Arzan hari ini berniat untuk menjemput Bintang. Dokter sudah memperbolehkan bayi mungil itu untuk dibawa pulang oleh pihak keluarganya dan sekarang dia akan menjemputnya serta membawa Allura selaku ibu susunya sekaligus.
Saat langkahnya hampir mendekati ruangan bayi, samar-samar Arzan mendengar putranya tengah menangis. Namun, tangisannya hanya sesaat karena dipersekian detik selanjutnya, bayi itu kembali tenang dalam dekapan Allura.
Arzan terus memerhatikan gerak-gerik Allura yang tengah menenangkan putra kecilnya, sudut bibirnya tertarik ke samping saat melihat Allura yang tengah memangku Bintang sembari tersenyum hangat dan berbicara dengan lembut agar bayi itu kembali tenang.
"Gadis itu cukup pintar juga menenangkan Bintang," gumam Arzan. Kini pria yang menyandang status ayah dari bayi itu terdiam sejenak di ambang pintu masuk, langkahnya terhenti begitu saja di sana, ia masih terus memandangi wanita yang sedang menimang anaknya.
Sepertinya penilaian Mama terhadap wanita itu benar, mungkinkah masih ada wanita yang benar-benar bisa menyayangi anak yang bukan anak kandungnya sendiri? Sedangkan ibu kandungnya sendiri bisa tega meninggalkan dia, batin Arzan.
Kekecewaannya terhadap Rivera membuat Arzan sedikit meragukan wanita lain, ia tak ingin anaknya berharap lebih pada orang lain, karena nyatanya mereka jarang ada yang benar-benar tulus.
Setelah puas memandangi Allura dan Bintang, Arzan pun melangkah masuk kedalam ruangan bayi itu.
"Apa dia rewel?" tanya Arzan yang tiba-tiba datang, hingga membuat Allura yang tengah menyusui Bintang segera menutupi kembali aset miliknya.
"Kenapa kamu buru-buru seperti itu?" tanya Arzan lagi saat melihat Allura yang tengah menutupi resleting bagian depannya.
"Lho, harusnya Bapak yang kenapa saat masuk langsung bertanya seperti itu, bukannya salam terlebih dahulu," cicit Allura pelan, hampir saja ia dibuat malu karena ulah Arzan.
Arzan terdiam saat mendengar ucapan pelan Allura. Ia sadar, tindakan nyata di sangatlah tidak terpuji. Arzan memang sudah terbiasa masuk keluar masuk tanpa mengucapkan salam, jadi saat ini ia terbawa kebiasaan buruknya.
"Ya ... ya maaf. Saya lupa," jawab Arzan sambil menggaruk pelipisnya yang tidak gatal.
Allura hanya menanggapi permintaan maaf Arzan dengan mengangguk pelan.
Mungkin memang dia sudah terbiasa seperti itu, tapi tetap saja perlakuannya masih kurang sopan. Apalagi tadi hampir saja dia melihat aku yang sedang menyusui anaknya, benar-benar keterlaluan, kebiasaan yang buruk. Allura terus merutuki perilaku Arzan dalam hatinya.
Meskipun ia mau menyusui Bintang, bukan berarti ia dengan mudahnya memamerkan aset berharganya di depan umum. Apalagi di depan pria yang bukan mahramnya.
Lagi-lagi Arzan tersenyum tipis saat melihat bibir Allura yang mengerucut sambil berkomat-kamit tidak jelas.
"Hei, aku sudah meminta maaf padamu. Kenapa bibirmu masih merutukiku?" tanya Arzan dengan sengaja.
Seketika itu juga bibir Allura langsung diam, ia melipat bibirnya ke dalam agar tidak terlihat lagi mengerucut. Meskipun di dalam hatinya masih terus menggerutu.
Arzan menggelengkan kepalanya pelan saat melihat Allura yang seketika diam.
Dasar gadis aneh, batin Arzan.
Setelah beberapa saat mereka saling terdiam, Arzan pun mulai kembali membuka percakapan.
"Hei, apa kamu sudah menyiapkan semua keperluan Bintang?" tanyanya.
"Sudah, Pak," jawab Allura tanpa mengalihkan tatapannya dari bayi mungil yang masih ia gendong.
"Oh, baiklah. Jadi, apa kamu menerima tawaran Mama untuk ikut pulang bersama kami?"
Allura menganggukan kepalanya tanpa menjawab pertanyaan Arzan.
"Hei, tidak bisakah kamu menjawabku dengan perkataan?" Arzan merasa kesal pada Allura karena gadis itu hanya menjawabnya dengan isyarat saja.
Allura mendongakkan kepalanya untuk menatap pria yang merupakan ayah dari Bintang. Gadis itu terlihat kesal saat mendengar pertanyaan Arzan.
"Maaf, Pak. Saya mempunyai nama. Dan nama saya itu Allura, bukan 'Hei'. Jadi, kalau memang Anda memanggil saya, silakan panggil dengan nama saya langsung," ucap Allura dengan tegas.
Sejak dulu Allura paling tidak suka jika ada yang memanggilnya dengan sebutan 'Hei'. Menurutnya, itu tidak sopan dan Allura tidak menyukainya.
Arzan menganggukan-anggukkan kepalanya beberapa kali.
"Baiklah, Nona Allura?!" tanyanya dengan jail.
Allura mendelik saat mendengar nada bicara Arzan yang terdengar sedang menggodanya.
Sabar, Ra. Ingat, dia itu adalah majikanmu. Jangan sampai dia murka karena marah padamu, batin Allura seraya memejamkan matanya erat karena menahan kesal terhadap Arzan.
Saat Arzan hendak berkomentar kembali, tiba-tiba ponselnya berdering. Pria itu segera menjauh untuk menjawab teleponnya. Sedangkan Allura menghembuskan napasnya dengan kasar, ia merasa lega karena selepas kepergian Arzan dari hadapannya, ia bisa kembali menghirup oksigen. Entah kenapa, saat Arzan berada di dekatnya, Allura seperti seseorang yang kehilangan oksigen, yang pasti Allura merasa kurang nyaman. Hingga beberapa saat kemudian, pria itu kembali ke hadapan Allura dan bayinya.
"Hei ...." Panggilan Arzan seketika langsung mendapatkan tatapan tajam dari Allura, lagi-lagi wanita itu mendelik kesal ke arahnya.
"Oke, oke, maaf. Apakah kita bisa pulang sekarang? Asistenku barusan menelpon, dia memintaku untuk cepat-cepat kembali ke kantor," ucap Arzan sembari memberitahukan keadaannya yang harus segera kembali ke tempat yang bekerja.
Allura mengangguk, lagi-lagi gadis itu hanya menjawabnya dengan bahasa tubuh. Allura mulai melangkahkan kakinya keluar dari ruangan itu, sembari membawa tas yang berisikan semua perlengkapan milik Bintang.
Arzan menggeleng pelan saat ia mengetahui wanita yang tengah menggendong anaknya kembali kesal. Namun, entah kenapa hatinya merasa senang tak kala melihat wajah Allura yang tertekuk oleh ulahnya.
Sudahlah, mungkin aku hanya sedang mencari pelampiasan saja, batin Arzan menolak yang menolak mengakui jika dirinya sedikit tertarik pada Allura. Ingat, hanya sedikit!
Allura juga sempat berpamitan pada Ibu Ani lewat pesan singkat, gadis itu mengatakan jika dirinya akan kembali lagi esok hari untuk menemui sang mama.
Arzan segera mengambil alih tas yang tadi ditenteng oleh Allura. Meskipun gadis itu tidak keberatan untuk membawanya, tapi tetap saja jiwa laki-lakinya menuntut ia untuk mengambil alih tas itu dan membiarkan Allura berjalan hanya dengan menggendong Bintang, anaknya.
Sesampai di depan pelataran rumah sakit, Allura diminta menunggu Arzan sesaat yang akan mengambil mobilnya di parkiran. Tanpa berkata-kata lagi, Allura kembali mengangguk sebagai jawabannya.
Arzan tidak lagi mengomentari sikap Allura yang hanya menjawabnya dengan isyarat, saat ini ia harus segera kembali ke perusahaan setelah mengantarkan anak serta ibu susunya ke rumah utama, yaitu milik kedua orang tuanya, Nyonya Fika dan Tuan Anderson.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
Bzaa
dokter temennya azlan kemana.. blm bilang kl allura yg nyelametin ny☺
2022-03-09
1
Anita_Kim
Semangat kak!!.
2022-02-23
0
naviah
semangat thor💪
2022-02-22
3