengobrol soal pelajaran. Asalkan tahu batasan waktu. Dan mirip Cinderella tapi lebih minim waktunya. Aku hanya boleh di luar rumah sampai pukul sembilan saja.
Pulang di atas jam segitu, siap-siap tidur di teras dan ibu tak kan membukakan pintu.
Aku bersyukur. Berkat didikan militer ayah serta keprimitifan ibu dalam mengasuh, aku jadi orang yang cukup teratur dalam segala hal.
Hingga suatu ketika,
"Ayolah, Vi! Masa' sih telat satu jam bokap lo ga ngasih izin. Bilang aja, kampus ada acara. Beres khan? Lagian kita ni udah dewasa. Bukan anak SMA yang harus selalu dikasih jam malam."
Lady menbujukku untuk mengikuti acara musik life nanti malam di aula kampus. Kata Ira, akan ada temu kangen para alumni dan ada hiburan band-band ternama Ibukota.
Belum lagi para alumnus yang rata-rata sudah jadi pengusaha muda, tajir dan mapan. Begitu kata Lady.
"Dy... Buat apa sih mikirin jodoh mulu? Kita ini masih semester satu!" ujarku kesal.
"Eh, Vi! Kenalan dengan para pengusaha itu bukan hanya sekedar jodoh aja! Ya khan siapa tahu kita bisa kerja part time, atau minimal nanti magang bisa di kantor-kantor mereka. Faham ga sih? Ish!" Lady balik membentakku.
Kali ini aku yang tersenyum malu dengan dua jemari membentuk finger love dan kuacungkan padanya.
"Tapi magang masih lama, Lady!"
"Ya untuk pergaulan! Pertemanan itu harus dari semua kalangan! Otak lo mah terlalu cetek deh, Vi! Buka wawasan berfikir lo napa, sih!? Gue ngajak lo buat jadi mahasiswi pinter dengan daya fikir brilian. Bukan cuma fikiran mesum doang!"
"Hahaha... Njirr si Lady nge-gas parah! Maaf, Dy... maaf!"
"Dan lagi bukan kita aja koq yang ikutan. Tuh, mahasiswa baru lain juga pada ikut! Khan ini memang untuk semua kalangan. Mau maba ataupun senior, silakan! Ya udah, kalo lo emang ga bisa ikut!"
"Hahaha... iya iya! Aku telepon ayahku dulu!"
Aku yang memerah wajahnya karena malu, akhirnya menuruti Lady, menelpon ayah dan mengabarkan kalau akan pulang telat sekitar setengah jam lebih.
Hhh...
Ayah mengoceh di seberang sana. Mengatakan aku tidak boleh mengambil keputusan gegabah untuk ikut acara malam yang tak berbobot.
Hingga akhirnya kukirimkan gambar brosur acara kampus ke nomor beliau dan beliau tak lagi berkicau di japrian.
...❤❤❤BERSAMBUNG❤❤❤...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 335 Episodes
Comments
Mayraa_Tafa
Sampai sini bacanya, cukup menarik👍🏻
Semangat updatenya
2022-04-23
9
Reo Hiatus
Si lady itu kawan yang tidak baik
2022-02-20
8
TK
asyekkk
2022-02-17
1