Ada beberapa perubahan di bab ini.
***
Happy Reading.
"Jadi, sekarang aku singa?"
Cintya manggut-manggut, jangan tanyakan bagaimana muka Dewa saat ini. sudah pasti wajahnya tegang dan memaksakan senyum untuk menutup ketakutannya.
Mampus lo Wa. rutuknya dalam hati.
Cintya selangkah mendekati box bayinya dimana bayi-bayi nya sedang terdiam dengan mata terbuka. sepertinya mereka merasakan aura-aura mencekam dalam ruangan itu. mereka seperti mengerti dengan apa yang terjadi, bahkan bayi perempuannya itu sedang menampilkan wajah lucu seolah menertawakan keadaan Dewa.
"Dek, papi jahat ya, Mami di katain kayak singa betina." ujar Cintya di depan bayi-bayi mereka.
"Sayang,,," Dewa tersenyum kaku. ia sudah mencium aura-aura tak mengenakkan dari wajah Cintya.
"Dek, tanyain sama Papi kamu itu mau di mangsa di bagian mana dulu?"
Gleg!
Ngeri...
"Tapi Papi kamu kan bisa beladiri, Mami gak mungkin kan berkelahi sama dia," Cintya bertanyabpada bayi-bayinya seolah mereka akan mengemukakan pendapat.
Dewa terdiam seperti sedang mencerna ucapan istrinya.
"Menurut kalian, Papi di maafin gak ya?" Cintya tampak berpikir. "Baiklah, Mami tau apa yang harus mami lakuin."
Cintya membalik tubuhnya dan berjalan menuju lemari pakaian, ia mengambil beberapa lembar pakaian yang Dewa lihat seperti ingin berkemas.
Apa perkataannya begitu menyakitkan sehingga Cintya lebih memilih untuk meninggalkannya.
Seketika itu wajah ketakutan Dewa terlihat. ia takut Cintya benar-benar marah dan ingin meninggal kan rumah mereka yang baru beberapa hari mereka tempati.
Rumah yang Dewa siapkan sebagai kado kelahiran si kembar. rumah yang belum seratus persen penyelesaiannya karena Si kembar lahir lebih cepat. dan masih membutuhkan sentuhan di bagian-bagian tertentu rumah mereka.
"Sayang, ke_kenapa kamu keluarin pakaian-pakaian ini emang kamu mau pakai berapa lapis baju?" candanya yang sama sekali tidak di gubris oleh Cintya. ibu muda itu terus saja memilah milah baju yang ingin di kenakannya.
Mulut Cintya masih terdiam, sama sekali tak berniat menjawab pertanyaan Dewa sampai ia menemukan pakaian yang ia cari.
Sebuah gaun berbahan lembut dengan potongan leher Sabrina berwarna biru.
Lalu ia mengembalikan tumpukan bajunya pada tempat semula, membuat Dewa bernafas lega. pikirannya tentang Cintya yang akan pergi dari rumah itu hilang saat itu juga, dan berganti dengan keterkejutan yang luar biasa dengan apa yang di lakukan oleh Cintya.
Dewa menganga dengan mata terbuka melihat Cintya menjatuhkan handuk yang di pakainya, menampilkan tubuh polosnya dan dengan santainya ia mengganti pakaian di hadapan Dewa. seperti adegan slow motion dalam film India.
Gleg!
Dewa menelan susah payah salivanya, tubuh Cintya lebih sempurna setelah melahirkan. tak ada tonjolan lemak yang berarti di bagian perutnya. justru tubuhnya semakin menarik dengan kesempurnaan di bagian tertentu. lebih montok.
Syuit...syuit...
Tanpa sadar Dewa bersiul. ia berdiri dengan kaki sebelah bertekuk seperti seorang model pakaian pria dan tangan berlipat serta menyandarkan punggungnya pada tembok dekat box bayi.
Cintya memandang sinis dengan terus melakukan kegiatannya. dan setelah mengganti pakaiannya, ia beralih ke meja rias. ia memoles wajahnya dengan pelembab dan menempelkan bedak tabur ringan seperti yang biasa ia lakukan jika sedang malas bersolek, lalu memoleskan liptin tipis warna nude. membuatnya tampak cantik dan natural.
Rambut panjang nya yang basah membuatnya lebih segar dan terkesan seksi menggoda.
Dewa ingin sekali memeluk tubuh itu, tapi ia takut arwah singa betina masih bersarang di dalam tubuh istrinya akan mengamuk. dan yang bisa ia lakukan hanyalah menikmati pemandangan indah itu dari tempatnya berdiri.
"Twins, bilang sama papi kalian, durasi puasanya di perpanjang menjadi enam puluh hari."
Dewa hanya mampu mengerjab, hukuman macam apa itu???
Puasa enam puluh hari, itu artinya dua bulan. bahkan puasa wajib yang selama satu setengah bulan saja belum ia rampungkan, dan kini istrinya yang berkuasa itu menambahkan setengah bulan lagi.
Ini penyiksaan, mengambil hak secara paksa.
oh, tidaaaaak!
Dewa menjerit dalam hati. bagaimana bisa ia di hukum seperti itu. itu sama sekali bukan hukuman tapi penyiksaan. bagaimana ia bisa bertahan dalam kesendirian selama dua bulan yang artinya ia harus melaksanakan enam puluh hari puasa.
Sepertinya Dewa membutuhkan kantung plastik untuk membungkus kepalanya dengan es batu. jika tidak, adik kecilnya yang tidak bisa di ajak kompromi itu akan menyiksanya.
Jika Cintya bisa menghukumnya hanya karena kesalahan kecil, jadi tidak ada salahnya Dewa merencanakan pembalasan.
Awas saja nanti setelah istrinya itu bersih, Dewa akan menghajarnya seperti saat mereka melakukannya.
Dewa menyeringai penuh muslihat, lalu berjalan mendekati istrinya.
"Apa cengar-cengir?" ketus Cintya.
"Kamu mau godain siapa pakai baju modelan begini?" Dewa menjimpit bagian leher baju Cintya yang terdapat karet elastis lalu menarik dan melepaskannya.
"Apa sih?"
"Kamu s3ksi," bisik Dewa parau di bawah telinga Cintya sambil menelusuri perpotongan lehernya. kedua tangan kokohnya melingkari pinggang yang kembali pas dalam rengkuhannya itu.
Cintya membiarkan saja apa yang suaminya itu lakukan. toh, dia tak akan rugi. justru Dewa sendiri yang akan kesusahan.
Mungkin dia lupa jika setiap sentuhan yang ia lakukan pada istrinya itu tidak hanya untuk menggoda Cintya, tapi juga akan membangunkan sesuatu yang sedang tertidur di bawah sana.
Jelas itu bukan pilihan bijaksana, karena yang ada saat ini dia sendiri yang sedang kerepotan.
"Tante lux, kita berkencan."
***
Sableng cari perkara!
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Ghanni As'ad
lanjut
2022-02-11
1
IG : @thatya0316
semangat kak
2022-02-07
1