Setelah melakukan perjalanan kira kira 30 menit. Akhirnya Zyan sampai di sebuah rumah besar 3 lantai yang mempunyai halaman luas, dengan kolam renang, taman dan parkiran bawah tanah. Lengkap dengan beberapa mobil mewah.
Tetapi Zyan yang selalu ingin terlihat tampil sederhana pun lebih memilih menggunakan motor sport kesayangannya.
"Hai pah.. Ada apa nih tadi nyuruh cepat cepat pulang? Mau bicara penting apa Pah?". Tanya Zyan sambil duduk di sofa sembari meluruskan pinggangnya yang lelah setelah berlama lama mengendarai sepeda motornya keliling kota.
"Kamu kapan bawa pacarmu itu ke rumah. Kakek kamu tuh marah-marah soalnya sampai sekarang kamu tidak pernah membawa calon menantu untuk kami". Tanya Papahnya sambil menyeruput teh hijau yang baru saja di sediakan oleh Bi Wati .
"Belum punya Pah". Jawabnya santai sambil memencet remote menyalakan TV merek Samsung berukuran 65 inci.
"Yang tadi sewaktu di telepon, yang panggilan sayangnya Bapak?". Ledek kembali Papahnya.
"Bukan ih Pah. Dia itu karyawan kantor. Belum sebulan dia bekerja denganku". Jawabnya sambil terus menerus mengganti channel, kemudian mematikan TV tersebut.
"Baiklah. Papah punya teman. Anaknya seusia kamu, dia cantik dan baik..".
"Ah, Zyan tidak mau, Pah. Zyan bisa cari sendiri. Gimana kalau Zyan di tukar sama kelinci di belakang". Sambil menaik turunkan alis nya tesenyum mengajak Papah nya bercanda.
" Bisa juga. Nanti Papah tambahkan namanya di daftar Kartu Keluarga biar bisa lamar anak itu". Tambah Papahnya sambil tertawa renyah begitupun Zyan.
Kedua nya tertawa hingga mengeluarkan air mata, lalu kembali serius.
"Sudah bercandanya. Cepat cari calon menantu untuk Papah". Tatapaan serius Papahnya membuat Zyan terdiam.
"Gampang itu Pah nanti, santai aja". Jawabnya dengan malas.
"Mau sampai kapan? Papah beri waktu 1 bulan. Kalau kamu tidak menemukannya maka harus terima perjodohan dengan anak teman Papah, oke?". Jelas Papahnya sambil mengangkat jempol kanannya, lalu tersenyum. Karena Papahnya adalah orang yang tidak ingin terjadi keributan dengan keluarganya, walau tegas Papahnya selalu berusaha mencairkan suasana.
"Iyaa gampang Pah. Tapi ingat, jangan berekspetasi tinggi. Karena Zyan tidak mau status menjadi penghalang kebahagiaan Zyan. Apalagi kakek yang biasanya harus mempunyai keluarga baru berstatus sama. Zyan takut jika mencintai orang biasa lalu Kakek yang menghancurkan." Jawab Zyan sambil menatap Papahnya, berharap Papahnya berpihak kepada anaknya.
"Tenang, Papah akan kasih pengertian jika kamu menemukan orang yang kamu cintai berasal dari kalangan biasa biasa saja. Karena Mama kamu pun orang biasa. Namun demi Mama kamu dulu, Papah sangat berusaha keras. Hingga melawan kakek kamu. Akhirnya kakek kamu mengalah. Dan Papah juga berharap kamu mendapat orang biasa biasa saja. Yang sifatnya seperti Mama kamu". Jelas Papahnya menguatkan Zyan.
Tiba-tiba..
"Wah asik bicara apa nih? Tadi Mama dengar kalian tertawa terus tiba-tiba sudah hening saja". Tanya Mama Zyan sambil menuruni anak tangga menuju ruang tengah tempat mereka sedang berbicara.
"Tidak ada apa-apa Mam. Zyan ke kamar dulu yaa. Mau mandi terus istirahat. Lelah sekali Mam". Sambil bangkit dari Sofa hendak pergi ke kamarnya.
"Kamu belum makan sayang. Habis mandi nanti makan dulu baru istirahat." Sambil menatap anaknya berjalan ingin meninggalkan mereka.
"Zyan sudah makan Mam tadi di warung makan". Jelas Zyan sambil jalan lalu segera masuk ke kamarnya.
"Anak kita tadi makan bersama perempuan loh Mam". Bisik Papah Zyan.
"Akhirnya, Zyan. Ini pertama kali nya Mama mendengar Zyan makan dengan perempuan. Tahu tidak Pah, Mama sedih mendengar tetangga menggosip mengira Zyan itu belok". Ucap Mama sambil mengangkat jari seperti memberi tanda kutip.
"Ah, sudahlah. Kita harus percaya pada Zyan. Mungkin selama ini dia tidak ingin berpacaran hingga menemukan gadis yang di cintai nya." Jelas Papah menenangkan Istrinya itu.
"Tapi Mama penasaran loh Pah dengan gadis itu. Cantik tidak yaa".
"Pasti cantik lah Ma. Namamya juga perempuan". Papah Zyan menjawab santai.
"Iyaa Mama tau. Tapi kan Mama penasaran, juga demi Zyan Pah".
"Bagi Papah, cantik itu urusan belakangan. Yang terpenting adalah sopan, berakhlak mulia dan sangat sayang kepada keluarga, terutama bisa mengurus Zyan". Balas Papah zyan dengan lembut.
"Memangnya Papah bicara apa sih sama Zyan?". Tanya istrinya penasaran.
"Itu Kakek Zyan minta cepat dicarikan cucu menantu". Ucap suaminya sambil menggigit kue kering yang tersedia.
"Ada ada saja si Kakek. Umur Zyan juga baru 24 tahun. Biarlah dia merasakan masa muda nya dulu". Balasnya dengan nada tidak suka.
"Iyaa Papah juga mau nya begitu. Tapi kamu tau kan, Ayah memang susah untuk di ajak kompromi".
"Iyaa sih Pah. Jadi bagaimana tanggapan Zyan tadi?" Tanya lagi penasaran.
"Mama kaya Dora deh yang terlalu banyak bertanya". Jawab nya sambil meledek.
"Ih Papah". Dengan nada manja kepada suaminya.
"Kamu tau jawaban anak kamu. Dia ingin menukar dirinya dengan kelinci kesayangannya itu, supaya tidak di jodohkan".
"Apa? Mama tidak salah dengar?".
Kemudian mereka berdua tertawa terbahak-bahak.
Sejak kecil, Zyan berbeda dengan anak pada umumnya. Jika anak yang lain suka memelihara kucing atau anjing. Zyan lebih suka memelihara kelinci.
Pernah dulu Papahnya membawakan dua ekor kucing, Zyan malah memberikan untuk tetangganya. Bagi Zyan dibanding dengan hewan lainnya, Kelinci lebih tenang. Sampai pernah Ia berniat ingin ternak kelinci saja daripada harus bekerja keras meneruskan Perusahaan.
Wahh idaman sih Zyan ini, Hati nya imut sekali 😍😍.
》Di kamar Zyan《
Selesai membersihkan tubuhnya, Zyan berbaring di ranjang king size. Lama menatap langit langit kamar. Hingga waktu sudah menunjukkan pukul 12 malam, tapi tetap tak dapat memejamkan matanya.
Zyan masih sering kali mengenang pertemuan pertamanya dengan Shaffa. Kejadian Shaffa mencium Zyan pada saat mabuk. Walaupun tidak sengaja akibat mabuk, tetapi Zyan selalu mengingat bayangan kejadian itu.
"Kira-kira dia ingat tidak yaa kejadian itu?" Tanya nya pada diri sendiri.
"Seperti nya tidak, soalnya melihatku pun dia biasa saja". Dia menjawab sendiri pertanyaan itu.
Tiba-tiba, mengingat perkataan Papahnya tadi.
"1 bulan? Dapat cewek dimana yaampun. Punya kakek yang terlalu kebelet memang susah". Sambil memijit pelipisnya.
"Ah, rasanya aku ingin menjadi kelinci saja". Ucap Zyan sambil memejamkan mata lalu tertidur.
...****************...
...----------------...
......................
Bersambung..
Haii, jangan lupa Like dan komen nya yaa.
💙💙💙💙💙💙
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments