Ming Zise tidak lagi menanggapinya. Dia hanya terkekeh dan mengelus dagunya sedikit. Sepertinya dia ingat seperti apa ekspresi Xiu Jichen saat mengetahui jika putri kecilnya ini akan menjadi istrinya di masa depan.
Bahkan ketika dewa jodoh diinterogasi Xiu Jichen, takdir tetap tidak bisa diubah. Xiu Jichen tanya enggan untuk menyerahkan putrinya pada Ming Zise, pria tua berwajah bayi yang bahkan hampir seusia dengannya.
Meski begitu, Xiu Jichen masih tidak berdaya saat Ming Zise mengejek hubungannya dengan Fu Chan Yin di masa lalu.
Pada akhirnya, Xiu Jichen pulang ke rumah dengan kemarahan. Pada saat itulah, mungkin Xiu Jichen berkata pada Xiu Jimei tentang masalah tersebut.
Bertarung dengan Xiu Jichen? Ming Zise cukup menantikannya di masa depan.
Hanya saja jalan di depan masih panjang. Xiu Jimei belum tentu mau dengannya saat ini. Jadi tidak perlu terburu-buru. Cepat atau lambat, gadis ini akan menjadi miliknya juga.
Saat ini, beberapa pihak di Alam Para Dewa cukup merepotkan. Dia harus menyelesaikan masalah lain terlebih dahulu.
Di saat Ming Zise merenungkan sesuatu, Xiu Jikai sudah memberikan tatapan waspada padanya. Sebagai seorang kakak dan saudara kembar, Xiu Jikai tentu saja tidak ingin adiknya dibodohi seorang pria, apa lagi melakukan hal-hal tak masuk akal hanya karena nama cinta.
Oleh karena itu, Xiu Jikai langsung menasihati Xiu Jimei untuk tidak mengalami cinta di usia yang terlalu muda. Walaupun dia tahu jika ibu mereka dulu jatuh cinta pada usia yang sangat muda, namun ini berbeda.
Setelah makan malam, mereka beristirahat sambil mengobrol sebentar. Xiu Jimei membuka sebungkus keripik kentang dan memakannya secara perlahan.
Yan Yujie sudah tidur lebih awal. Meski kultivator tidak butuh tidur, tapi menghemat energi spiritual juga berguna untuk kesehatan. Sementara Wang Xuyue sedang membaca buku tentang array. Ayahnya meminta dirinya untuk mempelajari array. Karena itu, dia juga yang memasang array pelindung saat ini sehingga tidak ada binatang buas atau pihak lain yang diam-diam menyelinap.
"Xiao Mei, apakah kamu sudah mempelajari buku mantra sihir yang aku berikanlah padamu?" tanyanya seraya membenarkan kaca matanya.
"Aku membaca beberapa. Tidak terlalu sulit. Aku akan mempraktikkannya di masa depan," jawab gadis itu.
"Hah, berhati-hati lah dengan mantra sihir. Itu berbeda dengan energi spiritual di dunia ini."
"Aku tau, aku tahu. Kamu berkata seolah-olah aku akan melakukan sesuatu yang buruk!" Xiu Jimei sedikit cemberut.
Wang Xuyue menutup buku, meliriknya dengan heran. "Bukanlah itu faktanya?"
"Jangan khawatir. Paling-paling aku hanya akan mengubah orang menjadi katak atau tikus."
"..." Tak tahu malu, batin Wang Xuyue. Dia segera pergi tidur setelah mengucapkan selamat malam pada semuanya.
Namun tiba-tiba saja Xiu Jimei menanyakan sesuatu. "Di mana Cip Cip?"
"Aku menyimpannya di cincin ruang kehidupan," jawab Wang Xuyue yang langsung menguap. "Jangan bicarakan ayam bodoh itu. Dia setengah ketakutan olehmu."
"..." Apakah aku terlihat seperti seorang pembunuh? batin Xiu Jimei.
Pada akhirnya, setelah menghabiskan sekantong keripik kentang, Xiu Jimei tertidur di samping Wang Xuyue. Yang lainnya juga memilih untuk beristirahat, kecuali Ming Zise.
Ming Zise adalah dewa di tahun-tahun sebelumnya. Dia tidak perlu tidur layaknya manusia. Tapi kadang para dewa di Alam Para Dewa juga akan beristirahat.
Untuk saat ini, Ming Zise menjaga mereka.
Saat tengah malam tiba, api unggun yang dibuat kelompok Xiu Jimei sedikit menyusut. Ketujuh orang tertidur mengelilingi api unggung sehingga kaki mereka tetap hangat.
Pada saat itu, Ming Zise yang sedang duduk bersandar sambil menutup matanya tiba-tiba saja terbuka. Dia berjalan ke sisi Xiu Jimei tanpa menimbulkan suara.
Di sisi lain, Xiu Jikai sepertinya mengetahui ada seseorang yang mendekati adiknya. Dia hendak terbangun untuk memeriksa, tapi kelopak matanya sangat berat sehingga dia tertidur pulas.
"Merepotkan," gumam Ming Zise setelah membuat Xiu Jikai tertidur.
Mengejar gadis ini di masa depan tampaknya akan sedikit terhambat oleh kecintaan saudara terhadap saudari kembarnya.
Xiu Jimei tertidur dengan sedikit mengerutkan kening. Ming Zise menyentuh dahi gadis itu, menyuntikkan aura yang mampu meringankan kelelahan otak. Pada akhirnya, Xiu Jimei tidak lagi mengerutkan kening di setiap kesempatan.
Ming Zise duduk di sebelahnya. Dia menyentuh wajah halus gadis itu. Kenyal dan sedikit chubby. Dia benar-benar ingin mencubitnya sedikit. Bibir Xiu Jimei tipis, lembap dan merah alami. Jika dia menciumnya, pasti kelembutan itu akan bisa dia rasakan di bibirnya.
Tanpa sadar, Ming Zise menyentuh bibirnya sendiri. Pikirannya sedikit jahat. Tapi dia tidak mau menjadi mantan dewa yang tak tahu malu. Pada akhirnya, dia hanya mencium dahi gadis itu.
"Tidak perlu terburu-buru," gumamnya pada diri sendiri.
Tiba-tiba saja Xiu Jimei mengubah posisi tidurnya menjadi menyamping, membelakangi Ming Zise. Pria itu akhirnya berbaring di sampingnya sambil menopang kepala. Dia memeluknya dari belakang. Ming Zise sangat ingin membawa Xiu Jimei ke Istana Minglan dan berbaring di tempat tidurnya sepanjang malam.
"Mimpi indah," katanya lembut.
Pada saat ini, mungkin Xiu Jimei sedang bermimpi.
Gadis itu bermimpi berada di sebuah Padang rumput yang luas. Angin sepoi-sepoi datang, lalu sekawanan domba mengembik, memakan rumput bahkan berlarian dengan kawanannya yang lain.
Namun suasana dalam mimpi itu berubah. Xiu Jimei yang baru saja berada di Padang rumput kini berpindah tempat ke sebuah halaman istana yang sangat indah.
Bangunan istana di depannya sangat besar dan penuh dengan energi spiritual. Xiu Jimei sepertinya memasuki istana itu dan melihat seorang pria berjubah putih yang tak bisa dilihat wajahnya.
Tapi pria itu memiliki rambut putih keperakan yang menjuntai ke bawah pinggang.
Xiu Jimei tidak bisa memastikan apa yang dikatakan pria dalam mimpinya saat ini. Tapi sosok di depannya itu tiba-tiba saja memeluk Xiu Jimei dan membawanya ke tempat tidur.
Gadis itu dibaringkan di sana. Pria berjubah brokat putih yang tak bisa dilihat wajahnya seperti apa itu melepaskan pakaiannya satu persatu. Hingga akhirnya hampir setengah telanjang.
Xiu Jimei sedikit malu. Dia jarang memiliki mimpi musim semi seperti itu. Apa lagi masih dengan pria yang tidak tahu siapa. Tapi dari pakaiannya terlihat seperti guru pendamping? Ming Zise?
Mungkinkah pria berwajah putih kecil itu mencoba untuk merayunya di dalam mimpi?!
Xiu Jimei ingin terbangun dari mimpinya. Namun dia tak bisa pergi. Pria yang telah melepaskan jubah putihnya itu langsung memegang kedua tangan kecilnya di atas kepala dan mencium bibirnya dengan lembut.
Rasa ciuman pertama itu sedikit membingungkan. Dia belum pernah diperlakukan seperti ini sebelumnya.
Tubuh pria berambut putih keperakan itu tampaknya bagus. Seperti tubuh ayahnya yang kuat saat berlatih. Tanpa sadar, ciuman itu telah berakhir, namun kini pindah ke leher.
Xiu Jimei sedikit geli di lehernya. Tapi hal yang tidak terduga terjadi, pria itu tiba-tiba menggigit lehernya. Xiu Jimei kaget dan hampir berteriak.
Pada saat itu juga, dia terbangun dari mimpi musim semi yang aneh tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 412 Episodes
Comments
novi
kayak emaknya......
2022-05-09
2
RacaBadSouls
masih merah atau mungkin kuning? 🤣🤣
2022-03-06
0
Eko Arini
ming size usil
2022-03-02
0